Cha Junho - Youth

12.6K 277 41
                                    

Kata orang masa-masa SMA adalah masa-masa terindah dalam hidup mereka. Tapi menurutku tidak. Apanya yang indah? Yang kulakukan seharian di sekolah hanya belajar, makan, lalu pulang. Aku tidak benar-benar bersosialisasi.

Bukannya tidak mau, tapi tidak ada yang berani dekat-dekat denganku. Katanya aku kikuk, jutek, tak bisa diajak main bersama.

Aku memang no jaem juga tidak pandai memulai pembicaraan. Tapi alasan sebenarnya mereka semua menghindariku adalah karena aku anak kepala sekolah. Mereka menyeganiku, takut jika aku melaporkan tindakan nakal mereka.

Padahal aku masa bodoh juga. Aku tidak terlalu peduli juga. Tapi yah, aku pun tidak bisa memaksa mereka untuk berteman denganku. Toh menurutku memang sendiri lebih baik, tidak merepotkan.

Hari ini sesuai jadwal, jam pelajaran pendidikan jasmani. Tapi aku merasa kurang sehat, jadi aku izin untuk beristirahat di ruang UKS. Tentu saja diizinkan, karena aku anak kepala sekolah.

Aku lalu masuk ke UKS, lalu membaringkan diriku di kasur kosong yang ada.

"Haa...", tanpa sadar aku menghela napasku. Bukan karena apa, tapi aku membencinya, hidup seperti ini. Hanya karena ayahku kepala sekolah, aku mendapatkan perlakuan yang tidak adil menurutku. Guru-guru terlalu segan padaku, juga siswa-siswi yang lain tidak mau mendekatiku.

"Kenapa kau menghela napas?"

Aku terkejut dengan pertanyaan yang tiba-tiba terlontar entah dari siapa. Aku sedang sendiri di ruang UKS, darimana suara itu?

"S-siapa kau?", tanyaku pada sembarang arah.

Tiba-tiba tirai di sebelahku terbuka, dan aku melihat sosok tampan sedang duduk di atas kasur sebelahku.

"C-Cha Junho?!"

Dia, Cha Junho hanya menatapku, seolah masih menunggu jawaban dari pertanyaannya.

"Apa yang kau lakukan disini?", tanyaku. Seharusnya dia sedang di lapangan saat ini. Iya, dia teman sekelasku. Si makhluk tidak jelas yang suka bicara sendiri, Cha Junho.

"Aku? Istirahat, tentu saja. Kau sendiri? Kau tidak ikut olahraga?", tanyanya lagi.

"E-eo, aku sedang kurang enak badan.", jawabku pelan.

"Benarkah?", ia lalu turun dari kasurnya lalu berjalan mendekatiku.

Aku sedikit terkejut ketika dia menempelkan telapak tangannya pada keningku.

"Kau tidak demam.", ucapnya lagi.

"Me-memangnya aku harus demam baru boleh bilang kurang enak badan?", aku sedikit tersipu akibat perlakuannya yang tiba-tiba.

"Justru kau itu yang kelihatannya tidak sakit sama sekali.", kataku lagi.

"Hmm? Aku sakit kok, aku kan habis cedera. Sudah baikan sih, tapi sementara masih dilarang untuk olahraga. Kau tahu kan aku anggota tim voli?", tiba-tiba dia menjelaskan kondisinya. Padahal aku juga tidak peduli.

"E-eo...", jawabku singkat.

"Eo, ada sesuatu disini.", Junho tiba-tiba mendekatkan wajahnya pada wajahku. Aku sedikit terkejut sehingga tanpa sadar aku semakin menjauh dan punggungku menyentuh tembok di belakangku.

Tangannya lalu meraih sesuatu pada rambutku.

"Ada kelopak bunga tersangkut di rambutmu.", ujarnya memperlihatkan kelopak bunga yang dimaksudnya dan tersenyum padaku. Aku hanya semakin tersipu dibuatnya.

"Kau tadi sempat ke lapangan ya?", tanyanya kemudian.

"Y-ya? E-eo...", gumamku pelan. Aku terlalu gugup menghadapinya saat ini. Wajahnya terlalu dekat.

[✔] Beyond My Imagination 🔞 - X1 / PDX 101 + You -Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang