5

27.1K 1.4K 71
                                    

"Anaknya cantik, Nek. Namanya Saa ...hhiii...laaa laaa...shaaa A." Ryo mengeja nama anak perempuan yang membuatnya menangis kemarin, seraya menulis nama anak itu di buku tulis miliknya.
"Dipanggilnya Illa, Nek."

"Duh cucu nenek. Udah ngerti cewek cantik. Siapa yang ngajarin sih?" tanya Ratih gemas.

"Om Laka, Nek," jawab Ryo yang langsung disambut teriakan dari Raka yang tengah berada di luar kamar.

"Fitnah Bu, Fitnah! Jangan fitnah kamu Rio!" Teriak Raka yang membuat Ratih dan Rio tertawa senang.

Ratih memang membenci Rika. Pada awalnya dia juga tidak menyukai putra dari Rika ini. Namun rasa ketidaksukaannya itu tidak menghentikan Raka membawa Ryo bermain ke rumah ibunya. Tingkah Ryo yang lucu dan menggemaskan tak luput dari perhatian Ratih, hingga akhirnya dia menerima kehadiran Ryo di rumahnya bahkan mulai menyayanginya. Perihal cucu, Ratih juga tidak tahu kapan Raka akan bisa memberinya cucu yang lucu. Sedangkan Raka masih saja menunggu mantan istrinya kembali, entah sampai kapan.

 "Tapi, cucu Nenek nggak boleh cengeng dong! Masa di depan cewek cantik nangis, sih?"

"Iya, Illa lese Nek, udah aku bilang nama aku ini Kalio, aku suluh dia panggil aku Lio tapi Illa panggil aku Kalyo Kalyo telus Nek. Nanti kalau temen-temen aku yang lain ikuti Illa gimana." Ryo bercerita.

Ia memang pernah memiliki pengalaman buruk karena namanya itu. Ia diejek temannya karena namanya yang terkesan lucu.
Kario. Erika dan Satrio. Begitulah maksud Rika memberi nama pada anaknya itu. Namun entah bagaimana ceritanya, di akte kelahiran maupun kartu keluarga nama Ryo yang seharusnya Kario malah menjadi Karyo. Namun meski begitu ia tetap dipanggil Ryo. 

"Iya tapi Rio tetap nggak boleh cengeng," ucap Ratih.

"Memang secantik apa sih dia Yo?" tanya Raka bergabung dengan Ibunya dan Ryo.

"Cantik pokoknya Om, secantik namanya Sahila- Lasha-A."

"Dan yang buat aku teltalik sama dia Om, wajah Illa milip banget sama Om. Om halus lihat dia pokoknya. Tapi Om jangan ikutan suka ya. Illa buat aku, Om Laka sama Miss Feli aja."

Raka menjitak gemas kepala Ryo. Sembarangan saja menjodohkan dirinya dengan Feli. 

"Sahilla Rasha A." Raka membaca tulisan alakadarnya di buku tulis Ryo.

"Rasha Yo, Rasha. Bukan Lasha. Sembarangan ganti-ganti nama orang huuuu!" Raka meledek Ryo yang tidak bisa menyebut huruf R dengan baik alias cadel.

"Bialin, sama aja tuh, wleeee." Ryo mengeles seraya menjulurkan lidahnya meledek balik Raka.

"Raka, Ibu pergi ke pasar dulu ya. Kamu ke kantornya setelah antar Ryo pulang saja. Istirahat dulu disini, kalau mau makan ibu kan sudah masak. Ryo setelah mewarnai langsung bobo lagi ya, biar cepat sembuh harus banyak istirahat." Pesan Ratih pada Raka dan Ryo.

"Siap Nek," jawab Raka dan Rio berbarengan.

"Nanti Raka antar Rio setelah jam makan siang," tambah Raka.

Semalam, saat harusnya Raka mengantar Feli pulang, ditengah perjalanan Ryo meminta makan malam di sebuah restoran cepat saji. Mau tak mau Raka menuruti karena Ryo terus saja merajuk. Lalu saat akan kembali pulang dan menuju parkiran, Ryo berlari begitu saja menembus hujan, bahkan dia sempatkan meloncat-loncat gembira menikmati tetesan hujan yang mengguyurnya. 

Raka hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan Ryo. Awalnya Feli ingin menyusul Ryo dan hujan-hujanan. Tapi Raka melarangnya dan membantu Feli menembus hujan dengan merangkulnya. Ia tidak mau membuat Feli sakit gara-gara keponakannya itu. Apalagi sejak sore Feli dibuat repot oleh Ryo.

Untuk Meisha ✔ (Tersedia Di UNINOVEL dan GOOGLE PLAY BOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang