Jangan lupa vote terlebih dahulu ya! Dan jangan lupa komen juga hehe :)
🎀🎀🎀
Dearni berjalan menyusuri lantai dua sekolah setelah dari toilet. Suasana koridor tampak sepi, Dearni pun menghentikan langkah kakinya sebentar untuk mengecek ponselnya. Tiba-tiba seseorang mengambil dengan paksa ponsel milik Dearni. Dearni terbelalak, ia takut jika yang mengambil ponselnya adalah guru bimbingan konseling. Sebab, peraturan di sekolah melarang siswa bermain ponsel saat pelajaran sedang berlangsung. Namun, yang terjadi malah ia dikejutkan oleh kehadiran Mahera. Yang tanpa rasa bersalah tersenyum padanya menaik turunkan kedua alis sambil mengenggam ponsel.
"Cie panik nih!" ledek Mahera.
"Apaan si ga lucu. Balikin ponsel gua!" Dearni berusaha mengambil ponsel dari Mahera, tetapi Mahera malah menganggatnya tinggi-tinggi membuat Dearni tidak bisa meraihnya.
"Coba ambil, coba.."
"Ish!" Dearni berdecak kesal.
"Payah!"
Mahera memasukkan ponsel Dearni ke dalam saku celananya dan pergi berlalu begitu saja. Dearni tidak tinggal diam dengan sikap Mahera. Ia pun mengejar Mahera. Enak saja mengambil ponselnya kemudian, memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya.
'Dasar pencuri.' tutur Dearni dalam hati.
"Kak, balikin ponsel gua! Kalau mau nyuri pinteran dikit dong!"
Mahera mengabaikan ucapan Dearni menggapnya hanya angin lalu. Dearni terus mengejar Mahera sambil menarik-narik baju Mahera. Dan tiba-tiba saja Mahera berhenti melangkah membuat Dearni menabrak tubuh Mahera.
"Lagi ngapain kalian!" ucap Hendro yang merupakan petugas keamanan dari bagian anak OSIS yang sedang bertugas.
Petugas keamanan tersebut dibentuk oleh kepala sekolah agar siswa tertib tidak ada yang keluar kelas jika tidak berkepentingan dan juga untuk membantu tugas guru Bimbingan Konseling.
"Diem lo. Mau ponsel lo, gua kasih ke dia supaya disita?" bisik Mahera pada Dearni. Dearni mengeleng dengan cepat.
"Ditanya malah diem! Pacaran ya lo berdua?" selidik Hendro yang menatap nyalang pada Dearni yang mengumpat di balik punggung Mahera.
"Engga!" ucap Dearni.
"Jangan bohong kalian berdua!"
"Gua bilang engga ya engga. Ga percayaan banget!" ucap Dearni sebagai wujud pembelaan.
"Sekarang si engga tapi, mungkin nanti gua sama dia pacaran. Doain ya Hen!" seru Mahera menepuk bahu Hendro.
Setelah itu ia pun pergi begitu saja menuju lantai tiga tempat kelasnya berada. Meninggalkan Dearni Bersama dengan Hendro begitu saja.
Dasar kabur sendirian!
"Saya kelas, Kak. Permisi." Dearni segera pergi dari hadapan Hendro begitu saja seperti Mahera.
***
Selepas bel sekolah berbunyi Mahera tampak berdiri, sambil bersandar pada dinding pagar sekolah dengan motor matik hitam kesayangannya yang di parkir tepat di sampingnya. Mahera sesekali mengedarkan pandangan kalau saja Dearni lewat. Namun, seseorang yang ia tunggu tidak kunjung datang sebuah kebiasaan yang Mahera sudah ketahui pada gadis itu.Setelah menunggu dua puluh menit akhirnya gadis itu pun berjalan menuju gerbang sekolah. Dari kejauhan terlihat ia mengenakan jaket denimnya dengan rambut hitam hitam yang tergerai indah, lalu tersapu pelan lantaran hembusan angin. Siapa lagi kalau bukan Dearni. Perlahan namun pasti Mahera yakin Dearni akan berjalan ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lukisan Luka
Teen FictionFaras Mahera Putra adalah seorang pentolan di SMA Valletta Nusantara. Dia ingin sekali menghancur hidup seorang gadis bernama Dearni. Karena dia atau lebih tepatnya orang tua dari Dearni telah membuatnya terusir dari rumahnya sendiri dan membuatnya...