Janji Kayanna

46 8 0
                                    

Pagi-pagi sekali Kayanna sudah bangun. Ia melakukan latihan pernapasan berulang kali dan merentangkan kedua tangannya keatas. Semenjak kedua orangtua Kayanna sering bertengkar, Kayanna menjadi kehilangan semangatnya untuk bersekolah. Sebenarnya ia adalah gadis yang pintar dan rajin—sama seperti sahabatnya. Namun, semua berubah total ketika orangtuanya memberikan sebuah perlakuan buruk untuk pertama kalinya kepada Kayanna.

Kala itu, Kayanna yang masih menduduki kelas 1 SMA, pulang ke rumahnya dalam keadaan payah—basah kuyup terkena hujan.

" Ma, Pa, Kay pulang!" Kayanna yang mulai menggigil berteriak di ruang tengah rumahnya.

Tidak ada jawaban yang didapatkan oleh Kayanna. Suasana rumahnya sangat sepi. Seperti tak berpenghuni. Kemanakah orangtuanya saat itu? Kayanna sudah tak tahan lagi, ia kedinginan.

Akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke kamarnya, ingin segera berganti pakaian. Saat hendak pergi ke kamarnya, ia tak sengaja mendengar suara orangtuanya di kamar sebelah. Mereka tidak sedang mengobrol biasa. Karena terdapat berbagai penekanan pada setiap kalimatnya. Suara lantang mereka terdengar saling bersahutan di balik pintu kamar.

" Ma, Pa?"  Kayanna memanggil masih dalam keadaan menggigil dan basah kuyup.

Mau tidak mau, kedua orangtuanya pun menoleh, seketika mereka terkejut melihat putri semata wayangnya sudah berdiri di depan pintu kamar mereka memasang wajah yang pucat. Keadaan gadis itu amat buruk setelah ditimpa hujan deras.

" Kamu pulang sendiri, Kay?" Tanya Anggi. Nada suaranya terdengar sedikit melunak.

Kayanna hanya mengangguk lemah.

Anggi menatap Bobby dengan tajam.

" Ini akibatnya kamu tidak menjemput Kayanna. Lihat, dia pulang kehujanan. Ayah macam apa kamu ini? Membiarkan anaknya sakit dan lebih memilih pergi dengan perempuan lain?"

Kemarahan yang akan segera meledak sangat terlihat jelas pada wajah Bobby yang merah padam.

" Saya tidak pergi dengan dia. Perempuan itu teman se-kantor saya. Untuk apa saya pergi dengan dia?!" Sanggah Bobby.

Kemudian Anggi melemparkan selembar foto yang memperlihatkan Bobby bersama dengan seorang wanita berambut pendek sebahu sedang berjalan sambil bergandengan tangan menuju café.

" Mau menyangkal apa lagi?" Sentak Anggi. Suaranya mulai serak. Ia siap untuk menerjunkan air matanya.

Tubuh Kayanna semakin menggigil ketika ia menyaksikan perdebatan Mama Papanya itu. Kedua kakinya mulai lunglai. Dengan gemetar, Kayanna berusaha melerai pertikaian yang sedang terjadi dihadapannya.

" Ma, Pa, udah. Bantu Kayanna. Kayanna dingin..." Kedua tangannya memutih karena terus mengepal keras.

" Kamu tidur! Jangan manja! Cepat masuk kamar!" Perintah Bobby kasar.

" Pa... Kay gak bisa jalan." Kayanna meraih lengan Bobby. Kakinya terlalu lemas untuk berjalan sendiri.

" Ma, Pa..." Kayanna berkata sekali lagi.

PLAK! " Diam anak manja! Bisanya cuma merepotkan saja! Urus diri kamu sendiri. Papa sudah capek mengurus kamu." Tangan seorang Ayah yang seharusnya dipakai untuk melindungi anaknya, malah mendarat dengan keras pada pipi kiri milik Kayanna.

Bobby yang sedang emosi kala itu, menumpahkan segala amarahnya kepada Kayanna. Kemarahannya tidak dapat terkendali saat itu. Ia sama sekali tidak memikirkan kenyataan mengerikan apa yang akan ia dapatkan suatu hari nanti.

Verruckte LiebeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang