Prologue

1.3K 109 18
                                    

Pemuda bermarga Lee itu terdengar menghela nafas berkali-kali. Ia sedang membersihkan meja kotor didepannya, tumpukan piring spaghetti dan juga beberapa gelas bekas beer tergeletak begitu saja didepannya. Bukan hanya satu, total sudah puluhan meja yang Felix bersihkan. Pemuda bersurai pirang itu menyeka peluh pada dahinya. Kelereng coklatnya menyeret menatap jam dinding yang menunjukkan pukul satu dini hari. Ia seharusnya sudah berganti shift, tapi Jisung tidak kunjung datang.

Felix mengambil kerja paruh waktu untuk mencukupi kehidupannya sehari-hari. Ia pulang sekolah jam sepuluh malam dengan tambahan-tambahan pelajaran yang diberikan pihak sekolah mengingat Felix sudah berada pada bangku tingkat akhir. Setelah pulang, ia bergegas menuju restoran tempat ia bekerja, bekerja susah payah untuk melayani pelanggan. Bayarannya cukup mahal karena Felix mengambil shift malam. Hanya sedikit orang yang mau mengambil shift malam, apalagi bekerja pada restoran yang buka 24 jam.

"Pirang! Kenapa kau melamun?" Felix terkejut karena kehadiran sosok pria yang tiba-tiba menepuk bahunya. Ia menoleh dan mendapati Han Jisung, teman kerjanya yang sudah berdiri di depannya dengan wajah sumringahnya.

"Kau terlambat tiga puluh menit, Han!" Ketus Felix, dahinya merengut menimbulkan kegemasan tersendiri bagi Jisung, ia mengusak rambut Felix pelan.

"Maafkan aku, aku ada urusan."

"Aku juga ada urusan, besok ada ujian tulis matematika asal kau tahu!" Felix buru-buru melepas celemek kotornya dan melemparkan kain lap basah ke arah Jisung. Pemuda itu bergegas menuju loker, melepas atribut pelayan juga name tag-nya buru-buru. Ini sudah terlalu malam untuknya pulang, ia tidak mau dibentak gurunya karena harus tidur di kelas saat pelajaran berlangsung.

"Felix." Suara berat tiba-tiba terdengar indera pendengar Felix. Ia menoleh mendapati bos-nya tengah berdiri sambil menatapnya tajam.

"Ah-iya bos?" Felix berhenti melucuti sepatu kerjanya. Ia bertelanjang kaki sekarang.

"Cepat pulang, ini bonusmu hari ini." Seorang laki-laki bernama Chris itu memberikan satu amplop kertas Felix. Pipi Felix naik, senyumnya mengembang, hingga matanya hanya terlihat hilang dibalik kelopak matanya.

"Terimakasih bos!" Felix membawa tangannya untuk mengenggam tangan bos-nya. Chris selalu baik dengannya, bahkan sudah beberapa kali Felix diberi bonus dengan nominal cukup besar. Ia bersyukur untuk hari ini.

•••

Chris Bang, laki-laki berdarah campuran Korea-Australia berumur dua puluh delapan tahun itu berkali-kali meneguk salivanya kasar. Ia duduk gusar di atas kursi kerjanya. Bahkan peluh membasahi dahinya.

Ia memijat pelipisnya, berusaha menenangkan pikirannya yang sedang berkecambuk. Darahnya seolah berdesir. Bayang-bayang Felix memenuhi otaknya. Rambut pirang yang basah terkena keringat, badan kecil terlihat begitu rapuh, jari-jemari yang sangat mungil untuk ukuran laki-laki, juga jangan lupa kaki Felix yang begitu mulus dan ramping.

Fuck.

Chris menunduk, menatap selakangannya yang sudah menggembung. Ia begitu terangsang melihat jemari kaki Felix yang telanjang, melihat betis pemuda itu yang terlihat begitu menggoda, apalagi dengan bayangan lidahnya yang menelusuri bagian tersebut,  beralih ke atas pada paha mulus Felix yang sangat seksi.

Chris meraba penisnya, mengeluarkan penisnya dari celana bahannya. Ia mengurutnya, nafasnya terengah hebat. Matanya menutup, membayangkan sosok Felix ada di depannya, di depan selakangannya, berlutut, memainkan penis dengan jemari mungilnya. Menatap penisnya yang jauh lebih besar dari genggamannya. Chris semakin mempercepat gerakan pada penisnya.

Otaknya semakin berpikiran kotor. Membayangkan Felix mengakang di atas meja kerjanya, memperlihatkan lubangnya yang berkedut, juga penis mungil yang sudah berdiri mengacung. Apalagi paha putih mulus yang mengkilat karena keringat.

Chris meneguk salivanya, membayangkan betapa merahnya wajah Felix yang dibubuhi peluh dan mulut yang terbuka lebar dengan saliva yang mengalir deras dari sana. Hentakan-hentakan tersebut semakin kuat, membuat tubuh mungil tersebut kewalahan, dan menggelinjang hebat.

"Fuck, Lee Felix." Desahan Chris menyudahi adegan kotor di otaknya, dengan Felix sebagai objek utamanya. Chris menyandarkan kepalanya pada kursi kerjanya. Menatap begitu banyak cairan yang ia keluarkan, nafasnya masih memburu. Kemudian indera penlihatannya menangkap sosok bayangan di balik pintu ruangannya.

Chris lupa mengunci pintu ruangannya.








"Bos?"








-tbc

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 23, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

fetish 🔞 [DISCONTINUED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang