39. Masa Depan

11.3K 1.1K 73
                                    

Ting!

Dentang lift berbunyi saat benda itu sampai pada lantai tertinggi hotel. Dari arahnya berjalan masuk, Jiyeon dapat melihat kerumunan orang tengah asik dengan dunia mereka sendiri di setiap meja.

Lalu lalang para pramusaji, suara tawa di beberapa sisi. Malam itu sepertinya cafe sedang sedikit ramai.
Mungkin efek menuju weekend.

Jiyeon baru saja sampai setelah diantarkan Mark. Ada beberapa hal yang harus ia diskusikan bersama dosen pembimbing sebelum matahari mulai tergelincir dari langit. Masih pukul setengah lima sore. Pantulan matahari mulai terlihat menembus ornamen-ornamen restoran.

"Jiyeon? Baru datang?"

Jiyeon tersenyum saat menemukan Minhye berjalan padanya.

"Iya kak, baru banget. Lagi rame ya?"

Minhye mengangguk, terkekeh kecil. "Lagi ada promo menu baru."

"Oh, yang kemarin itu?"

"Udah tau?"

"Kemarin sempet diomongin sama mas. Tapi aku belum coba."

Keduanya berjalan menuju meja di sudut cafe. Minhye meraih tag bertuliskan 'reserve' sebelum membiarkan Jiyeon duduk disana. Meja itu memang selalu disediakan untuk Jiyeon, oleh Jaehyun. Terutama saat tau jika gadis itu akan berkunjung.

Jiyeon menyukai pemandangan kota di malam hari, namun gadis itu tidak terlalu suka berada di keramaian. Itulah kenapa meja khusus itu Jaehyun pilihkan di salah satu sudut cafe.

"Mau makan apa? Atau kamu mau coba menu barunya?"

"Boleh kak." Jiyeon mengangguk mendengar tawaran Minhye. Kedua bola matanya meliar mencari keberadaan Jaehyun. "Um.. mas dimana kak?"

"Lagi rapat mendadak." Minhye tertawa pelan melihat ekspresi kecewa Jiyeon. "Apa makanannya mau Jaehyun yang bikinin?"

"Eh, nggak gitu kak. Hehe cuma penasaran mas ada dimana."

Minhye mengangguk maklum. "Tunggu sebentar ya. Nanti kalau udah selesai juga dia pasti langsung kesini."

Jiyeon memperhatikan Minhye yang berjalan menjauh. Gadis itu adalah teman dekat Jaehyun semasa sekolah menengah. Dan karena kebetulan Minhye mengambil jurusan management bisnis, Jaehyun meminta bantuan sahabatnya itu untuk mengelola cafe sejak pertama kali dibuka.

Jiyeon mengenal Minhye sudah cukup lama. Gadis itu bahkan memilih untuk tetap bekerja pada Jaehyun meski ijazah dan nilai yang ia dapat cukup untuk membawanya masuk ke salah satu perusahaan besar.

Minhye bilang, 'Aku enjoy kerja disini. Belum kepikiran mau kerja kantoran'. Padahal Jaehyun membebaskannya untuk pergi kapanpun. Karena ia tidak ingin menghalangi siapapun untuk berkembang.

Bahkan Jaehyun sendiri sudah mencoba peruntungannya melamar di beberapa tempat usai sidangnya bulan lalu. Tapi seperti yang Minhye katakan, sepertinya ia masih cukup nyaman mengurusi cafe.

"Ngelamun aja, mikirin apasih?"

Sapaan dari arah depan menarik Jiyeon dari lamunannya. Jaehyun sudah duduk dan tengah merapikan lengan kemeja.

"Mas? Sejak kapan?"

Tawa pelan Jaehyun mengudara. "Baru aja. Udah pesen makan?"

Jiyeon mengangguk dua kali.

"Pesen apa? Nggak nyobain menu baru cafe?"

Lagi-lagi Jiyeon mengangguk. "Gimana rapat dadakannya?"

"Nggak gimana-gimana. Cuma butuh koordinasi soal inventory sama pembaruan list supplier aja kok."

Jiyeon mengangguk paham. Tak lama Minhye datang dengan sepiring makanan pesanan Jiyeon.

[✔] Undaunted | Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang