Setelah kejadian penculikanku aku, Chan, dan Pak Hadi langsung pergi ke rumah sakit untuk melihat Alm nenek Bella untuk yang terakhir kalinya.
Aku sungguh merasa bersalah atas semua kejadian yang telah terjadi akhir-akhir ini, semuanya terjadi karenaku.
Seharian kemarin semua orang begitu berduka, termasuk aku.
Banyak orang berdatangan untuk melayat. Bu Ratih, Pak Hadi, Om Bram, Azril, dan Inara begitu bersedih, tapi karena mereka sudah diberi peringatan oleh dokter jika semua ini akan terjadi pada akhir-akhir bulan ini, mereka pun lebih ikhlas menerimanya.
Saat nenek Bella meninggal, Tante Dinda berada di penjara. Yang mejaga Inaya dan Inara sewaktu keluarga berduka adalah Chan dan aku. Aku dan Chan juga sama bersedihnya atas meninggalnya nenek Bella.
Aku sayang pada nenek Bella. Dia baik, dia menyayangiku, walau aku dianggap Bella.
Namun, rasanya rasa sakitku tidak berhenti sampai di sana, rasa sakit yang lebih besar menantiku dengan setia. Perpisahanku dan Chan.
Hari ini aku, Pak Hadi dan Chan pergi ke bandara lagi. Aku berbicara pada ibu Chan dan Chan yang menerjemahkan.
Ibu Chan sangat berterima kasih kepadaku karena sudah menolong anaknya, sudah menjaganya sampai dia akan pulang lagi ke Korea, besok.
Entah apa yang harus aku katakan. Aku bingung. Sebenarnya aku senang Chan bisa pulang, tapi ... Hatiku tidak menerima semua itu.
Rasanya ada seseuatu yang penting dari hidupku yang akan hilang dan rasanya aku tidak ingin semua itu terjadi.
Setelah berbicara dengan ibu Chan, aku tidak berbicara apapun pada Chan. Aku langsung pulang, rasanya tidak sanggup harus melihat atau berbicara pada Chan. Rasanya semua itu akan menyakitkan.
Chan sendiri masih berada di bandara bersama Pak Hadi, setelah dari sana mereka juga harus ke kantor pemerintahan untuk membereskan dan mempersiapkan semuanya untuk besok.
Seharian di dalam kamar, aku hanya bisa diam melamun sambil memeluk boneka kuda yang diberikan Chan padaku.
Aku membuka laci, aku membawa light stick, fotoku bersama Chan sewaktu peringatan pernikahan Pak Hadi dan Bu Ratih.
Aku melihat fotoku yang bersama Chan sambil memegangi light stick. Tanpa sadar air mataku menetes. Rasanya ini lebih sakit dari sewaktu Chan berpura-pura mati di depanku.
Hatiku rasanya hancur harus menerima kenyataan bahwa Chan bukan siapa-siapaku dan harus pulang ke negaranya, ke kehidupannya yang sebenarnya.
Aku tidak ingin Chan pulang, aku ingin bersamanya lebih lama lagi. Aku tidak ingin menjadi istri bohongannya lagi, aku ingin dia menjadi milikku, bersamaku selamanya.
Aku melempar foto dan light stick di tanganku ke lantai dan aku menangis dalam diam, aku menangis sampai mendongakkan kepala. Air mataku terus menetes dengan deras.
Aku tidak sanggup menerima kenyataan. Aku menyukai Chan, aku mencintainya, dan aku tidak ingin dia pergi.
Namun aku tidak bisa egois. Chan dicintai ribuan orang, dia lebih layak menerima semua itu dibandingkan menerima satu cinta yang tidak berarti dari orang sepertiku ini.
Aku tidak bisa merebut cinta ribuan bahkan mungkin jutaan orang, hanya demi kebahagiaan diriku sendiri. Hanya demi keegoisan diriku sendiri. Aku tidak bisa.
"Chan, kenapa kamu harus datang kalau cuma sesaat? Kenapa kamu harus menanam rasa kalau aku bakal kamu tinggalin? Kenapa Chan?" ujarku sembari menangis menunduk dengan sesenggukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
D&C: What Is Love? || Park Chanyeol ✅
Fanfiction[17+] Kabur dari perjodohan biar gak jadi istri dari seseorang yang gak diinginkan, tapi pas kabur malah .... Kuy, baca ceritanya, Guys! Seru! Tujuan cerita hanya untuk hiburan semata. Tidak bermaksud untuk menyinggung, merugikan, atau menyudutkan...