Akhirnya penantianku tiba, aku sedang berada didalam kelas dan menunggu guru membagikan kertas ulangan."Semuanya harap masukkan kotak pensil kalian, yg ada dimeja hanyalah pulpen, kertas ulangan dan soal tes" ujar guru.
Aku memasukkan kotak pensilku kedalam tas dan kusisakan pulpen saja. Kulihat dimeja sebrang yg memasukkan kotak pensilnya dan menyisakan sticky note beserta pulpennya.
Aku mengendikkan bahu dan mencoba untuk tidak memperdulikan hal seperti itu.
Setelah semua kertas tes terbagi, aku mengerjakan dengan sungguh-sungguh.
Tapi belum sempat aku membaca nomor satu. Sesuatu mengusikku dan membuatku memutar kepalaku kearah belakang.
"Psst sst! Hey nanti kasi aku nyontek ya!"
Ku anggukan kepalaku. Aku tidak membawa sticky note dan kertas apapun, lalu bagaimana caranya aku memberi contekan? Dasar bodoh.
Aku mencoba fokus. Tetapi suatu kertas mengalihkan atensiku. Oh ayolah, aku merasa risih dengan hal ini.
Kubuka secara perlahan.
Hey, no : 1-10 apa?
Yaampun. Aku saja belum menjawab apapun, bagaimana bisa dia bertanya seperti itu?
Maaf, aku belum membuat apa-apa
Kulempar kertas itu kembali.
Seperdetik kemudian wajahnya kesal dan melihatku dengan amarahnya. Apa aku salah?
Masa bodoh.
Aku kembali mengerjakan tesnya.
"Psst sst!"
"Diam! Kerjakan sendiri" ucap guru membentak tiba-tiba dan membuatku terkejut.
Kutelan ludah dan membaca doa-doa.
Soal pertama yg kubaca membuatku menggelengkan kepalaku tanda bahwa diriku heran dengan soal yg sialnya sangat susah. Diawal saja sudah susah, lalu nomor yg berikutnya bagaimana? Tamatlah aku. Walaupun nyatanya aku sudah belajar, justru materi yg dipaparkan terkadang tak masuk dalam daftar list materi yg kupelajari. Sangat banyak kasus yg sama seperti diriku, maka tak kadang teman seangkatanku dulu mengeluh terus menerus dan mencaci guru-guru yg membuat soal tes tersebut.
"Hey!"
Orang yg sama dibelakangku memanggilku untuk kedua kalinya.
Aku menolehkan kepalaku kebelakang secara singkat.
"Kurasa nomor 1 adalah D bukan?" Tanyanya dengan lirih.
Kubaca kembali soal nomor satu.
Aku hanya memutar bola mataku malas.
Jawaban nomor satu itu adalah A dan bukan D. Oh ayolah, aku sudah tau trik-trik orang yg mencontek itu seperti apa.
1. Mereka kerap kali menjatuhkan alat tulis dengan sengaja, agar mudah melihat jawaban teman.
2. Mereka membawa sticky note seperti bangku disebrangku itu.
3. Mereka bahkan menanyakan jawaban yg asal agar jawaban mereka bisa dikoreksi padahal salahnya sangat salah, seperti orang dibelakangku ini.
"Aku rasa kamu harus banyak belajar menggunakan trik menyontek lain, jawaban nomor satu itu A bukan D, jadi jangan ganggu aku lagi" ucapku lirih dan ia menendang kursiku sehingga menimbulkan bunyi decitan.
Kulihat pengawas didepan yg menatapku tajam tetapi seperdetik kemudian pengawas itu beranjak dan menuju bangkuku sambil tidak melepaskan tatapannya.
Ia berjalan mendekat membuat jantungku berdetak tak karuan, membuat keringat dingin mulai bertengger didahiku. Aku mengumpat seraya menyumpahi sumpah serapah pada orang yg dibelakangku, dalang dari semua masalah yg akan terjadi beberapa detik lagi.
Tetapi seketika aku bingung karena pengawas melewati bangkuku dan malah berhenti dibangku belakangku.
Semua pusat perhatian siswa dikelas tertuju pada bangku dibelakangku. Aku pun menoleh.
"Jika kamu masih seperti ini maka saya tidak akan segan-segan merobek kertasmu" ucap pengawas dan berhasil membuat orang dibelakangku ini menunduk dengan tangan yg bergetar.
"Baik buk" ucapnya.
"Semuanya kembali bekerja"
Kami semua kembali fokus terhadap teks.
Kuakui, setelah pengawas berkata begitu, lantas saja tak ada satupun lagi yg menggangguku. Tetapi hal masih kuresahkan adalah kenapa soal ini terlampau susah?
Setelah tes itu selesai, aku menuju kehalaman sekolah dan duduk bersama temanku.
"Gimana?" Tanya temanku.
Aku hanya tersenyum, "gak buruk"
Dia adalah teman seangkatanku dulu, sealumni denganku, walaupun dia kesannya dingin tetapi jika kalian sudah dekat maka kalian akan merasa hangat karena ia sangat perhatian.
Namanya, Syera.
"Gimana kalo kekantin? Aku denger disini ada kantin yg jual bakso" ujarnya.
Aku menatapnya antusias, "bener? Wah aku jadi bersyukur banget karena naik pangkat, sekolah alumni kita kan gak ada dagang baksonya" ucapku diakhiri dengan kekehan.
Kulihat ia terkekeh juga, "yuk"
Kami pun berjalan menuju kantin.
(EDISI REVISI)
Hanya berupa tambahan part dan tidak mengubah cerita ke alur yg beda.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Posesif✔️
RomanceIni pertama kalinya Deyfa mengalami kisah cinta yg menggebu dan membuatnya buta sesaat. Karena keposesifan seorang yg dicintainya maka semakin waktu, buta itu memudar dan menimbulkan kesadaran. Ia sadar bahwa seorang yg dicintainya begitu hanya kare...