Kantin SMA Rajawali mulai dipenuhi oleh siswa-siswi yang sudah tak sabar ingin mengisi perut mereka dengan asupan makanan. Belajar tentunya telah menguras banyak tenaga. Suasana kantin yang begitu padat membuat Kayanna dan Chika harus rela mengantri berdesak-desakkan untuk membeli makanan.
" Chik, lo booking meja aja. Biar gue yang ngantri," ujar Kayanna berbaik hati.
" Tumben nih anak," batin Chika menyelidik.
Setelah beberapa lama akhirnya Kayanna kembali dengan nampan berisi 2 botol minuman dingin dan 2 piring nasi goreng di tangannya.
" Silahkan dinikmati, Nona." Kayanna nyengir sembari menaruh nampan di atas meja.
" Gak usah nyengir-nyengir gitu deh, serem gue lihatnya!"
" Tumben-tumbenan lo baik gini. Ada apa?" Tanya Chika curiga.
Kayanna berdecak, " Ini semua, sebagai tanda ucapan terima kasih gue ke lo."
" Buat?" Chika bertanya seraya mengambil sesendok nasi goreng.
" Lo udah sering bantu gue waktu ujian. Nanti bantu gue lagi ya? Hehe... Kalau bisa, lo ngasih lebih banyak jawaban ke gue lah. Jawaban yang lo kasih tadi tuh, kurang tau gak Chik? Gue jadinya nyontek lagi deh, ke si Bunga." Jawab Kayanna enteng sembari menyuapkan sesendok nasi goreng kedalam mulutnya.
" Kay..." Panggil Chika yang membuat Kayanna menoleh kearahnya.
" Hmm?"
" Kayaknya lo harus tobat deh. Lo gak mungkin terus-terusan kayak gini. Gimana nanti kalau lo kuliah? Gimana masa depan lo kalau lo nyontek terus? Lo gak bisa terus-terusan bergantung sama orang lain, Kay. Coba deh, lo belajar. Sebisa lo aja dulu," Chika menasihati sahabat dari kecilnya itu.
Kayanna terdiam sejenak.
" Gue gak pernah ada semangat belajar lagi semenjak kejadian itu, Chik. Lo tau sendiri kan?"
" Iya, iya. Gue tau. Tapi kan..."
" Dulu emang gue rajin. Tapi sekarang keadaannya udah berubah. Bokap nyokap gue mana peduli soal hidup gue. Mau gue pinter kek, mau gue bodo, toh mereka juga gak akan peduli." Kayanna memotong perkataan Chika.
" Jadi, mau belajar lagi pun, gue udah gak niat." Lanjutnya sambil menenggak sedikit minumannya lalu bangkit berdiri.
" Eh, lo mau kemana?" Tanya Chika cepat.
" Ke toilet. Lo tunggu sini aja."
Chika menganggukan kepalanya, " Iya,"
Kayanna berjalan menyusuri sisi lapangan basket yang telah banyak dikerumuni oleh siswa perempuan. Mereka berteriak-teriak—sepertinya sedang memberikan dukungan kepada tim basket yang sedang bermain di lapangan.
" Tumben banget sih ada yang main basket siang-siang bolong begini. Mana panas lagi!"
Kayanna memilih untuk memutar haluan, berbelok menuju lapangan. Lalu menerobos masuk sambil menutup kedua telinganya kedalam kerumunan siswi-siswi yang suaranya melengking sampai ke jagad raya. Bagaimanapun ia penasaran oleh suara keributan di tengah lapangan.
" Buset, itu suara human atau sirine? Nyaring amat!" Kayanna mencibir seraya melipat kening.
" Kak, ih minggir dong! Aku juga mau lihat yang main basket." Teriak salah satu adik kelas kepada Kayanna yang sudah berada di garis terdepan beberapa menit yang lalu.
Kemudian yang diteriaki menoleh ke belakang.
" Gue juga mau lihat kali. Udah, udah, sana lo minggir!" Kayanna mendorong pelan bahu siswi tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Verruckte Liebe
Teen FictionBermula dari seorang cewek yang tergila-gila kepada cowok dingin yang masuk ke sekolah barunya. Junior yang apapun kosakata yang ia keluarkan, nada bicara dan ekspresinya tetap sama. D A T A R.