DIHUKUM

131 45 15
                                    

Nava masih teringat akan ucapan Rey yang sangat amat begitu jelas. Ia masih sakit hati dengan ucapan kakaknya itu. Sebenarnya ia juga tak ingin selalu mengingat ucapan Rey kemarin. Tapi ya bagaimana? Ucapan itu masih terus terngiang-ngiang di telinga serta otak Nava.

Nava sedari tadi tidak fokus dengan pelajaran Bu Ina dan ia hanya melamun serta bertopang dagunya saja, sehingga akhirnya Bu Ina menegur Nava dan menyadarkan nya dari lamunan suram itu.

"Nava Delia Fitri? Hei jangan melamun." Teriak Bu Ina yang tidak didengarkan oleh Nava.

Zahra, teman sebangkunya berusaha menyadarkan sahabatnya itu dengan memanggil nama Nava tetapi sedikit pelan,sehingga percuma saja usaha Zahra untuk menyadarkan sahabatnya nya itu.

"Nah, anak-anak, sampai sini kalian pah..." Ucap Bu Ina yang menggantung begitu saja karena melihat siswinya yang satu ini masih melamun tidak karuan. Bu Ina terlihat sangat begitu gemas dengan kelakuan Nava, akhirnya Bu Ina pun berjalan menuju tempat duduk Nava.

"Nava? Kenapa kamu masih melamun saja?" Ucap Bu Ina yang masih tidak ditanggapi oleh Nava.

Bu Ina pun langsung menarik nafasnya dalam-dalam untuk berteriak agar menyadarkan muridnya yang satu ini.

"NAVA DELIA FITRI?!? KAMU PAHAM ATAU TIDAK APA YANG TADI IBU JELASKAN?!?!" Teriak Bu Ina yang akhirnya berhasil menyadarkan Nava dari lamunannya.

"Eh i..iy..iyaa,Bu. Saya paham ko hehehe" jawab Nava sedikit gugup yang sambil cengingisan.

"Paham apa?!? Coba jelaskan!!!" Tanya Bu Ina yang sedari tadi sudah semakin gemas dengan kelakuan Nava.

"Hehehe, maaf Bu. Saya gak tau" jawabnya cengingisan sambil menggarukkan kepalanya yang tidak terasa gatal.

"Sekarang,kamu keluar,Nava!!!" Perintah Bu Ina kepada Nava yang sambil menunjuk ke arah lapangan sekolah.

"Sekarang Bu?" Tanyanya yang malah bikin Bu Ina seperti darah tingginya naik drastis.

"SEKARANG NAVA!!! KAMU LARI KELILING LAPANGAN SEKOLAH SAMPAI BEL ISTIRAHAT!!! DAN JANGAN KAMU COBA-COBA KABUR DARI HUKUMAN INI YA! AWAS KAMU!!!" Bentak Bu Ina yang sepertinya emosinya sudah naik ke ubun-ubun.

Dengan sangat terpaksa, Nava berlari keliling lapangan sampai bel istirahat. Sepertinya masih sekitar satu setengah jam lagi.

Baru sepuluh menit ia berlari, lagi dan lagi badannya terhuyung, rasanya ingin jatuh ke tanah detik itu juga, pandangannya pun terlihat kabur, ia berusaha sebisa mungkin untuk menetralkan kembali pandangannya dengan menggelengkan kepalanya serta memijat pelipisnya itu.

Sangat kebetulan, Dava memperhatikan gerak-gerik Nava dari depan toilet sekolah. Baru saja ia keluar dari toilet, ia melihat Nava yang begitu terlihat seperti kecapean dan butuh bantuan dari dirinya. Hampir saja Nava terjatuh, berhasil Dava menangkapnya dari belakang, sehingga tubuh Nava tidak menjadi terjatuh.

Rey yang melihat kejadian itu rasanya ingin muntah, muak sekali melihat mereka berdua ditengah lapangan, seperti menonton drama menurut Rey.

Tak lama, Dava pun langsung menggendong nya seperti waktu upacara bendera. Ia membawa Nava ke ruang UKS yang melewati kelas nya Rey.

"Cih, itu anak bisa aja caper sama si Dava, muak gue ngeliat si pembunuh itu. Lagian Dava ko mau aja sama cewek pembunuh kaya si Nava gitu?" Cibirnya dari depan ruang kelas Rey yang kebetulan samping kelas Rey adalah ruang UKS.

•••

Setelah diberi pertolongan oleh dokter yang ada di UKS, tak lama Nava pun sadarkan diri. Ia masih merasakan sakit dibagian kepalanya. Dava yang melihatnya, segera membuka suara dan mengajaknya ngobrol agar Nava bisa sedikit tenang, mungkin.

"Lo kenapa sih? Muka lo pucet tuh." Tanya Dava yang masih tetep dengan sikap dinginnya.

"Gue ga kenapa-kenapa, ngapain lo bawa gue ke ruang UKS lagi?!?" Jawab Nava dengan nada sedikit kesal, karena ia tidak ingin dirinya dianggap lemah oleh orang lain.

"Ga kenapa-kenapa? Tapi ko pingsan terus? Apa itu yang dinamakan ga kenapa-kenapa ya?" Tanya Dava yang sambil membuang mukanya dari hadapan Nava.

"Lo itu ngomong sama siapa si?!" Bukannya menjawab pertanyaan Dava yang tadi, Nava malah mengalihkan pembicaraannya.

"Gausah ngalihin pembicaraan, jangan banyak basa-basi. Bilang aja lo itu mau lebih lama lagi kan ngobrol sama gue?" Dengan perasaan Pd-nya itu, Nava rasanya ingin muntah mendengar perkataan Dava barusan.

"Ga banget!" Celetuk Nava yang mengeluarkan sifat so juteknya.

"Jangan bawel, minum dulu ini obatnya. Biar ga pingsan terus lo." Ucap Dava yang sambil menyodorkan sebuah obat yang diberi dokter tadi dan juga tak lupa segelas air mineral.

"Gausah so baik, ntar lo suka sama gue gimana? Eh kalo lo nya yang suka sih gapapa, tapi gue nya kan gasuka haha." Jawab Nava yang sambil tertawa sinis serta membuang muka dari hadapan Dava.

"Iya terserah lo cewek bawel dan..." Ucapnya yang menggantung ketika Nava langsung memotongnya begitu saja.

"DAN APAAAA?!?!" Potong Nava yang sambil melotot kan Dava.

"Santai aja kali matanya mba" Jawab Dava tanpa melihat wajah Nava.

"Heh cowok rese?! Lo ngomong apa barusan? Coba ulang lagi gue ga denger nih." Ucap Nava yang sambil menarik telinganya ke dekat Dava.

Bukannya menjawab ucapan dari Nava, Dava malah langsung pergi keluar dari ruang UKS tadi. Ia sama sekali tidak menghiraukan ucapan si cewek bawel itu.

Melihat Dava yang tidak menggubris ucapannya, Nava langsung mengepalkan tangannya itu.

"Arghhhh... Awas aja lo ya!!!" Teriak Nava walau Dava nya sudah tidak terlihat lagi dari hadapannya.

Tak lama, Zahra,Nabila dan juga Bu Ina menghampiri Nava ke ruang UKS.

"Nava, saya minta maaf ya, lagian kamu selalu saja melamun, saya tidak tega juga sebenarnya melihat kamu melamun terus seperti tadi. Yasudah, akhirnya saya putuskan saja untuk menghukum kamu, saya minta maaf ya, saya tidak tahu kalo kondisi kamu sedang tidak baik." Ucapan maaf dari Bu Ina terlontarkan dari bibirnya yang disertai senyuman dan tatapan sendu terhadap Nava.

"Iya Bu, gapapa ko. Lagipula saya sudah tidak apa-apa. Sudah sehat ini saya. Ibu gaperlu minta maaf ya, karena kan ini bukan salah ibu sepenuhnya hehe." Jawab Nava yang disertai senyuman di sudut bibirnya walaupun terlihat pucat.

"Iya, yasudah, terimakasih banyak ya,nak. Semoga kamu lekas sembuh, jangan lupa diminum ya obatnya. Saya permisi." Ucap Bu Ina yang terlihat begitu tulus sekali kepada Nava.

"Va, btw siapa yang bawa lu ke ruang UKS?" Serobot Zahra sambil membulatkan matanya. Bukannya nanya kondisi sahabatnya yang satu ini, malah nanya hal yang ga begitu penting terhadap Nava.

Mendengar pertanyaan dari Zahra tadi, Nava hanya memutar bola matanya dengan malas.

"Iya bener, dibawa siapa lo kesini?" Tanya Nabila yang ketularan keponya Zahra.

"Gue kesini digendong Dava kaya waktu itu." Jawab Nava dengan malas.

"APAAA?!?! KEREN BANGET DONG,VA? gue jadi pengen ahhhh" Teriak Zahra sambil membulatkan mata layaknya anak kecil yang minta dibelikan sesuatu oleh orangtuanya.

"Apasi lo berdua? Jangan lebay deh..." Lagi dan lagi Nava menjawabnya dengan memutar bola matanya dengan sangat malas.

Why Am I Always Blamed?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang