Flashback
Hujan sudah semakin reda, namun pelukan mereka belum mengendur. Rai memejamkan mata. Meresapi kehangatan yang menyapa. Pergerakan kembali terasa. Yumna berusaha lepas. Rai menggeleng. Menguatkan rangkulan.
"Rai ... lepas. Banyak orang melihat," ujar Yumna. Dia menyapukan wajah pada dada Rai. Sepertinya gadisnya ini sedang malu.
Rai tersenyum tipis. Mencium puncak kepala Yumna. Hatinya semakin membuncah.
"Tidak. Biarkan saja mereka."
"Rai!" jerit Yumna tak sabar, frustrasi dan putus asa. Rai terkekeh.
"Akhirnya, kamu memanggil namaku. Coba kembali sebut namaku." Rai semakin gencar mengendus rambut basah Yumna.
"Apaan, sih! Lepas!" Yumna mendorong kuat. Rai terhuyung. Fokus matanya berkunag-kunang. Ah, hawa dingin mulai menyeruak masuk. Kepalanya juga terasa nyut-nyutan.
"Yumna, sepertinya aku kedinginan." Rai kembali ingin mendekat. Mengulurkan tangan. Tatapannya sayu.
"Nggak!" Yumna menepis tangan itu. Pandangannya menajam. Mengambil payung, sebelum berlalu menjauhi Rai.
Rai hanya memandang. Tak mampu mengejar. Pusing di kepalanya semakin mengganggu. Udara dingin juga turut membuatnya tak berkutik.
Argh!
Kepalanya semakin memberat. Kesadarannya berkurang. Pandangannya mengabur.
Rai masih berusaha mempertahankan kesadaran. Gadisnya kembali. Mencemaskan dirinya. Rai hanya tersenyum. Memanggil nama itu.
"Yumna ..."
"Rai jangan bercanda! Ayo bangun. Aku akan menemanimu jalan-jalan kemanapun kalau kamu cepat bangun!"
Kalimat Yumna diakhir kesadaran tertancap jelas. Ia akan mengingatnya. Akan ada waktu untuk menagihnya.
***
BRUK!
Yumna berhenti. Menoleh belakang. Matanya membulat. Nyaris tak percaya dengan apa yang ia lihat. Rai ... pemuda itu tersungkur di sana. Memejam seakan tertidur.
Yumna berbalik. Menghampiri. Menepuk-nepuk pipi itu. Rai mengerjap.
"Rai ... bangun! Jangan tidur di sini!"
"Yumna." Suara Rai melemah.
"Jangan bercanda!"
Rai hanya tersenyum. Matanya semakin memberat. Perlahan tertutup.
"Rai jangan bercanda! Ayo bangun. Aku akan menemanimu jalan-jalan kemanapun kalau kamu cepat bangun!"
Tak ada pergerakan. Yumna semakin panik. Jemarinya gencar menepuk. Masih diam. Yumna menoleh. Melambaikan tangan. Mencari bantuan.
Beberapa orang menghampiri. Membantu mengangkat tubuh besar Rai.
***
Selasa, 24 Desember 2019 (12.53)
Salam sayang,
Zafa Diah
KAMU SEDANG MEMBACA
Yumna's Secret
Teen Fiction"Cerita ini telah diikut sertakan dalam kompetisi ODWC menyambut Anniversary AMB Publisher tahun kedua." Yumna Khaura Adriyani. Putri terakhir dari keluarga Adriyansyah. Bersifat cuek--pada selain keluarga, suka beradu kekuatan terutama bagi yang me...