DUA PULUH

230 51 2
                                    

'Bagaimana keadaan Jisoo di sana?'

Rosé berganti posisi, memindahkan handphonenya dari telinga kiri ke telinga kanan. "Dia baik-baik saja, paman. Akhir-akhir ini dia sering keluar dan berjalan-jalan," jawab Rosé.

'Baguslah kalau begitu. Tolong kabari paman kalau ada perkembangan terbaru,' kata Youngbae.

"Siap, paman!"

'Dan juga... awasi orang-orang di sekelilingnya. Terutama dr. Jinhwan dan Kim Jaejoong,' ujar Youngbae dengan datar.

Rosé mengangkat alisnya heran namun dia tetap mengangguk. "Iya, paman!" jawabnya.

'Kenapa paman seakan tidak mau Jisoo bertemu dengan dr. Kim? Apakah ada sesuatu yang terjadi hari itu? Aku harus mencari tahu hal ini,' batin Rosé.

'Ngomong-ngomong, bagaimana dengan kedua laki-laki itu di sana? Mereka tidak membuatmu repot, kan?'

Rosé ingin mengatakan bahwa Junhoe dan Chanwoo bukan hanya melainkan sangat membuatnya kerepotan. Tetap, mulutnya mengkhianatinya dan berkata, "Tidak, mereka cukup membantu."

'Abaikan saja kalau mereka bertingkah abnormal. Mereka memiliki misi tersendiri di sana, sebuah misi resmi jadi itu tidak terhitung sebagai cuti. Aku juga membutuhkanmu untuk memback-up mereka. Mungkin saja aku akan meminta Jisoo untuk memberi sedikit bantuan pada mereka, tergantung situasinya.'

'Misi macam apa itu?' batin Rosé.

***

"Memangnya di hotel tempat kalian tinggal saat ini, tidak ada pelayanan makanannya, ya?" tanya Jisoo dongkol. Junhoe dan Chanwoo hampir setiap hari datang ke apartemennya hanya untuk diberi makan.

"Lebih enak kalau kau dan Rosé yang masak, aku bisa tambah sampai lima porsi pun tidak masalah," kata Junhoe. Dia kembali mengambil nasi dan lauk ke piringnya.

'Bisa bangkrut aku kalau begini,' batin Jisoo.

"Ngomong-ngomong, kalian sampai kapan cuti?" tanya Jisoo. "Perasaan aku sudah sehat dari kapan-kapan hari, tapi kalian belum pulang-pulang juga."

"Tanyakan pada rumput yang bergoyang," jawab Junhoe asal. Dia terlihat santai. 'Jenderal bilamg, Jisoo nggak boleh tahu lebih awal soal misi ini'

"Apa ini salah satu bentuk nepotisme ayahku?" gumam Jisoo.

Chanwoo yang sedari tadi makan dengan tenang berkata, "Mungkin saja. Jangan-jangan, pangkatmu yang tinggi juga karena ayahmu-AAAA!!! LEHERKU BISA COPOT, KIM JISOO!!"

Chanwoo mengelus lehernya yang baru saja dilewati oleh sebuah pisau yang melayang. Kalau meleset sedikit saja, bisa putus kepala Chanwoo.

"Kau bilang sekali lagi soal itu, yakinlah pisau ini tak akan meleset," kata Jisoo dengan tajam. Chanwoo dan Junhoe meneguk ludah dengan susah payah.

"Aku pulang!" seru Rosé yang masuk sambil membawa bahan-bahan makanan. Dia memiringkan kepalanya heran. "Kenapa pisau ini menancap di pintu?" tanyanya.

"Ada badai besar tadi, anginnya masuk lewat jendela," jawab Jisoo ngawur. Dia berjalan ke kamarnya dan membanting pintu dengan kencang membuat ketiga orang itu terlompat kaget.

"Apa yang sudah kalian lakukan kali ini?" tanya Rosé pada Junhoe dan Chanwoo. "Asal kalian tahu, Jisoo sedang PMS, berhati-hatilah dengannya."

"Kenapa kau tidak memberitahu kami dari tadi?" tanya Chanwoo.

"Kalian nggak tanya," jawab Rosé. Dia meninggalkan keduanya menuju dapur sambil menyenandungkan sebuah lagu.

Junhoe yang menyudahi makannya membawa piring kotornya menuju bak cuci piring dan mencucinya. Rosé baru saja minum dan meliriknya. 'Tumben, biasanya juga ogah kalau disuruh cuci piring,' batinnya.

Another Part of Me (Bobsoo)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang