Safety Pin
[1245 words]
Dec 24, '19.**
Runaways,
we're the long lost children
Running to the edge of the world
Everybody wants to throw us away
Broken boy meets broken girl ♪Kacau.
Aku melihat merah di sekujur tubuhku--kepala, pipi, tangan, kaki--dan indah bukanlah kata yang benar untuk mendeskripsikan kondisiku.
Gelembung-gelembung amarah di dalam hati kecil tengah meletup-letup, menginginkan ruang bebas untuk terbang, memenuhi atmosfer. Namun, tidak. Aku tidak akan menjadi seperti orang yang membuatku seperti ini. Marah tidak selalu menyelesaikan masalah.
Menjadi babak belur dan terlihat seperti gelandangan malam-malam begini memang tidak ada dalam kalkulasi perencanaan hidup jangka panjangku. Maka dari itu, jangan heran kalau aku berakhir di bawah jembatan, menghadap sungai dalam nun dingin, menangis sendirian.
Aku putus asa.
Mimpi-mimpi yang pernah aku bangun, perlahan runtuh di depan mata. Kehadiran pria itu di rumah hanya membawa malapetaka. Aku memang bukan anaknya, tapi jelas-jelas ibu kandungku masih di sana, tinggal serumah dengan kami. Akan tetapi, apa pria itu peduli? Ikat pinggangnya tetap saja melayang ke tubuhku dan sentakannya selalu menggerayangi tidurku.
Gila.
Gemercik air sungai terdengar seolah memanggilku. Aku tergoda untuk terjun melihat dunia di bawah sana, yang tak tersentuh matahari dan hanya ada kegelapan.
Apa lebih baik aku menghilang saja dari bumi?
Semua itu berputar-putar di dalam kepalaku, memenuhi kalbu, mengacaukan rasionalitas yang dulu pernah singgah di situ.
"You're a mess."
Andai suara itu tidak menarikku ke realita, mungkin saja sekarang aku sudah menenggelamkan diri ke dasar sungai.
**
Aku berjengit saat kain basah itu mengenai salah satu lukaku yang tercetak jelas di wajah.
"Sudah kubilang jangan bergerak," suara itu memaksaku untuk tetap dalam posisi stagnan, tidak membiarkan anggota tubuhku bergerak meski beberapa millimeter saja. "Beruntunglah kau aku sedang berbaik hati. Aku bisa saja meninggalkan kau sendirian dan melihatmu mati."
Aku hanya diam.
You said you tried it all before
And it only makes it worse
Oh, but this time,
maybe this time
Two wrongs make it right ♪Setelah merawat luka-lukaku, dia berbaring begitu saja di rumput dan menghela napas. Kulihat tangannya merogoh sesuatu dari saku, dan ia mengeluarkan sebuah lintingan kertas.
"Mau coba menghisap?" tawarnya.
"Bibirku sudah mati rasa untuk ganja," sahutku, memiringkan alis. "Dan kurasa, aku juga mati rasa kepada segala sesuatu di dunia."
"Argumenmu valid untuk seseorang yang terlalu banyak melewati malam tanpa menyadarinya," kata dia, mulai membakar ujung lintingan kertas, melihatnya berasap. "I guess, being high was your priority."
"I'm not denying."
"Good. Now I have a friend."
**
KAMU SEDANG MEMBACA
safety pin | ✓
Fanfictionmaybe this time, two wrongs make it right. ** a yaotome hikaru fanfiction (1/1) inspired by ♪ safety pin - 5sos han © 2019 written in bahasa