Enam Belas

275 82 12
                                    

Jangan lupa vote terlebih dahulu ya! Dan jangan lupa komen juga Terima kasih :)

🎀🎀🎀

Dearni sedang berdiri sendirian di balkon sekolah setelah bel pulang sekolah berbunyi. Sudah tiga hari Dearni tidak melihat Mahera sedikit pun. Bahkan Dearni tidak berkomunikasi dengan cowok itu sama sekali. Dearni berpikir apa dan mengapa dia tiba-tiba menghilang. Dearni menghela napas.

Beberapa detik kemudian tiba-tiba suara berat seseorang membuyarkan lamunannya. Dearni terkejut ketika sosok itu kini berada dihadapanya. Degup jantung Dearni menjadi cepat rasanya menjadi sesak. Ia berusaha menetralisir hal tersebut.

Padangan mata Dearni beku menatap sosok cowok yang sudah menghilang selama tiga hari tersebut. Mahera menjentik 'kan jari tepat di depan wajah Dearni. Membuat cewek itu terbangun dari lamunan.

"Hai Dearni. Lo pasti kangen sama gua, 'kan?" ucap Mahera. Ia memasang cengiran kuda membuat Dearni mendengus kesal.

"Gak!" sergah Dearni cepat.

"Hilih jangan bohong," ucap Mahera mencolek dagu Dearni. Dearni menepis tangan Mahera.

"Engga!" Dearni memutar bola mata malas.

"Engga salah lagi 'kan pastinya?" ucap Mahera. Ia mengacak rambut Dearni dengan gemas. "Kita makan soto yuk!"

Tangan Dearni, kemudian ditarik tiba-tiba oleh Mahera setelah dia mengatakan kita makan' soto yuk.' Mau tidak mau ia mengikuti ke mana langkah kaki cowok itu membawanya.

Sesampainya di kantin sekolah. Mahera segera memesan dua soto betawi serta es teh manis kepada Pakde Paijo. Penjual soto di SMA Valletta Nusantara. Setelah itu, ia pun duduk tepat dihadapan Dearni.

"Gimana kabar lo?" Dearni mendongak 'kan kepala ketika Mahera menanyakan kabar.

"Baik."

"Kangen gak lo sama gua?" Dearni menyernyitkan dahinya.

'Kenapa manusia ini terlalu pede?'

Dengan segera Dearni mengelengkan kepalanya. "Gak." Mahera mengecutkan bibir, ketika mendengar perkataan Dearni.

"Permisi pesanannya," kata Pakde Paijo yang mengantarkan pesanan Soto dan es teh manis mereka.

"Terima kasih Pakde," ucap Mahera.

Kini sepasang soto betawi yang masih mengepul panas telah tersedia dihadapan mereka. Mahera menambahkan lima sendok sambal serta perasan jeruk nipis ke dalam soto. Setelah itu, ia pun mengaduk soto tersebut agar rasanya tercampur dengan sempurna. Sementara itu, soto yang disantap Dearni hanya ditambahkan kecap manis dengan sedikit sambal. Mahera pun menyendok kuah soto lalu, menyeruputnya.

"Srutt.. Ah! Sedapnya!" ucap Mahera yang kemudian memejam 'kan kedua mata dan menghirup aroma soto tersebut.

Dearni yang menyadari tingkah lucu Mahera hanya bisa mengelengkan kepala sambil tersenyum tipis. Mahera yang menyadari jika dirinya sedang dipandangi oleh Dearni langsung menatap Dearni terang-terangan. Membuat Dearni langsung memalingkan pandangan pada soto dihadapannya.

Mahera hanya bisa tersenyum senang melihat tingkah Dearni yang sekarang sedang asik menikmati kuah soto. Dearni menatap ke arah cowok dihadapanya yang sekarang sedang tersenyum ke arahnya.

"Woy Mahera!" sapa Afat sahabat Mahera dari kejauhan.

Mahera mendongak 'kan kepala menghentikan kegiatan makan sotonya dan melihat kesumber suara.

"Eh woy Afat sini!" teriak Mahera sambil melambaikan tangan. Afat pun berjalan menuju meja yang di tempati Mahera dan Dearni.

"Gua boleh gabung?" tanya Afat pada Dearni.

Lukisan Luka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang