❤2

463 69 1
                                    

Jin datang menghampiri Suzy yang ada dalam kamarnya, saat itu ia melihat Suzy yang tengah duduk di atas tempat tidur sambil menatap layar laptop di depannya.

Jin mengambil posisi duduk di samping Suzy dan ikut melihat kearah layar laptop milik Suzy.
"Sedang apa?"

Seketika Suzy langsung menutup laptopnya ketika mendapati Jin yang tiba-tiba berada disampingnya. "Ania."

"Biarkan aku melihatnya ehm."
Tangan jin hampir saja menyentuh laptop milik Suzy, akan tetapi Suzy bergegas mengambil laptopnya dan memindahkan ketempat lain.

"Shiro." Suzy beranjak dari tempat tidur dan menaruh laptopnya pada meja belajarnya. Setelah itu Suzy berjalan menuju rak buku yang ada di kamarnya. Ia mengambil salah satu buku dan mulai membacanya dengan mengabaikan Jin yang saat itu masih berada di kamarnya.

"Apa begini caramu menyambut kedatanganku." 

"Eung, sepertinya kau lebih merindukan eommoni mu." Suzy menaruh buku yang di bacanya lalu berjalan menuju kearah jendela yang diikuti oleh Jin di belakangnya.

"Apa kau cemburu dengan eomma?" Jin mencoba menggoda Suzy yang sedang merajuk.

"Tidak, untuk apa aku cemburu dengan eomma."

"Benarkah?"

"Eung." Ucap Suzy singkat.

"Geurae, aku akan keluar jika kau terus berbicara tanpa menatapku seperti itu." Jin mencoba memancing Suzy karena sedari tadi Suzy berbicara tanpa menatap kearahnya.

"Keluarlah, temui eommoni tercintamu itu." Suzy memelankan kalimat terakhir perkataannya dengan sedikit menggerutu.

"Apa kau berbicara? aku tidak dengar."

"Ani!"

"Geurae, aku benar-benar akan keluar dari kamarmu."

"Ne."

"Baiklah aku keluar."

"Yya! Jinnie ya. . ." Suzy membalikan badan dan berjalan kearah Jin yang sudah merentangkan tangannya siap untuk dipeluk.

"Aku sangat merindukanmu eoh." Suzy mendongakkan kepalanya dengan posisi yang masih berada di pelukan Jin.

"Seberapa banyak?"

"Sangat, sangat banyak."

Mereka berdua duduk di atas tempat tidur, melepaskannya semua kerinduan di antara keduanya karena sudah 4 tahun tidak pernah berbicara secara langsung. Mereka hanya berkomunikasi lewat ponsel.

"Apa berada di Amerika menyenangkan?"

"Tentu saja, aku janji akan mengajakmu kesana."

"Bagaimana mungkin, bahan aku saja tidak tau diluar sana Seoul seperti apa."

"Aku akan membuatmu melihatnya."

"Janji?"

"Janji." Mereka berdua menautkan jari kelingkingnya.

Salah satu pelayan di rumah mereka mengetuk pintu kamar Suzy.
"Tok...tok...tok..."

"Masuklah."

"Tuan muda, nyonya sudah menunggu di bawah. Wartawan juga telah siap."

"Aku akan segera turun." Ucap Jin dengan ramah pada pelayanan tersebut.

"Baiklah saya permisi dulu."

"Suzy ah, aku akan segera kembali."

"Chagaman."

"Ne?"

Suzy memberikan kotak kecil pada Jin.
"Apa ini?"

"Bukalah."

"Whoaaa, kau membelikan untukku."

"Eung." Suzy tersenyum melihat ekspresi Jin yang terlihat senang menerima dasi darinya.

"Bisa kau pakaikan untukku?"

"Tentu." Suzy melingkarkan dasi pada kerah baju Jin dan mulai memasangnya. "Jja, selesai."

"Aigoo, kau sudah cocok untuk menjadi seorang istri."

"Siapa yang mau menjadi suamiku, aku saja tidak pernah menyentuh pisau dapur dan air cucian."

"Tentu saja Seokjin."

"Ne?"

"A~ Ania. Maksudnya. Seokjin, aku" menunjuk dirinya sendiri karena gugup akibat perkataan konyolnya. "Aku harus kebawah, iya aku harus kebawah. "Eommoni menungguku."

"A~ ne."

Jin membalikkan badannya dan menghembuskan nafas lega, ia berjalan kebawah melewati tangga tampak para wartawan takjub melihat ketampanan Jin.

Jin mengambil duduk di samping Nyonya Bae, mereka memulai acara tersebut. "Whoaaa, anda terlihat sangat tampan. Saya merasa sangat beruntung dapat melihatnya secara langsung."

Jin tersenyum menanggapi pujian wartawan tersebut.

"Saya sudah menganggapnya seperti putra saya sendiri. Dia memanggilku eommoni dan memanggil Tuan Bae abeoji." Ucap Nyonya Bae dengan tersenyum.

"Benarkah? Manis sekali, aku ingin mempunyai keluarga seperti kalian jika sudah menikah nanti." Ucap wartawan itu.

Jin hanya mengulas senyum di samping Nyonya Bae.

"Kamsahmnida, kami telah diijinkan untuk datang kemari. Kami semua merasa terhormat."

"Saya juga senang atas kehadiran anda." Nyonya Bae menampakan senyum di wajah cantiknya.

"Saham JOY hotel selalu naik setiap tahunnya, kurasa ini adalah berkat dukungan anda. Bisa berbagi trik pada kami?"

"Tidak ada trik khusus untuk itu, bagiku memberi cukup memberikan cinta yang tulus setiap harinya itu akan membuat para suami bersemangat dalam memulai kerjanya."

"Aigooo. . . Keluarga anda adalah idaman semua orang." Ucap wartawan tersebut.

"Bukankah anda memiliki seorang putri. Apa kami bisa bertemu dengannya, banyak sekali yang ingin melihat seperti apa putri anda saat ini."

"Joesonghabnida, tapi puti saya sangat menjaga privasinya. Ia tidak ingin bertemu dengan siapapun."

"A~ ye."

Salah satu bodyguard yang ada di rumah tersebut membisikkan pada wartawan tersebut agar tidak menanyakan terkait dengan putri Tuan Bae.

Ekspresi Jin yang semula terlihat sumringah kini menjadi badmood. "Bahkan kau juga menyembunyikan putrimu." Jin beranjak dari tempat duduknya dan pergi begitu saja. Padahal mereka sedang melakukan live. Segera nyonya Bae mengintrupsikan agar kegiatan tersebut di hentikan sejenak.

Nyonya Bae menyusul seokjin yang masuk kedalam kamarnya. "Kau tidak seharusnya melakukan itu. Kau tau kita sedang live."

"Arra, aku mengetahuinya."

"Bersikap baiklah, aku tidak ingin abeoji mu marah lagi kepadamu."

"Aku tidak perduli, apa aboji pernah memperdulikan perasaan eomma, dan apa eomma perduli dengan abeoji selain uangnya."

Tamparan berhasil mendarat di pipi kiri Jin. "Mianheyo, eomma tidak sengaja. Gwenchana?" Nyonya Bae merasa bersalah karena telah menampar Jin.

Nyonya Bae menekan tombol dilayar ponselnya. "Hentikan acara ini." Lalu ia mematikan sambungan teleponnya. Nyonya Bae kembali menatap Jin.

"Aku melakukan semua ini untukmu, bertahanlah. Kau hanya perlu untuk berpura-pura tidak melihat apapun."

"Eomma. . . ."

Nyonya Bae mengangkat tangannya, mengisyaratkan agar jin berhenti berbicara.

"Aihh." Jin pergi meninggalkan nyonya Bae dalam kamarnya.

"Meskipun kita tidak memiliki ikatan darah dan kau memanggilku eomma hanya untuk menghormatiku, akan tetapi rasa sayangku melebihi ibu kandungmu." - Nyonya Bae.
.
.
.
.
.
TBC

Sparkling LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang