Sebelas

353 111 28
                                    

Jangan lupa vote terlebih dahulu ya! Dan jangan lupa komen juga hehe :)

🎀🎀🎀

Jam sudah menunjuk 'kan pukul dua siang. Dearni berjalan menyusuri jalanan yang sudah sepi menuju rumahnya. Hari ini ia tidak pulang Bersama Gianita dikarenakan Gianita sedang mengikuti kegiatan ekskul sampai magrib.

Dearni menendang kecil beberapa batu kerikil yang berada di jalanan. Namun, tiba-tiba tanpa sengaja batu kerikil yang ia tendang terkena seorang laki-laki yang sedang duduk santai di pinggir jalan. Laki-laki tersebut, sepertinya bukan anak SMA Valleta Nusantara. Terlihat jelas karena, ia mengenakan baju seragam putih dibalut celana sekolah berwarna krem.  Detik kemudian, Dearni meneguk salivanya teringat akan seseorang.

"Woy! Anjay! Siapa yang timpuk gua!" tuturnya kesal.

Dearni yang saat itu berdiri tidak jauh dari tempat tersebut terkejut dan langkahnya seolah kaku, ia tidak bisa berlari untuk menghindar. Padahal hati berkata untuk lari. Laki-laki tersebut pun menghampiri Dearni, menatapnya dari bawah hingga atas. Membuat Dearni melangkah mundur.

“Lo pasti yang nimpuk gua, 'kan!" sergah laki-laki tersebut, sambil menatap tajam Dearni. Jantung Dearni berdegup kencang, ia dalam bahaya.

"Ma—Maaf, gua ga sengaja," ucap Dearni ketakutan.

Laki-laki itu bernama Denar. Dearni tahu dari nametag yang tertera di bajunya itu, ia mendengus dan menaikkan sebelah alisnya. Dan tiba-tiba seorang laki-laki teman Denar berjalan mendekat, hal tersebut membuat Dearni semakin panik dan ketakutan.

"Lo anak SMA Valleta? Cewek yang waktu itu ditolong sama Mahera?" Mendengar itu, Dearni membelalakan mata.

"Gimana kalau dia kita jadiin tawanan. Biar Mahera mengaku kalau sekolah kita yang terbaik? Gimana setujukan, lo?"

"Boleh juga ide lo, Yan!" Denar menepuk bahu laki-laki yang bernama Ryan itu. Mereka pun tersenyum menyeringai menatap Dearni.

Melihat tatapan tersebut, Dearni pun mengambil langkah seribu berusaha agar rencana mereka gagal. Tetapi, dua anak laki-laki dari SMA Bintang itu tidak tinggal diam mereka langsung berlari mengejar mengikuti langkah kaki Dearni. Dengan langkah terengah-engah Dearni sesekali menoleh kebelakang, ia berupaya mempercepat langkah kakinya agar jarak di antara mereka semakin jauh. Namun, langkah Dearni terhenti saat tanpa sengaja ia tersandung batu akibat terlalu panik.

Semesta tolong aku!

"Mau lari kemana, lo?" Denar menyungingkan bibirnya. Ryan mencengram lengan Dearni memaksanya untuk berdiri.

"Lepasin!" Berontak Dearni.

"Gak!" ucap Ryan, sambil menyeringai.

"Lepasin!" Dearni memukul-mukul tubuh Ryan menggunakan sebelah tangannya yang tidak dicengram. Denar yang melihat Ryan kewalahan mengambil alih tangan Dearni yang digunakan untuk memukul tubuh Ryan.

"Lepasin!"

"Berisik!" bentak Denar. Dearni hanya bisa pasrah. Berharap semesta segera menolongnya.

"Woy! Kalau berani sama gua, bukan sama cewek!" teriak seseorang yang tiba-tiba saja terdengar dari arah belakang  mereka. Denar melepas lengan Dearni, lalu berjalan menuju seseorang yang berani-beraninya ikut campur. Sementara itu, Dearni menatap dari jauh seseorang itu dengan rasa penuh tidak percaya.

Dia, Mahera.

"Pahlawannya datang! Selamat datang pahlawan ... Selamat datang pahlawan ... Selamat datangku ucapkan!" Denar menepuk-nepuk tangannya.

Lukisan Luka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang