"Eum. Hai." Charis membuka suara di depan forum. Tengkuknya dia garuk. Meskipun tidak gatal. "Jadi, eum. Sejujurnya. Saya punya beberapa perusahaan yang memperkerjakan perempuan."
Wanda masih menatapnya. Tatapannya kini berubah. Bukan lagi tajam. Melainkan perhatian dan penuh keseksamaan. Membuat Charis semakin antusias untuk menjelaskan apa yang terpintas di pikirannya.
"Sejujurnya, manajemen yang dibuat oleh orang tua saya mengintimidasi perempuan. Ayah saya beranggapan jika perempuan akan berhenti sewaktu-waktu. Sehingga mereka sulit mendapatkan promosi.
"Saat ini, saya sudah mengambil alih perusahaan yang sebelumnya Ayah saya pimpin. Eum. Terus terang, saya ingin menghargai pekerja perempuan saya. Karena itu, rasanya, mungkin, saya harus mengikuti beberapa seminar seperti ini."
Narasumber yang memberikan pertanyaan mengulum senyum. Puas dengan jawaban Charis. Sementara Wanda hanya menautkan kedua alisnya. Tidak percaya dengan apa yang dikatakan lelaki itu. Mungkin hanya bualan. Sama seperti apa yang dilakukan oleh lelaki lain yang berusaha mendekatinya.
Saat menyerahkan kembali microvan ke arah Wanda, dia bergumam. Sedikit keras. Agar Wanda bisa mendengarkan gumaman itu, "Saya senang lihat kamu di sini," katanya kemudian tersenyum.
Wanda?
Gadis itu melengos, malas mendengar apa yang dikatakan oleh Charis demi menarik perhatiannya. Dia tidak suka dengan sikap lelaki itu yang sewenang-wenang. Seperti lelaki yang dominan terhadap perempuan. Seperti laki-laki yang akan merendahkan perempuan manapun.
Menemukan Charis di dalam situasi ini membuatnya sebal dan segera ingin mengakhiri acara. Agar lelaki itu bisa pergi secepat mungkin. Lalu melupakan antara pertemuan pertemuan yang terjadi di antara mereka.
Wanda merasa heran. Kenapa lelaki itu tahu bahwa ada dia di sana. Dalam acara tersebut. Setahunya. Agenda seminar yang dia tangani hanya diketahui oleh organisasi. Bisa jadi Senggigi atau Stefan. Sejauh ini, hanya mereka yang Wanda curigai.
Entahlah. Wanda enggan memikirkan ini. Yang terpenting sekarang dia mengerjakan pekerjaannya dengan baik sampai seminar selesai. Tanpa menganggap keberadaan Charis sedetikpun.
.
"Nda!"
Oh tidak. Wanda punya firasat buruk saat Airin memintanya datang ke ruang tunggu. Masalahnya, dua menit yang lalu, Charis masuk ke dalam sana bersama Airin. Pasti lelaki itu mengada-ngada sesuatu. Jadi Wanda merasa bahwa panggilan Airin terhadapnya adalah aba-aba kesulitan pada hidupnya.
Tapi, Wanda tidak bisa menolak panggilan Airin. Selain dia merupakan ketua pelaksanan seminar, Airin adalah sahabatnya yang mengenalkan dirinya dan Senggigi pada organisasi ini. Jadi, ya dia berjalan dengan perasaan malas ke ruang tamu.
"yep?" tanyanta dengan antusias yang pura-pura.
Airin menarik tangan Wanda, "Jadi gini, tadi, tahu kan Charis, cowok yang datang ke acara kita?"
Eum, Wanda sudah menduganya. Pasti akan berkaitan dengan lelaki yang tiba-tiba muncul di bangku tamu dan berpura-pura berkonsultasi mengenai perusahaannya. Charis.
Wanda masuk ke dalam ruang tamu dengan enggan. Dia sempat menayap bahwa Charis sedang berbincang kepada Koordinator Nasional Organisasi, Ayuna. Tampak serius. Tapi tidak sekalipun Wanda tertarik untuk mencaritahu apa yang mereka bicarakan.
"Jadi, Mas Charis ini minta bantuan kita untuk membuat regulasi buat perusahaannya untuk perempuan," Airin menceritakan secara singkat alasan kenapa dia ada di sana. Yang meskipun tidak ada kepentingan yang terjadi di antara dirinya dan Charis.
YOU ARE READING
A Midsummer Nights Dream ✔
FanfictionWanda hanya tidak percaya pada cinta. Dia memilih melakukan apapun sendirian. Lalu Charis datang. Membuktikan cinta itu punya kekuatan magis. Tapi Wanda tidak pernah percaya. Bagi Wanda, cinta sangat menyakitkan. Bagi Wanda, cinta hanya membawanya p...