Jam makan siang sudah mulai dari tadi, begitu juga dengan Shiren dan kedua patner ghibahnya. Mereka sangat antusias dengan cafe yang akhir-akhir ini jadi perbincangan karena kulinernya yang mampu menyihir semua pengunjung, dan jangan lupakan dengan nuansa cafe itu yang instagramable membuat semua kaum muda berburu kesana untuk berfoto ria mempercantik feeds instagram mereka.
Shiren berangkat agak telat, karena ada beberapa urusan yang harus ia selesaikan terlebih dahulu. Berbeda dengan Dios dan Joy yang sudah berangkat Lima belas menit yang lalu.
Mobil yang dikendari Shiren itu membelah lalu lintas yang tampak tak terlalu padat.
Dengan alunan musik favorit nya Shiren begitu menikmati laju kemudinya. Dia bahkan sesekali ikut menyanyikan lagu tersebut.
Shiren tersentak saat ada anak kecil yang berlari di depannya, dengan gerakan refleks Shiren membanting stir mobilnya ke samping hingga membuat body depan mobil itu menabrak pohon menyebabkan kerusakan di beberapa sisi.
Badan Shiren terantuk kedepan, dia menghela nafas lega karena memakai seatbelt sehingga kepalanya tidak menghantam stir mobil.
Shiren membuka pintu mobil lalu segera keluar untuk melihat keadaan mobilnya.
"Maafkan anak saya, karena kelalaian saya mobil anda rusak." Suara seorang wanita dari belakang membuat Shiren menoleh padanya.
Terdapat seorang ibu dan anak laki-laki yang berumur Lima tahun yang memandangnya dengan tatapan bersalah.
Shiren tersenyum kecil dia mendekati anak itu lalu berjongkok di depannya.
"Tak apa, yang penting kamu baik-baik saja oke?"
Anak kecil itu menatapnya sebentar dengan pandangan tak mengerti namun tak lama kemudian ada binar kebahagiaan di matanya.
"Kakak maapin Gio?"
Shiren mengangguk semangat. Dia beralih pada sang ibu yang menatapnya tak enak.
"Ibu gak usah khawatir, ini juga kelalaian saya karena tidak memperhatika sekitar. Justru saya merasa bersyukur karena tak memakan korban jiwa."
"Tapi mobil anda—"
"Tak apa, ini masih bisa di perbaiki."
Melihat ketulusan hati Shiren, hati sang ibu itu terenyuh. Dia sangat tersentuh dengan kemuliaan gadis di depannya ini. Dia bahkan sudah membayangkan resiko apa yang akan di tanggungnya nanti.
"Terima kasih, anda sangat baik. Semoga Tuhan memberi anda lebih banyak kebahagiaan," ucap ibu itu tulus.
Shiren tersenyum lalu mengangguk. "Terima kasih."
"Dan untuk Gio, jangan lari-lari seperti tadi ya. Bahaya loh," lanjutnya dengan menyentil gemas hidung mancung milik Gio.
Gio tersenyum lebar menampilkan deretan gigi putihnya lalu menangkat jempolnya tinggi.
"Siap kapten!!"
Shiren terkekeh gemas, dia sampe tidak tahan untuk menyubit pipi gembul milik Gio. Tapi Shiren berusaha menahan nya bagaimanapun ada ibu nya yang berdiri di samping anak itu.
Setelah berpamitan pada Shiren. Sepasang anak dan ibu itu melenggang pergi. Meninggalkan Shiren yang menatap mobilnya miris. Lalu ia segera mengeluarkan ponselnya.
"Pak tolong bawa mobil saya ke bengkel ya."
♡♡♡♡
"Inget ya janji lo, bayarin uang makan gue!"
KAMU SEDANG MEMBACA
OBSESSION
Teen Fiction"Dissociative Identity Disorder" Bagi sebagian besar orang masih menganggap bahwa hal itu hanya khayalan semata. Tapi tidak demikian untuk seseorang yang bahkan merasakan sendiri kelainan itu. Kesakitan, kecemasan, kesengsaraan, dan juga kesedihan...