22

92 9 1
                                    

Dengan seluruh tenaga yang tersisa aku terus memberontak. Berharap aku bebas tanpa harus membuat Chan datang ke sini. Namun ikatan tali ini sangat erat. Dengan cara apapun aku berusaha melepaskan ikatan, talinya tetap susah kubuka.

Aku malah sudah lemas karena sedari siang sampai malam terus memberontak dan berteriak-teriak meminta dilepas, tapi tidak didengar sama sekali.

Dua bule itu berdiri di balik tihang sambil menungguku sembari membawa pistol. Jika Tante Dinda, dia duduk di kursi, di belakang tiang tempatku diikat saat ini.

Aku sudah lemas setengah mati, rasanya aku ingin menyerah. Aku teringat pada Ema dan Abah. Aku sungguh anak sialan. Nasibku naas.

"Tante Dinda, lepasin aku!" lirihku sudah menunduk lemas.

Tante Dinda tidak menjawab. Aku tidak tahu dia sedang apa.

"Dewi!"

Aku langsung mendongak melihat seseorang yang memanggilku dari arah depan, tepatnya dari arah pintu masuk.

"Chan!"

Chan datang sendiri, dia berdiri di dekat pintu masuk gedung dan dia membawa sebuah berkas.

Kedua bule itu langsung berdiri siap, tetapi mereka masih bersembunyi.

Chan melangkah menghampiriku, "Dewi--"

"Chan, jangan ke sini! Kamu pulang Chan! Pulang!" ujarku panik dan hampir menangis.

"Tapi Dewi, aku harus membawamu pulang bersamaku," ujar Chan sambil terus melangkah menghampiriku.

"Nggak Chan, kamu bisa mati! Kamu harus pergi, Chan! Mereka jebak kamu, mereka mau bunuh kamu! Kamu pulang, Chan! Pulang!" ujarku mengusirnya dengan panik.

"Mereka siapa?" tanya Chan masih melanjutkan langkahnya. Lalu kedua bule itu muncul di depannya.

"Hallo!" ujar mereka berdua menghadang Chan.

"CHAN PERGI!" teriakku.

"Kau ingin menyelamatkan gadismu?" ujar bule yang menyumpal mulutku tadi.

"Aku mohon, lepaskan dia. Aku berjanji akan menyerahkan diriku pada kalian," pinta Chan.

"CHAN PERGIII!" teriakku lagi sambil menangis karena takut terjadi sesuatu padanya.

Kedua bule itu menyembunyikan pistol di saku celana belakang mereka. Chan melihatku lalu melihat kedua bule itu lagi.

"Tawaran yang bagus. Silahkan bebaskan gadismu," ujar bule itu, lalu membiarkan Chan melewati mereka untuk menghampiriku.

"Jangan Chan!" pintaku sambil menggeleng-gelelengkan kepalaku dengan panik.

Kedua bule itu mengarahkan pistol ke arah belakang Chan yang sedang berjalan menghampiriku.

"Park Chan Yeol!" panggil bule itu membuat Chan berbalik badan.

"JANGAN CHAN!"

DOR ... DOR ....

Aku langsung shock seketika, mataku sungguh menyaksikannya, menyaksikan seseorang yang aku cintai berkorban demi diriku.

Sungguh? Chan, laki-laki pertama yang aku cintai. Apakah aku harus kehilangannya secepat ini? Demi apapun. Apakah harus seperti ini?

Chan terlunglai sampai akhirnya tubuh lelaki yang sering aku omeli itu benar-benar tumbang di hadapanku.

"CHAAAAAAAN!!!"

Chan tumbang di hadapanku, mata nanarku sungguh tidak kuat lagi menahan rasa sesak, pedih, dan sakit ini.

D&C: What Is Love? || Park Chanyeol ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang