[Chapter 31]

2.8K 183 14
                                    

By:ayusaras

Sherina mengerjapkan matanya berulang kali. Ia menatap bingung dengan kamar yang ia tiduri sekarang. Kamar yang begitu sangat luas dengan warna dinding hitam putih yang lebih dominan. Hingga penglihatan Sherina jatuh pada seorang pria dewasa dengan pakaian yang awut-awutan tak rapi tengah tertidur di sofa. Gadis kecil tersebut membulatkan kedua bola matanya. Ia terkejut.

"Aaaaaaaaaaaaa"pekik Sherina lalu menangis sambil berteriak sangat keras hingga membuat pria yang tadinya tidur sangat tenang diatas sofa terbangun akan ulah Sherina.

Pria dewasa yang dimaksud Sherina itupun melangkah mendekat kearahnya. Sherina pun membuat ancang-ancang untuk meloncat dari ranjang saat melihat pria tersebut mendekat kearahnya. Ia takut pria tersebut berniat jahat padanya itu terlihat sangat jelas dari wajah pria tersebut yang terlihat sangat menakutkan baginya.

"Bocah lo ngapa sih? Ganggu tidur gue aja tau gak sih!"keluh pria tersebut pada Sherina.

"Dasar Om Pedofil! Om mau perkosa aku kan?! Atau emang udah Om lakuin lagi." Ujar Sherina dengan tatapan sedihnya, air mata keluar dari pelupuk gadis kecil tersebut.

"Enak aja panggil Om! Gue bukan om lo kali!"ketus pria tersebut.

"Om jahat sama Shei! Om tega hiks..hiks..."Sherina melempar sebuah bantal kearah pria tersebut bertubi-tubi lalu menjatuhkan tubuhnya di lantai. Ia langsung menangis dengan menutup wajahnya menggunakan kedua telapak tangannya.

"Cup..cup jangan nangis dong. Bisa barabe kalo gue ketahuan sama sepupu gue buat anak kecil kek lo nangis. Gue enggak ngapa-ngapain lo kok suer deh."ucap pria tersebut sambil menujukkan jarinya yang berbentuk huruf 'V'.

"Se..rius Om?"tanya Sherina, tangisannya tiba-tiba saja berhenti.

"Eh bocah jangan panggil gue Om! Gue masih dua puluh lima tahun dan itu masih sangat muda. Panggil Abang atau Kakak terserah lo deh asalkan jangan Om!"ujar pria tersebut dengan cengiran khasnya.

"Nggak mau! Tetep aja Om lebih tua dari Shei."tolak gadis kecil tersebut sambil menjulurkan lidahnya kearah Kai.

"Dasar bocah gak tau diri! Harusnya lo nggak gue tolong biarin aja lo tiduran tuh di Taman terus di culik sama preman."ucap pria tersebut menatap Sherina sengit lalu keluar meninggalkan Sherina akibat ponselnya yang tiba-tiba bergetar menandakan panggilan penting masuk.

***

["Halo ada apa Bang?"]

["Gimana keadaan anak kecil itu?"]tanya orang dari seberang sana.

["Baik-baik aja Bang. Tadi itu bocah ngajak gue bertengkar Bang, ngeselin banget deh Bang. Oh ya, Abang kapan balik?"]

["Gue pulang malem. Lo jagain dulu itu anak kecil, kalo dia laper ajak makan."]

["Siap Bang, asalkan gue naik jabatan ya? Sekali-kali baik ama adek sepupu lo ini Bang. Kalo gue naik jab—,"]

Sambungan telepon pun diputuskan sepihak yang membuat sang penerima panggilan kesal.

"Ck, tega banget Bang Sehun ama gue. Mana gue ngomong belum selesai malah dimatiin lagi. Sial! batinnya.


***

Di tengah kamar besar Sherina memegangi perutnya yang terus saja berbunyi, cacing ternak dalam perutnya mengeluh minta makan. Sebenarnya Sherina memang belum makan sama sekali, sejak ia kabur dari rumah ia sama sekali belum sarapan pagi dan bahkan belum mencium pipi Mamanya sesuai kebiasaanya setiap pagi sebelum melakukan sesuatu.

Luka Istri Pertama✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang