Di ruangan minim cahaya tempat sosok tampan itu berada, duduk dengan menyilangkan kaki ditemani segelas minuman beralkohol guna menenangkan pikiran.
"Cih, konyol sekali" Umpatnya mengingat kejadian beberapa jam lalu yang menurutnya hanya membuang-buang waktu dan tenaganya saja.
Meneguk minuman yang sudah menjadi teman kesehariannya, wajahnya nampak tenang namun tidak dengan pikirannya yang berkecamuk harus melakukan tindakkan apa agar orang-orang itu mendapat balasan yang setimpal.
tok tok tok
Pintu ruangan pribadinya diketuk, sosok tampan itu mengizinkan orang yang berada diluar sana untuk masuk ke dalam.
"Selamat malam Tuan Jarga. Saya hanya ingin melaporkan bahwa anak itu terus meronta dan berteriak memanggil ayahnya. Sudah di lakukan penyuntikan obat tidur sebanyak tiga kali, namun ketika anak itu sadar akan kembali berteriak"
"Bahkan sempat terjadi perlawanan di sana, salah satu rekan kami mengalami cidera ringan di lengannya, Bos."
Jelas seseorang yang merupakan tangan kanan pria tampan yang telah diketahui namanya yaitu Jarga.
Jarga menghela nafas kasar, apabila si orang kepercayaan sudah melapor, tentu saja permasalahan diselesaikan harus dengan campur tangannya.
******
Langkah kaki dari sepatu pantofel yang bergesekkan dengan granit Van Gogh menciptakan suara kekayaan yang khas.
Di setiap langkah jenjang itu menapakkan kaki, tertunduk semua orang yang di lewatinya memberikan hormat.
"LEPASS!! ARGHH LEPAS!! DIMANA AYAHKU?! KALIAN PARA BAJINGAN TELAH MEMBUNUN AYAHKU!"
"KALIAN SEMUA BAJINGAN! NERAKA TEMPAT KALIAN!!"
Pemuda dalam jeratan rantai yang mengikat tubuhnya tiada lelahnya untuk berteriak dan memberontak. Dia tahu sekeras apapun mencoba tidak akan ada hasilnya, bahkan kematian lebih dia inginkan.
"Kalian tidak bisa mengurus satu bocah ingusan seperti ini?" Jarga menatap heran kepada para pengawalnya yang memiliki tubuh kekar berotot namun tidak bisa melawan bocah dengan tubuh yang hanya tulang, kulit, dan sisa daging.
"Maaf Tuan, bukannya kami tidak bisa melawan. Namun meninggat pesan tuan jangan sampai anak ini terluka, membuat kami tak dapat melakukannya dengan kekerasan"
"Bagus, kalian telah menjalankan perintahku."
"BAJINGAN!! LEPASKAN AKU!" Pemuda itu kembali berteriak, bahkan lebih keras saat dirinya menyadari bahwa sosok di hadapannya kini ialah sosok yang membuat ayahnya menembakkan diri.
Jarga berjongkok menyamai pemuda di hadapannya yang sudah terlihat sangat berantakkan. Air mata dan liur yang berserakkan di wajahnya, di tambah keringat yang membuatnya terlihat sangat menjijikan.
"Melepaskanmu? jangan harap, kau adalah jaminan hutang ayahmu" Bisik Jarga dengan suara bariton nya.
Pemuda itu menggeleng cepat, meronta dan kembali berteriak.
"PEMBOHONG! AYAHKU TIDAK SEPERTI ITU! KAU SIALAN!!"
BUGHH
Jarga menendang wajah itu dengan kaki yang masih terbalutkan sepatu.
Tendangan itu berhasil membuat tubuh si pemuda tersungkur dengan kasar dan bahkan meludah sampai mengeluarkan darah.
"Kau membuat suasana semakin memburuk, mari kita lakukan beberapa permainan."
KAMU SEDANG MEMBACA
JUSTICE [NOREN]
حركة (أكشن)Keadilan? Bahkan sampai ujung certia cinta mereka, masih mencari dimana keadilan itu. Warning ‼️ bxb