three // baikan

57 2 0
                                    

Senja sore begini, biasanya Cindy menunggu Raven latian basket di lapangan basket sekolah. Tapi, sekarang? Cindy memang merasa gerah lama-lama bertengkar terus dengan Raven, tapi jika ia yang mengajak maafan duluan, mau di taruh mana harga dirinya?

Ogah, mending si Raven aja yang minta maaf ke gue dulu, batin Cindy yang sedang duduk di koridor sekolah, mengamati kegiatan anak-anak yang sedang ekskul.

Ngomong-ngomong, Cindy sedari tadi duduk di koridor hanya untuk menunggu Raven bermain basket...ah! Cindy menepuk dahinya. Bodoh sekali dirinya, mereka, kan, sedang bertengkar. Cindy pun lekas berdiri dan mengambil handphone-nya yang berada di saku roknya, menelpon supirnya bertanya ia ada di mana.

Karena terlalu sibuk dengan handphone-nya, Cindy tidak melihat bahwa ada bola basket yang hampir mengenainya. Seseorang pun mendorong Cindy dengan keras dan membuat Cindy sangat kaget.

"Aw!" teriak Cindy keras, ketika ia melihat orang disampingnya, raut wajahnya pun langsung berubah. "Lo ngapain, sih, pake ngedorong gue segala? Mau buat gue mati, ya?" tuduh Cindy asal.

Raven yang dituduh begitupun langsung mendelik. "Gue itu nyelamatin elo dari bola basket yang hampir kena kepala lo," ucap Raven sambil menunjuk bola basket yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri.

Cindy pun melihat ke arah bola basket itu. Pipinya memanas, menahan malu. Malu karena ia sudah menuduh Raven asal-asalan padahal niat Raven baik, menyelamatkannya.

Cindy menatap Raven dengan ekor matanya. "Oh, makasih, deh," ucapnya lalu meninggalkan Raven begitu saja. Sejurus kemudian, Raven menahan tangan Cindy dan mengakatan, "Mau sampai kapan lo jauh-jauhan sama gue kayak gini?"

Cindy menoleh mendapati Raven sedang mencengkram tangannya. Begitu keras, hingga susah untuk dilepas.

Raven menghela napasnya. "Gue ngaku, deh, gue salah. Tapi jangan jauhin gue gini dong, Cin. Nggak enak. Maafan, ya?"

Raven melepaskan tangan Cindy. Menatap Cindy yang menundukkan kepalanya. Cindy menghela napasnya. Lalu mendongak menatap Raven yang sekarang sedang menatapnya tepat di matanya. Raven mengulurkan tangannya, menunggu jawaban dari Cindy.

"Ya," jawabnya tersenyum sambil membalas uluran itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 16, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang