Dua Puluh Enam (Re-Publish)

7.3K 529 39
                                    

Haii 👋
Maaf menunggu lama
Jangan lupa vote yang banyak ya biar cepet update lagi.

Minta 400 vote baru aku apdet lagi
Thankchu~ 😘

***


Ddrrt... Ddrrtt...

Rafka merogoh ponsel di saku celananya. Pandangannya tetap tak beralih dari sang bunda yang tengah mendengarkan cerita receh Jevanya dan Renata.

Ia langsung menggeser tombol hijau dilayar ponselnya lalu menempelkannya di telinga. "Ayah..." Rafka langsung melihat nama yang tertera di layar ponsel dan ternyata Marinka yang menelpon.

"Iya nak. Angga udah bangun sayang?" ucap Rafka memelankan suaranya. Rupanya itu membuat Abel menolehkan kepalanya melihat putranya menyebut dirinya sebagai Ayah. Renata dan Anya pun menatap kearahnya.

"Ayah lagi dirumah Oma. Jenguk Oma yang lagi sakit. Angga sama ibu dulu ya. Nanti ayah pulang dan main sama Angga." ucap Rafka memberi pengertian putranya itu. Rafka pun mengakhiri teleponnya. "Angga kenapa Kang?" tanya sang kakak Renata.

"Tadi sebelum kesini, Mama Ivone telpon. Ngasih tahu kalau sejak semalem Angga demam dan ngga turun turun. Tadi pagi muntah dua kali. Makanya kita bawa ke rumah sakit dan sekarang dirawat kak." ucap Kakang khawatir.

"Ya allah kasian. Terus sekarang kondisinya gimana Kak Rafka?" kini giliran Anya yang bertanya. "Alhamdulillah panasnya udah turun Nya. Tadi telpon tanyain kakak kemana, soalnya pas kakak kesini Angga masih tidur." Anya menganggukkan kepala.

Tiba tiba terdengar suara tangis Cantika. Renata pun bergegas melihat anaknya karena sepertinya bayi menggemaskan itu kehausan. Tinggallah Rafka, Anya dan juga Abel di dalam kamar. Sebelum meninggalkan kamar, Renata sempat mengedipkan mata kepada Rafka sambil mengucapkan kata SEMANGAT.

Rafka perlahan mendekati ranjang dimana Abel duduk ditemani Anya. Anya yang paham pun perlahan menyingkir. Rafka terduduk di depan kaki ibunya. Dengan perlahan ia menarik tangan ibunya dengan sangat lembut. Di kecupnya cukup lama. Abel tak banyak bergerak dengan itu semua. "Maafin Rafka bunda. Rafka memang bikin bunda kecewa sangat mendalam sampai sampai bunda mengacuhkan keberadaan Rafka. Rafka minta maaf dengan tulus sama bunda. Rafka sayang bunda." ucapnya lirih. Ia mencium tangan ibunya lagi. Kepalanya menyandar di pangkuan ibunya.

Hening...

"Kalau kamu sayang ibu mu, kamu ngga akan bikin hati ibu mu ini menjerit dengan apa yang sudah kamu lakukan." ucap Abel tanpa menatap wajah putranya.

"Maafin Rafka bund. Maafin Rafka..." Rafka menangis sambil memeluk kedua kaki ibunya. Tangisnya tak kuat ia bendung lagi. Ia sudah melukai hati ibunya dengan sangat dalam. Abel pun tak kuat menahan tangisnya. Rafka memeluk erat ibunya sambil terus mengucapkan kata maaf.

***

Keesokan harinya, Marinka yang terlelap diranjang Angga karena putranya semalaman rewel tiba tiba terbangun dan bergegas lari menuju kamar mandi. Ia membungkukkan tubuhnya dan keluarlah cairan pekat putih kekuningan dari dalam perutnya. Perutnya seperti di obrak abrik. Rasa mualnya cukup parah. Berkali-kali ia memuntahkan isi perutnya pagi itu.

"Ya allah perutku kenapa tiba tiba mual kayak gini. Apa gara gara makan malam telat ya." pikir Marinka sambil menepuk nepuk dadanya. Setelah mualnya mereda, ia pun menghampiri anaknya yang baru bangun. "Ayah ana bu?" tanya Angga menanyakan ayahnya.

"Ayah belum pulang dari rumah oma sayang. Tunggu ya sebentar lagi ayah pulang kok." Angga menangis karena ia ingin ayahnya pulang dan menggendongnya. Marinka akhirnya kembali menelpon Rafka dan segera memintanya datang karena Angga kembali rewel. Rafka pun akan segera datang ke rumah sakit.

TO BE WITH YOU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang