12 : Love's Heavy Price

277 47 0
                                    

Taehyung duduk dengan resah di sudut ruang kelas yang perlahan sepi, matanya menatap kosong ke arah jendela yang memantulkan langit sore yang mulai berpendar kemerahan. Jam di pergelangan tangannya bergerak perlahan, namun tiap detik yang berlalu terasa begitu menyiksa. Sudah setengah jam berlalu sejak Yerin pamit ke toilet, namun kehadirannya belum juga kembali. Seperti aliran sungai yang tenang namun dalam, kecemasan mulai mengendap di lubuk hatinya, menggelayut perlahan, menenggelamkan pikirannya dalam pusaran dugaan dan kekhawatiran yang tidak berujung.

Dalam benaknya, bayang-bayang Yerin terus berputar, seolah menyisakan tanda tanya yang semakin menyesakkan. Yerin, gadis dengan senyum lembut yang selalu membawa kehangatan, mendadak seolah menjauh, menghilang di tengah kebisuan yang tidak mampu dipecahkan oleh waktu. Dan seiring detik berlalu, rasa khawatirnya berubah menjadi desakan yang tidak tertahankan. Taehyung akhirnya bangkit dari kursinya, tubuhnya terasa berat oleh beban ketidakpastian. Pandangannya menyapu ruang kelas yang kosong, lalu ia melangkah keluar, diselimuti keheningan yang menggema di sepanjang koridor sekolah yang sudah mulai ditinggalkan oleh para penghuninya.

Mata Taehyung menyisir setiap sudut, berusaha menemukan sosok yang dicarinya. Sekelompok murid berlalu dengan langkah terburu-buru, tersenyum tipis saat melihat Taehyung yang berdiri diam di sana. Sapaan singkat terucap, namun tidak benar-benar menyentuh kesadarannya yang dipenuhi kebingungan. Pikirannya kalut, seperti benang kusut yang semakin sulit diuraikan tanpa kehadiran Yerin. Ia merasa kosong, seperti ada sesuatu yang hilang, sesuatu yang tidak tergantikan.

Tiba-tiba, suara lembut memecah lamunannya. "Taehyung, kamu belum pulang?" suara itu berasal dari Eunha, yang berdiri di pintu kelasnya dengan ekspresi lembut. Eunha, teman sekelas Yerin, menawarkan secercah harapan yang begitu dibutuhkannya.

Taehyung menoleh dengan cepat, nada suaranya tergesa saat ia bertanya, "Tidak, aku sedang mencari Yerin. Apa kamu melihatnya?" Harapannya melayang, menggantung pada jawaban yang akan keluar dari bibir Eunha.

Eunha mengerutkan alis, matanya menyapu ke belakang seolah mencoba menggali ingatan dari beberapa jam yang lalu. "Hm... kalau tidak salah, aku tadi melihatnya bersama Jungkook. Mereka berjalan ke arah taman belakang sekolah," jawabnya dengan ragu.

Taehyung tertegun, namanya terasa asing di telinganya. "Jungkook? Taman belakang sekolah?" Bisikannya hampir tidak terdengar, seakan kata-kata itu mencoba menemukan makna yang tersembunyi di balik kecemasannya. Jungkook, sosok yang jarang berbaur, apalagi dengan Yerin. Apa yang bisa membuat mereka berjalan bersama, dan mengapa di taman belakang-tempat yang jauh dari pandangan orang?

Eunha hanya mengangguk pelan, tidak terlalu yakin dengan yang dilihatnya. Namun bagi Taehyung, sekilas informasi itu sudah cukup menjadi alasan untuk segera bertindak.

"Terima kasih, Eunha," ucapnya singkat, lalu tanpa menunggu lebih lama, ia melangkah cepat menuju taman belakang, langkah-langkahnya diiringi oleh dentingan jantung yang berdetak kian cepat. Di dadanya, perasaan tidak nyaman membuncah seperti badai yang kian mendekat. Ada sesuatu yang salah, sangat salah, dan Taehyung tidak bisa membiarkan ketidakpastian ini terus menggerogoti benaknya. Pikirannya melompat-lompat, menebak-nebak berbagai skenario yang tidak diinginkannya.

Setibanya di taman belakang, Taehyung berdiri terpaku. Tempat itu sunyi, terlalu sunyi. Pepohonan menjulang, melambai-lambai oleh angin senja, namun tidak ada tanda-tanda kehidupan manusia di sana, seolah taman itu telah lama dilupakan oleh waktu. Hanya sepasang burung yang bertengger di dahan pohon, menyanyikan lagu sendu yang semakin mempertegas kesunyian. Taehyung mengedarkan pandangannya, berharap menemukan sesuatu, namun hampa.

Shadows of Reflection [revisi] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang