Hai

31 5 0
                                    

Setelah kejadian kemarin, Alina mulai membatasi kedekatannya dengan Gavin. Memang sudah seharusnya itu yang ia lakukan bukan? Tapi itu adalah hal yang sulit untuk alina, mungkin karena perasaannya pada Gavin atau mereka sudah berteman baik cukup lama.

Tidak jarang Gavin merasa aneh terhadap sikap Alina kepadanya. Ia sudah mencoba bertanya saat jam istirahat atau pulang sekolah, tetapi Alina selalu mengalihkan topik atau menghindarinya.

Alina tidak mengatakan apapun pada sahabatnya karena merasa itu masalah pribadinya yang masih bisa ia selesaikan sendiri.

Oleh karena itu, sahabatnya juga bingung dengan sikapnya itu. Mereka tahu jika Alina tidak mungkin menjauhi Gavin tanpa alasan.

Ayesha sudah bertanya ada apa beberapa kali, tapi Alina tak kunjung mengatakan apa-apa. Ia hanya memasang wajah lesu saja.

"Al, lo sebenernya kenapa?"

Ayesha mulai membuka suaranya setelah duduk di kursi kantin. Diikuti Reina dan Sherly.

"Kenapa apanya?"

"Lo sama Gavin kenapa? Lagi berantem?"

"Nggak juga" jawab Alina singkat.

"Lo nggak mau cerita sama kita?" Tanya Sherly sambil menatap Alina serius.

Alina diam.

Ia merasa bimbang untuk bercerita atau tidak. Ia menggigit bibir bawahnya karena bingung dan menatap tangannya yang ada di meja kantin. Sedetik kemudian ia menatap Ayesha.

"Kemarin Nabila ngomong ke gue bersikap ke Gavin sewajarnya aja"

Akhirnya ia mengatakan yang sebenarnya kepada mereka. Sherly sedikit kaget, namun wajahnya kembali normal dan menghela napas pelan. Reaksi Ayesha dan Reina pun tidak jauh berbeda.

"Al, mungkin ini saatnya lo harus move on dari Gavin. Cowok masih banyak" ucap Sherly.

"Mungkin iya" jawab Alina sembari tersenyum kecil.

"Udah nggak papa. Ada kita bertiga yang siap nemenin lo, Al!" sahut Ayesha bersemangat.

"Iya iya gue tahuuu" jawab Alina kemudian mereka tertawa bersama.

"Lagian masih ada, Ghibran" celetuk Reina tanpa berpikir, kebiasaan.

"Bisa diamuk kingkong jablay dah!" Jawab Ayesha sambil memasang wajah ngeri.

Alina seketika tertawa "ada-ada aja lo" jawab Alina santai.

"Tapi kalo lo suka sama Ghibran beneran ya gapapa sih" ucap Sherly menggoda Alina.

"Bener juga, nggak usah takut sama si jablay, Al. Kan ada Ghibran. Pasti dia bakalan ngelindungin lo deh, gue yakin"

Alina seketika terdiam mendengar perkataan Ayesha. Ia teringat perkataan yang diucapkan Ghibran saat itu.

Perkataan yang cukup membuat Alina berharap ada yang melindunginya kalau memang Laras macam-macam dengannya lagi.

Namun mengingat perilaku Ghibran yang mudah berubah, Alina jadi tidak yakin dengan itu.

"GHIBRAAAAAN" Teriak Laras yang mengejar Ghibran membuat seisi kantin menoleh kearah mereka berdua.

"Apaaa?" Jawab Ghibran malas.

"Tungguin dong~"

"Ya cepetan! Lagian lo ngapa sih ngikut aja!" jawab Ghibran sembari menoleh sebentar ke arah Laras.

"Ya kan aku pengen ke kantin sama kamuu" ucap Laras yang sudah berjalan beriringan dengan Ghibran.

Ghibran tidak mempedulikan ucapan Laras. Ia hanya fokus berjalan untuk membeli soto Pak Mamat.

Good Or BadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang