BAB XIII

9 3 0
                                    

Zaemin membaca berkas-berkas yang ada ditangannya dengan serius sambil berjalan menyusuri lorong penginapan yang sepi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zaemin membaca berkas-berkas yang ada ditangannya dengan serius sambil berjalan menyusuri lorong penginapan yang sepi. Setelah kemarin malam ia mendengar penjelasan dari Kairav, tentang permasalahan dan kasus yang sebenarnya. Zaemin merasa tidak bisa tinggal diam, jadi ia memutuskan untuk ikut mencari bukti-bukti tentang penyimpangan yang dilakukan oleh pak Wijaya. Jujur saja, Zaemin ingin segera menyelesaikan masalah klien Kairav dengan cepat dan segera pulang. Ia punya firasat buruk jika mereka terlalu berlama-lama berada di tempat ini.

"Ck. Hah!"

Zaemin mendengus membaca isi dari berkas-berkas yang memperlihatkan semua kelakuan bejat Pak Wijaya yang selama ini ia sembunyikan dengan rapat. Zaemin tidak habis fikir kenapa Pak Wijaya bisa dengan begitu mudahnya melakukan hal yang tidak bertanggung jawab.

"Sepandai-pandainya menyimpan bangkai, suatu saat baunya akan tercium juga. Kenapa orang tua ini tidak menggunakan pepatah itu dengan benar?" gumam Zaemin pelan. Bibirnya tersenyum miring sedikit menampilkan raut meremehkan.

Bagaimana pun aib yang di sembunyikan sedemikian rupa pasti akan menjadi bumerang bagi diri kita sendiri dikemudian hari. Maka dari itu Zaemin termasuk orang yang memiliki prinsip tegas. Ia hanya akan melakukan segala sesuatu hal dengan pemikiran yang matang, tidak ingin satu kesalahan merusak apa yang telah susah payah ia dapatkan.

Setelah mendapatkan apa yang mereka cari, Zaemin berencana akan segera menemui Kairav beserta Pak Wijaya sekaligus. Namun langkah kakinya terhenti oleh seseorang yang sangat Zaemin kenal. Disana, dibalik pintu kamar yang sedikit terbuka, Qiana sedang berdiri sambil mengintip kedalam.

"Si bodoh itu, apa yang sedang dia lakukan disini!? Padahal aku mencarinya kemana-mana" Zaemin menatap adiknya lama sebelum kakinya melangkah mendekat perlahan.

Samar-samar Zaemin mendengar suara orang yang berbicara. Ia enajamkan pendengaran dan mulai menebak siapa sang pemilik suara. Itu suara Kara dan Leon, yang Zaemin tahu adik dari Kara. Apa adiknya ini kurang kerjaan? Sampai mengabaikan dirinya dan lebih memilih menguping pembicaraan orang lain seperti orang bodoh.

Zaemin ingin menyeret Qiana menjauh tapi lagi-lagi tindakan Zaemin terhenti. Suara isak tangis membuat Zaemin membatalkan niatnya dan justu ikut mengintip dari balik tubuh Qiana yang lebih pendek darinya.

"Aku berusaha keras agar kamu tidak terlibat dalam masalah ini, Leon. Aku tidak ingin kamu terluka. Bagiku kamu lebih berharga dari pada nyawaku sendiri. Dan sekarang, kamu justru membahayakan dirimu. Seperti semua yang ku lakukan tidak berguna."

"Aku juga tidak bisa melihat kakak terluka. Kamu selalu bersamaku, Kak. Aku tidak bisa diam saja saat kamu bisa saja menghilang suatu saat dari hidupku."

"Aku tidak akan pergi Leon. Kapan aku bilang aku akan pergi darimu?"

"Tapi kamu selalu membahayakan dirimu! Kamu tidak mempedulikan apapun yang terjadi bahkan saat peluru bersarang di tubuhmu! Bagaimana aku tidak takut?"

Delta7 TeamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang