"Apa? Mama mau nikah lagi?" Tanya Gadis itu setengah kaget.
Mamanya menggangguk, ragu-ragu.
Sedikit takut jikalau putrinya tidak bisa menerima setelah mendengan pengakuan darinya.Gadis tadi masing bingung, wajahnya cengo. Beberapa detik berikut wajahnya kembali normal.
"Sama siapa Ma?" Tanya Gadis itu dengan mata yang berbinar-binar
Vera, Mamanya sedikit kaget dengan raut wajah Putrinya yang seakan baik baik saja. Ia berpikir Putrinya akan mengamuk atau bahkan menangis setelah penuturannya.
"Kamu oke kan, Dek?" Sapaan Adek yang sering dilontarkan Vera kepada Putri semata wayangnya.
"Oke, Ma. Hanna oke. Mama apaan sih, Hanna biasa aja kok."
Ya, Hanna Shabrina. Ia Gadis yang ceria, cerewet, cantik dengan rambut hitam legam tergerai lurus, tidak suka 'terkenal' itu menyeramkan karena harus menghadapi manusia manusia yang ngga kenal, tapi sok tahu. Hanna tidak suka itu.
Bagi Hanna, kebahagian Mamanya lebih penting dari apapun itu. Mamanya mau menikah lagi pun, tidak masalah baginya. Asalkan lelaki itu bisa menjaga dan membahagiakan mamanya. Ya memang sebagian orang sulit menerima itu, tapi baginya tidak masalah. Mamanya butuh sosok lelaki yang bisa menemani, menjaga, dan menafkahinya.
"Kamu ngga marah kan kalo mama nikah lagi?" Vera menatap Hanna lembut
"Iya gapapa dong Ma. Berarti Hanna kan juga bisa dapet Papa baru." Hanna tersenyum, memperlihatkan seolah dirinya baik-baik saja.
Vera ikut tersenyum menatap putrinya, menarik Hanna ke pelukannya. Ia bangga putrinya sudah dewasa sekarang.
"Mama mau nikah sama siapa?" Tanya Hanna yang masih berada dipelukan Mamanya.
"Nanti Mama kenalin deh sama Kamu." Jawab Vera sembari membelai rambut Hanna.
***
Matanya menatap lurus kedepan, masih merasa kaget atas ucapan papanya yang akan menikah lagi. Ia tidak suka ada kehadiran wanita lain dirumahnya. Baginya tidak ada siapa pun yang bisa menggantikan sosok mamanya.
Kadang masih terasa sulit menerima kenyataan kalau mamanya sudah tiada. Ia tahu papanya selama ini kesepian seorang diri.
"Papa mau nikah sama siapa?"
Galih, Papanya menghela nafas sejenak.
"Sama Tante Vera, dia teman SMA Papa. Papa harap kamu bisa menerima Vera sebagai ibumu."
"Adam belum tau Pa, Adam mau kekamar dulu." ujar lelaki itu, dengan langkah menaiki tangga.
Padahal Galih belum habis menyelesaikan pembicaraannya, tapi Putranya sudah pergi dari hadapannya.
Adam Putra Arseno, anak lelaki semata wayang dari Galih Putra Arseno. Mamanya sudah terlebih dahulu meninggal ketika melahirkan Adam.
Adam tumbuh tanpa ada peran ibu, itu yang membuatnya sedikit menjadi keras. Terkadang Galih harus ekstra sabar untuk menghadapi putranya.
Walaupun Adam memiliki watak yang keras, sedikit galak, tetapi untungnya ia memiliki wajah tampan, kulit putih, hidung mancung, serta bibir yang agak berwarna merah muda. Meskipun terkadang Adam suka mengkonsumsi rokok, tapi tak membuat warna merah muda pada bibirnya luntur.
***
Hai gais, jangan lupa vote + comment, atau mau kasih saran apa pun itu. Btw ini cerita pertamaku jadi monmaap kalo kebanyakan kurangnya. Semoga kalian suka :))
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Saudara?
Teen Fiction-Adam Arseno Putra Kehidupannya berubah semenjak papanya menikah lagi dengan janda anak satu. Baginya tidak ada siapa pun yang bisa menggantikan posisi mamanya, tetapi mau tidak mau, suka tidak suka, ia harus sanggup tinggal seatap bersama 2 peremp...