"Kita buat perjanjian, setelah masuk ke dalam kau harus tetap patuh denganku." Jarga memperingati Reyan sebelum mereka benar-benar masuk ke dalam ruangan keramat yang ada di mansion miliknya.
"Deal."
Pintu ruangan di bukakan oleh pengawal yang menjaga atas izin Tuannya. Reyan membelalakkan mata melihat lorong panjang yang sangat gelap dan berbau tidak sedap.
Jarga sedikit menarik lengan Reyan untuk masuk ke dalam dan menghantarkannya sampai di kamar bertuliskan angka 102
Begitu terkejutnya Reyan saat pintu kamar itu terbuka dan menyuguhkan pemandangan dimana sang ayah sedang meringkuk di atas lantai dingin dengan kondisi yang mengenaskan.
"Ayah!!" Teriaknya sambil berlari mendekati sang ayah dan langsung membantunya untuk duduk.
"Reyan?" Pria paruh baya itu menatap wajah anaknya yang sudah banjir air mata. Reyan langsung memeluk erat sang ayah seolah itu adalah pelukan terakhir.
Setelah adegan menangis yang menyita waktu cukup lama, akhirnya ayah dan anak itu saling bertanya keadaan satu sama lain.
"Apa yang terjadi? mengapa lenganmu terluka?"
"Reyan..." Mencoba untuk mencari alasan karena kebodohan dirinya yang tidak menyadari bahwa lukanya tak bisa di sembunyikan, namun sang ayah kembali bertanya yang membuatnya terdiam.
"Dia yang melakukannya?" Tanya sang ayah sambil menunjuk ke arah Jarga yang sedari tadi menunggu dengan bersandar di ambang pintu sambil bersedekap dada.
Reyan menggeleng cepat, menurunkan tangan ayah nya yang terus menunjuk ke arah Jarga kemudian menatap dalam kedua mata ayahnya.
"Tolong ayah..." Zurayudin tak sanggup lagi untuk menahan kalimat yang sedaritadi ingin ia ucapkan.
Hal itu sukses membuat Reyan kembali menangis karena dia sendiri tidak bisa berbuat apa-apa.
"Waktumu sudah habis, kembali lah." Jarga berucap dari ambang pintu, jenuh apabila harus menyaksikan mereka menangis lagi.
"Aku akan tetap disini bersama ayahku."
Jarga tidak mau ada drama lagi, maka dari itu segera lah ia mendekati Reyan dan menarik lengannya untuk memisahkan dari ayahnya.
"Lepas!! biarkan aku bersama ayhku!!"
"Reyan—
Duagh
Jarga langsung menendang tubuh Pak Zurayudin yang hendak menggapai tubuh anaknya, hal itu berhasil membuat Reyan berteriak dan semakin meronta minta di lepas kan.
Dengan tenaga yang jelas lebih besar dibandingkan Reyan, Jarga berhasil membawa keluar sosok itu.
"Apa yang telah kau lakukan pada ayahku?!! mengapa kau membohongi ku?!" Setelah di lepaskan, Reyan langsung menarik kerah baju yang dipakai Jarga.
Para pengawal Jarga sudah bersiap untuk memisahkannya, namun isyarat dari sang Tuan memberhentikan mereka.
"Mengapa kau melakukan itu?!! MENGAPA?!!" Teriaknya dengan air mata yang terus membanjiri, sedangkan Jarga hanya diam menatap lekat dengan perasaan yang sulit di artikan.
Reyan putus asa rasanya, dia sudah tidak ada tenaga lagi untuk berteriak maka dari itu tubuhnya mulai merosot ke bawah untuk bersujud memohon kepada Jarga.
"Aku akan melakukan semua perintahmu, aku akan menjadi apapun yang kau inginkan asalkan kau membebaskan ayahku dari ruangan itu..."
"Aku— aku mohon..."
KAMU SEDANG MEMBACA
JUSTICE [NOREN]
AcciónKeadilan? Bahkan sampai ujung certia cinta mereka, masih mencari dimana keadilan itu. Warning ‼️ bxb