Guru Les

28 8 0
                                    

Suasana pagi hari terasa sangat buruk bagi Kayanna. Bobby, Anggi, dan Kayanna tengah makan pagi bersama di meja makan. Kelihatannya seperti keluarga yang harmonis bukan? Namun semua itu hanya tipuan mata belaka. Hanya keheningan-lah yang menghiasi meja makan mereka. Tidak ada tegur sapa atau sekadar basa-basi untuk mengucapkan kata "selamat pagi" yang tentunya akan menghangatkan suasana.

" Kay berangkat dulu." Pamit Kay setelah menaruh sendok dan garpu-nya di atas piring.

"Hati-hati, Sayang," ucap Anggi.

Kayanna hanya menganggukkan kepalanya sedikit. Lalu ia bergegas menaiki mobil yang terparkir gagah di garasi rumahnya yang cukup luas.

Banyak yang bilang, bahwa gadis itu sangat beruntung. Apapun yang ia inginkan pasti terpenuhi. Tak sulit rasanya mengeluarkan uang untuk membeli apapun yang gadis itu inginkan. Kekayaan yang melimpah sudah ia miliki walaupun masih menduduki kelas SMA.

Namun, apa arti semua kekayaan itu tanpa kasih sayang? Kasih sayang tulus dari orangtua tentunya. Kayanna tidak mendapatkan perlakuan itu lagi dari kedua orangtuanya. Pekerjaan dan pertengkaran-lah yang selalu menjadi alasan. Apakah itu yang disebut sebagai keberuntungan?

***
Mobil limusin berwarna putih bergerak dengan kecepatan sedang. Jalanan tampak lengang saat itu. Ingin mengusir kejenuhan, Kayanna pun memutar musik kesukaannya. Musik ber-genre pop yang menjadi kesukaannya. Untaian demi untaian nada beraroma percintaan mulai diresapi oleh Kayanna. Didengarkannya setiap lirik lagu tersebut sambil tersenyum kecil. Ya, ia sedang terbawa perasaan. Ia merasa nyaman—sangat nyaman.

Namun, seketika kenyamanan itu lenyap begitu saja saat mobil yang sedang dikendarainya menabrak sesuatu.

" Sial!" Kayanna mengumpat sembari memukul keras kemudi mobil. Tentu dirinya sangat kesal. Selalu saja ada yang merusak situasi nyamannya.

Kayanna terkesiap. Seorang pangeran berkuda hitam telah membuat jantungnya bekerja dua kali lebih cepat. Mungkin, lebih tepatnya lagi seorang pria yang sedang bertengger pada motor sport-nya dengan warna hitam mengkilap.

" Eh, maafin gue Jun. Gue gak sengaja," ucap Kayanna setelah melihat siapa yang telah ditabraknya.

" Lo gak bisa hati-hati? Motor gue jadi gak bisa nyala. Gue naik apa ke sekolah?" Junior mengacak-ngacak surai hitamnya dengan frustasi.

Spontan Kayanna melonjak kegirangan setelah Junior mengatakan hal tersebut.

" Lo kenapa?" Tanya Junior heran sambil menepikan motornya.

" Gue seneng banget! Tadi itu, kata-kata terpanjang yang pernah gue denger dari lo, Jun! Gue kira kosakata lo cuma segitu-gitu doang!" Seru Kayanna heboh.

" Minggir." Sekonyong-konyong Junior mendorong pelan bahu Kayanna. Gadis itu menghalangi akses-nya menuju pintu mobilnya sendiri.

" Eh, lo mau bawa kabur mobil gue?!" Pekik Kayanna.

" Gue yang nyetir. Cepet masuk." Perintah Junior.

Kayanna menuruti saja apa kata pangeran hatinya. Sepertinya sebuah keberuntungan sedang menaungi diri gadis tersebut. Dewi Fortuna sedang berpihak pada dirinya. Di dalam mobil mewah itu, hanya terdapat Kayanna dan Junior yang saling bungkam. Sebuah klausa dan kebisuan tengah bersaing menguasai mulut keduanya. Bingung hendak berkata apa.

" Jun, maaf," selalu saja Kayanna yang membuka topik pembicaraan—berusaha mencairkan suasana.

" Kenapa?"

" Gue gak sengaja nabrak lo sampai motor lo rusak. Nanti gue benerin deh,"

Junior tersenyum sinis, " Kayak yang bisa aja. Lo kan anak manja. Gak akan bisa otomotif."

Verruckte LiebeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang