Chapter 8

12.7K 1K 46
                                    

Aku tidak bisa tidur semalam. Hampir empat jam aku terjaga sambil menatap langit-langit kamarku. Di pagi hari, aku terbangun lebih awal daripada biasanya.

Mom menatapku dengan tatapan khawatir ketika melihat sarapanku yang tidak tersentuh. Aku merasa bersalah tapi apa yang bisa kulakukan, aku merasa tidak lapar sama sekali.

Hari ini rasanya berlalu dengan sangat cepat. Aku merasakan perasaan tidak nyaman sedari tadi dan tahu mengapa, tapi yang kulakukan adalah mencoba untuk tidak memikirkannya. Mulutku langsung terasa kering ketika membayangkan harus berhadapan dengannya hari ini.

Walaupun aku tahu ini terdengar bodoh, tapi aku selalu bertanya-tanya bagaimana rasanya ketika seorang lelaki menciummu untuk pertama kalinya. Tapi apa yang terjadi diantara aku dan Harry semalam bukanlah sesuatu yang kuharapkan. Tentu saja, karena Harry bukan orang yang tepat bagiku.

Entahlah. Semestinya aku marah. Tapi yang kurasakan saat ini hanya kekhawatiran, ketakutan. Aku khawatir jika dia mengingat kejadian semalam, tapi di lain pihak aku ingin dia mengingat hal tersebut.

Apa yang ku pikirkan?

Apa yang terjadi semalam hanya sebuah kesalahan. Bahkan jika Harry mengingatnya, itu akan menjadi sesuatu yang lelaki itu akan lupakan dalam sekejap--dan jelas, semua itu tidak berarti apapun baginya.

HARRY'S POV

"Fuck.." Erangku ketika merasakan dunia rasanya berputar di sekelilingku dalam sekejap.

Aku tidak tahu bagaimana aku bisa sampai di kasur dengan selamat semalam. Ugh, aku benci hangover. Aku melirik jam di dinding dan kembali mengerang. Sialan, sekolah sudah dimulai satu setengah jam yang lalu.

Aku segera mengambil posisi duduk, dan melihat segelas air dan beberapa pill Advil tepat diatas meja kecil di samping ranjangku. Tanpa berpikir panjang, aku segera menelan dua pill sekaligus.

Fucking hell, aku harap sakit kepalaku akan mereda dalam sekejap. Aku tidak ingat berapa banyak yang ku minum semalam hingga membuat kepalaku serasa akan pecah seperti ini.

Setelah membersihkan diri dan berpakaian, aku memutuskan untuk pergi ke sekolah untuk membuat jengkel Mr.Dallas di pelajaran keempat daripada harus berbasa-basi dengan orang tuaku.

Hal pertama yang kupikirkan ketika melewati ruang keluarga adalah--betapa anehnya perubahan yang terjadi. Ruang keluarga yang biasanya selalu sunyi, dingin, dan berdebu kini tampak lebih hidup. Mom duduk di depan perapian, dia mengenakan dress merah elegan, sementara Dad mengenakan kaus merek polo dan celana hitam yang entah mengapa membuatnya terlihat formal. For fucks sake, who the hell wore formal clothes at home?

"Harry.." Suara Dad tiba-tiba memecah pikiranku. Mom segera mendongkakkan kepalanya dari buku yang sedang dia baca. Mata coklat Mom menatapku terkejut dan seketika itu juga, ekspresinya langsung melembut. Tatapan itu selalu membangkitkan kenangan menyakitkan--Mom tersenyum kepadaku, tapi ada sesuatu dari caranya menatapku yang membuatku harus mengalihkan tatapan darinya. Tatapan lembutnya penuh dengan kasih sayang, seperti ketika dia menatapku dan Marcel ketika kami masih kanak-kanak.

Mom segera berjalan kearahku dan memeluk tubuhku. Aku hanya terpaku disana ketika menerima pelukan dari Mom. Dengan ragu-ragu, aku melingkarkan tanganku di sekeliling tubuh kecilnya.

"I love you, honey.." Ucap Mom.

I love you too, Mom. Kata itu sudah berada di ujung lidahku tapi rasanya mulutku seperti terkunci. Aku tidak bisa mengatakannya. Jadi aku pun hanya bisa terdiam.

Ketika Mom melepaskan pelukannya, tatapanku langsung bertemu dengan tatapan dingin ayahku.

"Kau memiliki tato?!" Tanya Dad dengan nada marah.

Yes, Master [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang