tentara bayaran : bayangan

7 1 0
                                    

Bekerja paruh waktu di kondisi membahayakan-setiap saat aku selalu mengurusi persedian senjata dam akhir Minggu dapat pulang dengan kucing abyss yang lucu.
“cap, ada panggilan rabu malam untuk posko logstik dan persediaan senjata.”
“mereka menginginkan buatan mana?rusia? amerika atau cina?”
“tidak spesifik mereka hanya memiliki biaya setengah dari yang kita tawarkan.”
“kondisi?”
“mereka terpojok, beberapa urusan medis namun mereka kehilangan banyak wilayah.”
“tidak masalah, kita datang Senin sore, siapkan juga baju hangat dan sedikit kue kurasa mereka melindungi anak-anak.”
“siap cap, lalu orderan dari inggris baru tiba saat kita berada di markas dekat teluk.”
“kondisikan hal itu aku berangkat sesuai jadwal.”
Delapan tepat, arah bandul jam melingkar dengan detik yang masih bergulir, tiba di tempat yang penuh dengan desiran debu dan tembok-tembok bekas peluru. Aku bergegas menuju sipil disana dan mulai membantu teknis pesenjataan mereka.
“opsir apa kau kalah?, bagaimana dengan bahasamu?!”
“cukup jelas kami bisa tau inggris, kau cukup dengan itu... cobalah untuk tidak berhadapan dengan mereka, itu persoalan kami.”
“itu pasti.” Obrolan kami terpotong akibat ledakan granat dari radius cukup dekat mereka coba mendesakku mundur namun tenda dan sejumlah senjata telah tergerai, rengekan tentara yang buatku agak risih malah terlihat buruk ditambah lagi mereka ternyata bersikap patriotik. Opsir dengan pangkat dan bualan itu di usirnya ke garis belakang bersama para wanita dan anak-anak. Dengan perban simbah darah mereka mengambil apa saja yang bisaku bawa dan maju kembali melawan rezim mereka.
Suara tembakan bersautan namun janggal dengan suara tembakan di barat daya  meski opsir itu melarangku aku bawa revolver kesukaanku untuk kesana, benar rupanya mereka didapati sedang merampas rumah untuk posko mereka sendiri namun disana terdapat warga sipil tanpa senjata namun lengkap dengan keluarga.
Aku dari pintu samping melijat delapan orang dengan tubuh tempaan berjajar meminta roti bakar, atau sebuah hunian untuk akhir perang, aku memang lahir untuk ini beberapa detik pertama aku dapt masuk dengan mudah semua memompa senjata namun aku menumbangkan dua diantara mereka dengan tangkas aku lebih denganmt jaraknya dengan mereka, mereka mencoba melempar bom namun aku menyadarinya-granat murahan yang berurasi 16 detik itu bisa ku lempar balik dengan revolverku bak pemain softball akulah yang akan menyentuh lebih dul- touch down kalian kalah, bom itu berbalik dan mengenai mereka tidak ada yang cidera ringan mereka terlalu dekat dengan bom dan ajal mereka. Kudapati warga sipil itu terlihat sangat serupa dengan opsir mereka semua bermata biru dengan hidung mancung tanda oksigen disan sangat tipis, jika saha aku tak mengiranya aku mungkin akan mati.
Sang ayah ternyata memberontak lebih awal dari yang aku sadari dia merogoh pisau dapur saat aku berbalik, namun aku masih selamat berkat instingku yang menangkap pisau itu lalu kutarik pelatuk recolverku, tak perlu hitungan detik kokang dari senjataku membuat seni indah dari darah di dinding tembok rumah itu. Aku terlihat gusar saat menemui istri dan anaknya, namun aku sanbut dengan hangat dan bilang aku hanya pihak ketiga yang tidak sekeji mereka yang akan berprilaku hewan buas terhadap pengecualian perang, aku sambut mereka dengan selimut dan coklat hangat menjauhkannya dari kegiatan maskulin yang penuh darah.
Mereka bersedia menemui opsir dan di evakuasi. Setidaknya raut wajah sang anak belum mengerti apa yabg kuperbuat, ya jelaslah pekerjaan kotorku akan dihindari untuk di pelajari atau bahkan di buatkan jalur khusus study yang benar bukan tabu namun moralitas warga memang terlihat rumit. Untuj sepertiku haruslah mengabdi untuk negara, padahala aku ingin bebas dangan menggapai semua dengan tangan, meski simbah darah.
Aku tak akan pernah jadi pahlawan tapi setidaknya jumlah orang sepertiku mungkin tak pernah ada.
“cap semua selesai, evakuasi warga sipil berhasil, tak ada korban dari pihak kita. Kita bisa menekan angka korban pasukan ini, namun terlihat bantuan kita mengundang banyak kecaman negara lawan klien kita.”
“tak perlu di fikirkan sogok saja kepala mereka, kita pergi dari sini suplai juga senjata tambahan, pengkhianatan terjadi tadi, aku ingin mereka segera berdamai tanpa ada kelanjutan perang sipil.”
“siap cap.”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 24, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

tentara bayaran : bayanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang