Last

136 10 2
                                    

Hari ini hari perpisahan kami. Aku dan Chan akan kembali ke rumah kami masing-masing. Perasaanku sungguh tak bisa kugambarkan. Aku hanya ingin menangis namun terus kutahan.

Aku, Pak Hadi dan Bu Ratih pergi ke Bandara. Aku pergi karena Chan yang memintaku untuk memgantarnya. Awalnya aku menolak karena Kang Burhan sudah menungguku pulang bersamanya. Namun, ternyata Kang Burhan pun menyuruhku mengantar Chan sampai ke bandara.

Sepanjang jalan aku hanya terdiam tak berbicara sedikitpun walau Chan duduk di sampingku. Wajahku bahkan kutolehkan ke arah lain.

Sekarang batinku yakin. Aku mencintai Chan, karenanya aku tak sanggup menghadapi kenyataan bahwa ia akan pergi meninggalkanku dan kami akan berpisah dan tak bersama lagi.

Namun, saat aku sibuk melamun. Tangan Chan perlahan meraih tanganku kemudian menggenggamnya. Membuatku langsung menatapnya dengan cukup bingung.

"Kamu yakin tidak ingin ikut denganku?" tanya Chan sembari menatap dalam mataku.

Aku kemudian berusaha menguatkan perasaanku dan tersenyum padanya, "Yakin. Karena aku harus pulang pada orang tuaku."

Chan menghembuskan napas keras kemudian mencium tanganku yang digenggamnya. Membuatku cukup merasa gugup karena kami sedang berada satu mobil dengan Pak Hadi dan Bu Ratih.

"Sampaikan salamku pada kedua orang tuamu dan sampaikan pada mereka bahwa aku sangat menyukai putri mereka," ujar Chan sembari tersenyum lembut namun sangat menohok perasaanku.

Bagaimana bisa Chan berbicara seperti itu di saat-saat terakhir kebersamaan kami? Ah, aku bingung dengan caranya bertingkah.

Tak berselang lama kemudian, kami sampai di bandara. Chan sedang melakukan chek in. Setelah selesai ia kembali padaku yang sedang duduk tenang sendirian di kursi tunggu.

Bu Ratih dan Pak Hadi sedang mengurus beberapa urusan dan keperluan Pak Hadi yang ikut mengantar Chan sampai ke Korea. Chan sengaja tak menyuruh seseorang untuk menjemputnya karena ia tak ingin kepulangannya diketahui publik.

"Kamu sedang memikirkan sesuatu?" tanya Chan yang sepertinya melihatku sedang melamun.

"Nggak," jawabku sembari menggelengkan kepala.

Chan kemudian kembali menggenggam tanganku dan menatapku dengan lekat sembari tersenyum lebar.

"Jika kamu ... menikah, beri tahu aku," ujar Chan sungguh tak terduga.

Aku menatapnya dengan tatapan nanar dan tak percaya, "Jika perlu undang aku."

Aku kemudian langsung tersenyum menyembunyikan rasa sakit hatiku atas ucapannya, "Pasti Chan. Aku pasti bakal ngasih tahu kamu."

"Dan, ya. Aku ingin berterima kasih dan meminta maaf padamu. Terima kasih karena telah menolongku. Jika bukan karenamu, mungkin aku tidak akan pernah bisa pulang," ujarnya sembari mengusap wajahku dengan lembut.

"Jangan berterima kasih sama aku. Aku cuma menolong sesama manusia. Berterima kasih sama Tuhan," ujarku sembari tersenyum kecil.

"Aku sudah berterima kadih pada-Nya. Aku bersyukur karena Tuhan mengirimkan perantara malaikat sepertimu untuk menolongku," ujarnya kali ini rasanya langsung membuat napasku tercekat.

"Terima kasih telah banyak berkorban untukku," ujar Chan sembari menarikku kedalam pelukannya dan aku terhanyut dengan apa yang ia lakukan.

"Maaf, karenaku beberapa kali nyawamu hampir hilang. Namun, aku sangat bahagia bisa bertemu dengan perempuan sepertimu, Dewi. Menolongku tanpa pamrih sampai melakukan segalanya demi diriku agar aku bisa pulang," ujarnya, yang tak aku duga adalah Chan terdengar sedang menangis.

D&C: What Is Love? || Park Chanyeol ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang