Chapter 7 : relation

89 31 19
                                    












Perasaanku bertambah dan semakin menjadi seiring waktu berjalan. Perilaku Resh, sikapnya, perhatiannya mampu membuatku semakin dimabuk kapalang dengan perasaan menggebu. Aku sebelumnya tidak pernah menyukai seseorang, walau menyukai tetapi itu hanya sebatas mengagumi.

Resh kerap kali membuat pikiran warasku menjadi tak tentu arah, terkadang tertawa, tersenyum, sedih karena ia dekat dengan seseorang kecuali diriku. Aku sempat bercerita kepada Gira, soal kenapa kita melihat orang yg sudah dekat dengan kita dan orang itu malah dekat dengan orang lain lalu kita merasakan sakit yg tidak bisa disembuhkan. Pertanda apakah itu? Gira menjawab, itu artinya kau cemburu. Cemburu? Apa maksudnya? Pada awalnya aku sempat tak percaya karena aku tidak pernah merasakan jatuh cinta. Tetapi seiring waktu aku mulai menyadari bahwa hatiku telah berlabuh disuatu tempat. Tempat dimana aku akan merasakan jatuh cinta.

Konsekuensi yg aku ketahui sejenak menghalangi diriku untuk kembali tenggelam dalam perasaan menggebu itu. Tetapi justru konsekuensi itu berubah karena perasaan itu jelas sekali menutupinya. Membuatku mengikuti alur dan jatuh lebih dalam lagi.

"Cemburu?" Tanya Gira yg memergokiku memandangi Resh yg duduk disebelah teman perempuanku. Resh itu sedang menyalin jawaban, tidak ada hal lain lagi selain itu.

Pandanganku seketika membuyar dan aku mengendikkan bahu, "entah, perasaan ini asing banget, aku belum terbiasa" ujarku.

Memang benar. Aku belum terbiasa dengan perasaan asing yg membuatku terkadang sedih. Aku tau ini konsekuensinya jika menyukai seseorang yg belum tentu bisa kita miliki.

"Seiring berjalannya waktu, kamu juga pasti bakal tau, ini baru awalan buat kamu, belum dipertengahan"

Aku memicingkan mataku, "kamu udah pernah pacaran?" Tanyaku.

Gira sejenak berfikir sambil menaruh ujung jari telunjuknya pada bibirnya.

Aku menunggu jawaban yg keluar dengan menopang dagu.

Poniku bahkan sampai lepas dari jepitannya.

"Nggak"

Aku mengerutkan dahi bingung, "kenapa?"

Ia menghela nafas dan menatapku dengan senyuman simpulnya, "emang siapa yg mau sama orang gendut kayak aku?"

Aku menggelengkan kepala tanda bahwa tidak setuju dengan asumsi yg Gira buat. Tak semua orang kurus bisa mendapatkan pasangan dihidupnya. Seharusnya kegendutannya menjadi motivasinya untuk mau bangkit dan menepis perkataan orang-orang diluar sana.

"Kamu itu manis, lucu, humoris, gak semua orang memandang dari fisik, kalo hati kamu lembut, siapapun yg ada dideket kamu bakal ngerasa nyaman, aku yakin suatu saat kamu pasti menemukan jodohmu" ujarku dan menepuk bahunya memberikan semangat.

Gira tersenyum cerah, "semoga"

"Dey, salin nih, keburu guru dateng"

Suatu suara menghentikan tatapanku pada Gira. Kami sama-sama menatap orang itu.

Dia Resh.

Gira dengan cepat mengambil buku Resh.

"Makasih" ujarnya.

Aku hanya terpaku sebentar dan kembali menoleh pada Gira.

"Dey, nanti kamu online kan?"

Aku menoleh pada Resh dan kuukir senyuman tipis, "iya, kenapa?"

"Ada hal penting yg mau aku bicarain"

Aku terdiam. Seserius itukah hal yg ingin ia sampaikan hingga ia menatapku serius begitu?

His Posesif✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang