Part 1

60 2 2
                                    

hallo^^! ini cerita baru yang menurut saya alurnya mainstream dan mudah ditebak._. tapi nanti diusahain alurnya gak mainstream dan unpredictable hehe:p maklum aja saya korban kurikulum 2013, jadi tiap hari pacarannya sama pulpen:( waktu bikin cerita ini, pas lagi ngidam pengen ngetik wkwk jadi maap kalo ceritanya jelek/banyak typo/bosenin yaaaa:'3

so.. silahkan dibacaaaa!!^^)/

"Ketika cinta menyapa, bisakah kau menghiraukannya? Jawabannya, bisa. Tetapi hanya bibir saja yang dapat berkata bisa, sedangkan hatimu yang paling dalam tentu tidak bisa. Mengapa banyak orang menghiraukan cinta? Mengapa tidak mengakuinya saja agar lebih mudah? Aku yakin, pasti banyak yang mengatakan gengsi. Gengsi? Untuk apa gengsi dijunjung tinggi? Bukannya hanya menyusahkan saja? Seharusnya ketika cinta menyapa, lambaikan tanganmu dengan senyum lebar dan katakan, 'Hai, Cinta! Senang bertemu denganmu.'"

[Anna]

Ck! Kurasa orang yang menulis kata-kata tidak berguna ini di blognya tidak pernah merasakan jatuh cinta. Apa dia pikir menyatakan cinta itu segampang mencabut rumput di halaman rumahku? Ck! Terkadang, manusia memang begitu naif.

Pagi ini sepertinya Mr. Hudson tidak masuk mengajar karena isterinya yang sedang pasca melahirkan. Tapi ternyata Mr.Hudson tidak membiarkan kami menganggur, karena dia memberi kami tugas segunung. Ck! Apakah Mr.Hudson tidak pernah menjadi murid? Jam kosong pastilah harapan terbesar setiap murid, layaknya seorang karyawan yang mengharapkan gaji naik. Ditambah lagi sahabat baikku, Nourine, tidak masuk hari ini karena keluar kota merayakan pernikahan Bibinya. Ck! Makin rusak saja mood-ku pagi ini.

"Anna, bisakah kau berhenti berdecak? Kau mengganggu ketenanganku belajar." Sungut seseorang. Oh, rupanya si bitchy Luna sedang memprotesku.

"Ck! berdecak sudah menjadi kebiasaanku, jadi aku tidak bisa berhenti. Halnya sama saja dengan kau yang tidak bisa lepas dari kipas-pink-berbulu-menjijikkanmu itu." Balasku cuek sambil melanjutkan tugas Mr.Hudson. Luna mendelik  tidak membalas perkataanku dan melanjutkan tugasnya, mungkin dia merasa yang kukatakan benar.

Kelasku hening karena semua orang sibuk mengerjakan tugas Mr.Hudson karena beliau termasuk orang yang 'keras' dalam memberi kami nilai. Karena merasa bosan, aku mengeluarkan handphoneku kemudian memasang headset dan mendengarkan lagu secara acak sambil mengerjakan tugasku, tentunya dengan volume yang sangat keras.

I'm hurting baby, I'm broken down

I need your loving, loving

I need it know

When I'm without ya

I'm something weak

You got me begging, begging

I'm on my knees

I don't wanna be needing your love

I just wanna deep in your love

And it's killing me when-----

"Hey."

WHAT DA FUCK! Ck! Siapa yang berani menggangguku saat aku menyanyikan lagu kesukaanku ini? Perset---

"Oh, hey. Ada apa, Will?" Shit! Shit! Shit! Aku menyesal telah mengumpat. Ternyata dia Will Consin. Well, he's my crush.

"Aku daritadi memanggilmu tetapi kau tidak menjawab barang sedikitpun. Ternyata kau sedang mendengarkan lagu dengan volume keras, ya?" Will terkekeh pelan memperlihatkan lesung pipinya yang selalu menjadi favoritku. Ah, Will, aku mencintaimu terlalu dalam.

"Oops, sorry, my bad. Ada apa kau kemari? Bukankah ini masih jam belajar?" Tanyaku ulang pada Will.

"Whoa, ternyata kau mendengarkan lagu dengan volume paling keras. Bel istirahat sudah berbunyi dari 2 menit yang lalu, Anna. Hilangkanlah kebiasaan jelekmu itu, itu bisa membuat telingamu rusak, kau tahu." Oh, sekeras itukah aku mendengarkan musik? Tapi mendengar Will perhatian dengan kesehatan telingaku, cukup menaikkan moodku. Shit, sepertinya pipiku merah!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 27, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Anna's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang