Hidupku seperti sebait senandung lama lagu melayu
Kusangkakan panas berkepanjangan
Rupanya gerimis mengundang***
RAHMA menyemburkan makanannya ketika mendengar penuturan Nadia, isu yang berhembus di kantor begitu kencang sehingga dia membatalkan memboloskan diri dari tempat kerja. Dia bahkan menyeret Husein bersamanya, meskipun suaminya itu sangat enggan untuk kembali bekerja.
“Jadi gitu kejadiannya, ya Allah Nad! Dua kali lo celakain tuh anak. Pantas aja dia kabur dari lo.” Rahma menggelengkan kepala, mengambil tisu untuk menyeka kemeja Husein yang terkena semburan bakso.“Gue musti gimana dong. Suherman tiba-tiba datang ke kantor gue. Sok kepedean bilang sama orang-orang kantor kalau dia adalah calon suami gue!” sahut Nadia, mencengkeram botol air mineral dengan keras.
“Dan lo sok kepedean banget juga. Bilang Dodit adalah calon suami lo!” sembur Husein. Dia menunjuk Nadia dengan sendok. “Sekarang apa bedanya lo sama Suherman? Kebohongan lo bisa membuat semuanya jadi tambah runyam.”
“Gue nggak peduli! Orang-orang kantor sepertinya sudah percaya kalau Dodit calon suami gue. Yang harus gue perlu lakukan adalah membujuk Dodit masuk ke dalam kubu gue.” Nadia bertekad.
“Gue nggak suka cara lo.” Rahma tidak setuju. Dia menghela napas. “Nad, lo bakal menyeret Dodit yang nggak bersalah dalam rencana gila lo.”
“Dan apa yang keluarga gue lakukan juga nggak gila?” Nadia membela diri. “Nggak satupun, lelaki yang benar-benar pantas buat dijadikan suami. Ya Allah, kalian seharusnya lihat Suherman tadi, rasanya pengin banget gue patahin lehernya waktu dia panggil gue sayang.” Dia masih mendendam dan menuangkan banyak sambal ke mangkok.
“Kenapa lo nggak coba mengenalnya lebih dulu?” tanya Husien menarik botol sambal sebelum Nadia mengubah baksonya menjadi kuah berdarah. “Nggak ada yang sempurna Nad! Kalau lo mencari kesempurnaan? Sampai akhir zaman lo nggak bakal ketemu.” Dia menasihati.
Nadia mendelik. “Gue juga tau itu wahai saudara Husien yang terhormat. Tapi yang menjadi masalahnya adalah ketika pernikahan gue harus diatur. Gue masih bisa memilih sendiri kok.”
“Milih sendiri?” Rahma mengikik tertawa. “Memilih sendiri aja sampai sekarang lo belum dapat Nad! Pantasan aja orang tua lo bikin koalisi pernikahan.”
“Pokoknya gue nggak mau ketemu sama calon-calon yang diajukan orangtua gue! Amit-amit dah.” Nadia menggelengkan kepala, seakan berusaha melupakan pengalaman buruknya setelah bertemu Suherman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Terbaik Nadia [End]
Spiritual"Kamu membuatku hanya memiliki satu pilihan. Melepaskan kamu, itu yang bisa aku lakukan." - Nadia Humaira Nadia Humaira adalah perempuan yang terobsesi dengan penyempurnaan diri. Dia tidak mempercayai cinta walaupun umurnya sudah siap untuk menikah...