Yerin masih memeluk Taehyung dengan sepenuh jiwa, seolah-olah dunia di luar mereka lenyap dalam kesunyian yang penuh rasa. Dalam pelukan itu, tangis mereka berpadu, menciptakan melodi kesedihan yang menggetarkan jiwa. Taehyung menciumi puncak kepala Yerin, menyalurkan rindu yang sudah lama terpendam. Betapa tidak, meskipun waktu yang mereka habiskan bersama tergolong singkat, kehadiran gadis itu telah menjadi nafas dalam hidupnya.
“Aku tidak melakukannya, Yerin. Tuduhan-tuduhan yang dilontarkan padaku semua tidak benar. Aku tidak pernah melakukan hal itu,” ucap Taehyung, suaranya teredam oleh isak tangis yang menyayat hati.
Kata-kata itu seperti busur panah yang menembus hati Yerin, mengalirkan air mata yang semakin deras, membasahi dada bidang Taehyung. Dalam lirih, ia berbisik, “aku tahu, Taehyung. Aku percaya padamu.” Ketulusan hatinya mengalir, meski kata-kata itu hanya terucap dalam bisikan batin.
Di sudut ruangan, Jimin menyaksikan dengan hati tertekan. Ia tidak kuasa menahan air mata, entah karena haru atau kesedihan yang menggerogoti. Ia merasakan bahwa setelah momen ini, mereka akan menghadapi sesuatu yang jauh lebih menyakitkan. Setelah menghapus air mata yang membasahi pipinya, Jimin menepuk bahu kedua sahabatnya dengan lembut, seolah ingin memberikan secercah kekuatan.
“Sebaiknya kita pulang sekarang,” ujarnya dengan suara yang bergetar.
Yerin melepaskan pelukan Taehyung, dan keduanya mengangguk setuju. Tanpa berkata lebih, mereka meninggalkan kantor polisi, melangkah menuju ketidakpastian, sambil berharap masa lalu yang kelam dapat terhapus seiring berjalannya waktu.
——⍟——
Di dalam mobil, suasana seakan terhenti. Meski terdapat empat jiwa yang saling berbagi ruang, keheningan itu terasa mencekam, seperti senja yang menunggu malam tanpa bintang. Yerin, Taehyung, Jimin, dan sopir keluarga Jimin saling terbenam dalam pikiran masing-masing. tidak ada satupun yang mampu memecah kebisuan, seolah suara hati mereka terlalu berat untuk diungkapkan.
Jimin, dengan tatapan kosong, mengalihkan pandangannya ke luar jendela, di mana cahaya mentari merayap di balik pepohonan. Taehyung juga melakukan hal yang sama, meski tangan kanannya tetap menggenggam tangan Yerin dengan kuat, seolah takut kehilangan sentuhan yang menghangatkan jiwa.
Yerin menatap Taehyung, matanya memancarkan lautan emosi—kesedihan, harapan, dan cinta yang tidak terungkap. Seharusnya, kebahagiaan menyelimuti hatinya karena Taehyung kini bebas dari jerat hukum, namun perjanjian yang melibatkan Jungkook membuyarkan rasa gembira itu, meninggalkan kepedihan yang dalam.
tidak lama, Taehyung menghela nafas panjang, suaranya menjadi melankolis. Yerin merindukan momen-momen indah yang telah mereka lalui, namun keraguan sering kali menggerogoti keyakinannya. “Inikah yang terbaik?” pikirnya, meski hatinya berbisik bahwa hanya ini yang bisa menyelamatkan mereka. Ia menarik nafas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri, seolah nafas itu dapat mengusir ketakutan yang membelenggu.
Di kaca spion, Jimin menyaksikan keheningan di antara mereka. Ia merasakan beratnya kesedihan, dan meskipun hatinya bergetar ingin berbicara, kata-kata itu terhenti di tenggorokannya, seakan enggan terucap. Ia menahan air mata, berjuang melawan perasaan pilu yang menggulung, demi Taehyung, demi sahabatnya.
Taehyung menatap keluar, namun saat menyadari mobil tidak melaju menuju rumah Yerin atau rumah Jimin, ia menoleh dengan rasa bingung. “Kita mau ke mana?” tanyanya, wajahnya polos dan jujur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shadows of Reflection [revisi]
FanfictionTaehyung dikenal sebagai sosok yang memiliki kepribadian baik, selalu siap membantu dan memberikan senyuman kepada orang-orang di sekitarnya. Namun, di balik kepribadiannya yang ramah, tersembunyi sebuah rahasia kelam: ia memiliki kepribadian ganda...