P.t 1

13 0 0
                                    

Langkah kaki menelusuri jalanan kota seoul malam ini. Hujan turun dengan deras disaat yg tak terduga, kaki kecilnya mulai bergerak cepat menuju halte bus yg daritadi ia tuju.
"Ah! Jinjja? " Keluhnya saat rambut dan bajunya basah. Dia hanya menepuk nepuk bajunya yg basah agar tidak menyebar. Dia pun diam memaku di halte us. "Dingin" itulah satu satunya kata yg dia ucapkan lalu hening seterusnya.
Dia harus pulang malam belakangan ini karena kelas tambahan yg harus dia datangi. Ini semua perintah kedua orang tuanya, lebih tepat hanya eomma. Padahal ujian masih lama begitu katanya.

Dia meraih ponsel di saku hoodienya. Mencari username seseorang yg sangat ia butuhkan.
'Appa hyun'    ~~~Call~~~
8894671xxx   ~~~Massage~~~
"Ah, tidak. Aku tidak akan merepotkan appa lagi" Aku kembali menyimpan ponselku. Aku menghembuskan nafas, ini sangat dingin percayalah. Berasa di luar dan pada jam segini adalah kesalahan ditambah derasnya hujan. Belakangan ini seoul sering di landa hujan dadakan seperti ini yg tidak diprediksi.
Aku berharap bus masih beroperasional, karna ini masih jamnya. Aku terus melirik ke arah jalan yg akan di lalui menuju halte ini.

Drttt.. Drttt... Ah, ponsel ini mengejutkan ku saja.
'Unknown Nomber'
Siapa ini? Batinku
"Yeobseyyo?" Aku mengangkatnya. Hening di sebrang sana, saat itu aku melihat nomer yg menelpon ku.
"Sepertinya anda salah sam.. "
"Haera...
"Nugu? Anda siapa?" Aku pun menjadi takut saat orang itu menyebut namaku. Suaranya nanar, aku tidak tau itu siapa. Apakah itu hanya orang usil? Aku takut jika itu adalah...
"Ani.. Sepertinya kau salah orang!" Aku mematikan sambungan telepon sepihak. Dadaku naik turun saat hening memuncak di sekitar ku tidak ada tempat yg wajar untuk bersembunyi atau melarikan diri.
Oh, god! Now I'm so scared, batinku.
Seketika itu pun bus yg ku tunggu datang pada waktunya. Saat pintu belum terbuka aku mengetuknya dengan keras agar supir bus itu mengerti aku ketakutan, kupercepat langkahku tidak peduli orang didalam bus itu melihatku aneh. Aku akhirnya menghembuskan nafas lega. Setidaknya aku akan tiba dirumah.
               •••••••••••••••••••••••••

Aku meletakan tasku dengan asal di atas meja lalu merebahkan badanku diatas sofa. Lelah, itulah yg ku rasakan sekarang.
"Haera, kau sudah dirumah?!" Suara eomma membuatku makin menyamankan posisiku.
"Ne.. "
Eomma menghampiriku, dia hanya tersenyum lalu membantuku melepaskan sepatu yg masih kukenakan.
"Haera ya, eomma masak kesukaanmu, mau makan bersama?" Eomma mengelus rambut basahku pelan meyadarkanku yg hampir tertidur disana.
"Eomma, belum makan? Wae? " Aku merubah posisi ku mengahadapnya. Dia hanya tersenyum.
Eomma, mengapa kau selalu tersenyum disaat kau kesusahan? Batinku.
Aku tersenyum, mengangguk mengiyakannya.
"Aku akan kekamar mengganti baju, mengeringkan rambutku, lalu kita makan bersama"
"Ara.. Eomma akan memanaskan nya, geurae?" Dia lalu pergi ke dapur lalu mengerjakannya.
Aku meraih tasku lalu naik keatas, ke kamarku.
Aku memperlambat langkahku, saat aku melihat pintu hitam bertuliskan "yj'sRoom". Mendadak mataku panas.
"Oppa, bogoshipda jeongmal" Batinku. Aku berbalik mengahadap ke pintu pink di depannya. Lalu masuk dengan cepat. Aku melemparkan tasku asal ke lantai. Menjatuhkan badanku ke atas kasur besar itu. Air mataku mengalir tanpa pernah kuinginkan. Air mata kerinduan. Air mata untuknya yg harus ikut dengan appa, kami benar benar ikut terpisah karna perbedaan antara eomma dan appa sudah tidak bisa lagi dieratkan. Mereka harus berpisah. Dan hak asuh kakaku menjadi milik appa. Aku benar benar merindukannya. 
                    •••••••••••••••••
Haera ya, kau mau ini?" Eomma menyodorkan semangkok jajangmyeon, aku melihatnya tersenyum saat melihatku.
"Kau masih menyukai nya?"
Aku tersenyum miris melihatnya. Dia wanita yg sangat tegar diluar tapi rapuh didalam. Ini sangat menyedihkan.
"Ani, eomma saja yg memakannya, ini sudah sangat cukup" Aku menunjuk hidangan yg ada didepanku. Ini sangat banyak, percayalah.
"Ara, kau pasti sangat lelah. Berjalan kaki dari rumah ke halte bus itu dan kau...
"Eomma, gwenchana.. Kau tak perlu khawatir"
"Ne, kau sangat mirip sekali dengan yeonjun" Dia tertawa lalu air matanya menetes begitu saja. Percayalah saat itu juga rasanya semua air mata yg kumiliki ingin ku keluarkan melihat nya seperti ini.
                           ***
Aku melangkahkan kakiku pelan menuju ruang tamu, mengambil sepatuku lalu memakainya. Aku harus berangkat sekolah tanpa membangunkan eomma. Aku berjalan kearah pot bunga di smping mengangkatnya lalu bergerak mencari sesuatu.
"Ah, dapat! " Ku tarik beberapa lembar uang yg ku sembunyikan disana. Ya, kalian ingin tau mengapa aku menyembunyikan disini. Karna uang yg eomma berikan selalu berlebihan. Entah ide darimana untuk menyimpan uangnya di bawah pot kenapa tidak dikamar atau yg lebih logika di dalam celengan. Ah, tidak rasanya rumit. Aku berlari pelan menuju meja didapur mengambil sepotong roti lalu berjalan keluar rumah.
Aku berjalan menuju halte bus di depan jalan raya. Aku meraih ponsel ku disaku hoodie. Melihat kembali nomer yg menelponku semalam. Apakah itu kakaknya? Mungkinkah? Ah, kenapa semalam rasanya aku menjadi penakut sekali. Jika semalam aku mendengarkan orang itu menjelaskan sesuatu pasti aku tidak akan menyesal seperti ini. Oh, ayolah ini sial sekali, batinku. Aku mempercepat langkahku disaat bus yg menuju sekolahku sudah tiba di halte. Untungnya belum terlambat. Supir itu sangat mengerti aku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 31, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

You are the ReasonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang