Gue menyempurnakan penampilan gue dengan menyemprotkan face mist di wajah gue. Memastikan bahwa make up minimalis gue akan tahan lama dan membuat penampilan princess bertahan lebih lama. Gue memang jarang menggunakan face mist karena percaya diri bahwa sebatas make up dasar saja sudah memacarkan kecantikan gue yang hakiki.
Gue nggak mau ya menjadi penyebab pecahnya perang Baratayudha akibat memperebutkan diri gue yang sangat sangat mengagumkan ini. Tapi semuanya berubah sejak insiden di kampus Fakultas Seni terjadi. Gue juga jadi lebih selektif untuk make up yang benar-benar nggak buat gue jadi sedikit jelek pas gue nangis. Yang ada, gue jadi ingin berinovasi membuat make up yang bisa menambah kecantikan seribu persen ketika si empunya menangis. Hebat bukan ide gue?
Tempo lalu, setelah keluar dari kamar mandi dengan wajah yang sudah gue basuh air hingga muka gue yang memang cantik alami tanpa make up terkespos bebas, Cecep mengantar gue pulang ke rumah. Entah dari mana, dia menggunakan mobil Honda Mobilio yang sampai sekarang nggak gue tahu milik siapa. Gue cukup tahu keluarga Cecep yang nggak pernah membiarkannya membawa mobil ke kampus selama si Vario birunya masih bisa berfungsi. Lagipula, hari itu dia memang mengendarai motor dan bukannya mobil.
Ketika gue tanya pun, Cecep hanya cengengesan dan senyam senyum senang. Berterima kasih karena insiden yang menimpa gue.
"Kalau lo nggak mau ngejelasin apapun, gue nggak akan pernah mau temenan sama lo lagi!" ancam gue dengan mata melotot tajam.
Si Cecep tertawa dengan perut yang berayun. "Yakin yeiy tahan nggak temenan sama gue? Bukan gue keleus yang rugi."
Sialan emang badak sumatra satu ini. Mentang-mentang salah satu jenis satwa yang dilindungi, dia bisa semena-mena seperti ini.
"Nanti gue ceritain ya Boo. Hari ini lo cukup duduk manis dan tanggung malu akibat jadi gosip di fakultas tetangga."
Benar juga, pikir gue kala itu dan besyukur karena memang nggak ada mata kuliah lain di hari yang menggenaskan itu. Gue juga memiliki weekend untuk membangun pertahanan diri sebelum kembali bertemu dengan si Genta yang ganteng tapi lumayan sangar itu. Gue harus menyusun strategi. Jelas bahwa pria macam Genta yang katanya benci dengan cewek cengo macam gue, nggak bisa ditakhlukan hanya dengan kecantikan surgawi seperti gue.
Mami, Kayara pusying.
Gue mengambil prada bouletto nero black crossbody yang berada di jajaran kabinet koleksi di kamar. Memakainya dengan tingkat kepercayaan diri tingkat dewa untuk gue bawa menemui Tante Pinkan di kantor agensinya. Ingin menunjukkan bahwa gue berintegritas dan bukan calon model yang bakalan tergiur oleh harta dengan menyerahkan raganya.
Gue terpaksa menggunakan mobil Pajero hitam milik Bang David karena si mobil pinky gue belum kembali dari bengkel. Lagian gue juga males nyamperin bengkel resek yang bikin gue merana di pinggir jalan. Nanti biar gue minta Cecep ambil aja dari sana.
Setelah satu jam bergelut dengan kemacetan ibukota, gue akhirnya sampai di daerah Thamrin. Gedung agensi Tante Pinkan berada di salah satu lantai yang ada di gedung pencakar langit. Gue menyaksikan bagaimana usaha Tante Pinkan dalam merintis bisnisnya.
Gue memarkirkan mobil di basement. Memastikan melalui spion penampilan gue masih cetar membahana. Louboutin hitam gue dengan cantik menyentuh lantai gedung parkir yang harus bangga karena diinjak oleh bidadari macam gue. Gue menutup mobil dengan semangat dan tercengang begitu melihat rupa sang pangeran di depan gue dan dia bersama...
Bibir gue terasa kelu. Tapi otak gue menyuruh untuk bersembunyi sembari mengamati doi dengan seksama. Sebuah pilar besar menjadi pilihan. Gue masih memantau ketika seorang model international menahan Genta untuk pergi. Genta terlihat terganggu tapi si model top itu tampak bersikeras. Satu negara ini mengenal siapa wanita yang bersama dengan Genta. Wanita yang pernah diakui menjadi wanita paling cantik bernama Syakira Dewata.
"Kita nggak bisa seperti ini." Sekilas itu yang gue tangkap dari ucapan Genta.
"Bisa. Kita nggak harus terus bersembunyi. Kita bisa speak up untuk hubungan kita."
Gue mematung di tempat. Ada yang berderak dan hancur luluh lantak karena ucapan itu.
Suara Genta kembali terdengar. Kali ini tampak bersikeras. "Nggak. Itu nggak mungkin-"
Dan suara deringan telepon gue yang membahana terdengar. Sialan karena musik ceria dari girlband Twice mengintrupsi.
"Siapa di sana!" Geram Genta yang membuat gue semakin terpaku dan nggak bisa bergerak.
***
Jangan pelit komentarnya.
Nanti Kayara ngambek. Wkwkwk.Jangan lupa baca juga:
TWIRLING DAN ROCKING
BY
bebeklucu & JulieHasjiem
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMBLING
ChickLitKayara tipikal anak manja dengan parfum Les Exclusifs De Chanel. Percaya dengan fairy tale dan cinta pada pandangan pertama. Kayara telah menunggu moment love at first sight seumur hidupnya. Merasa berdebar-debar dan terbang melayang ketika melihat...