6

29.8K 1.5K 65
                                    

"Bos, kalau bisa kasih kita foto terbaru Bos."

"Iya bener Bos. Ya kan namanya juga sudah enam tahun berlalu. Bisa jadi penampilannya berubah, wajahnya berubah."

Raka mengangguk mengerti atas saran yang diberikan dua petugas parkir liar di taman yang ia datangi itu. Taman yang menjadi tempat Meisha menjanjikan dirinya untuk bertemu. Taman yang menjadi saksi akhir mengenaskan yang Raka alami enam tahun lalu. Juga taman yang menjadi saksi patah hati Raka kala ia datang ke tempat ini tapi tak kunjung bertemu Meisha. 

Dulu, dua tahun pertama kepergian Meisha. Raka rutin datang ke tempat ini, hampir setiap hari. Berharap Meisha menepati janjinya hari itu. Namun, harapan tinggal harapan. Tidak ada tanda-tanda kedatangan Meisha di sana. Bahkan sampai detik ini Raka masih membayar kedua petugas parkir liar yang ia percayai untuk memantau kedatangan Meisha. Dan sampai detik ini pula tidak ada laporan dari orang kepercayaannya itu tentang kedatangan Meisha.

Bukan Raka pelit dan hanya mampu membayar tukang parkir liar ini dalam pencarian Meisha. Namun, ini hanyalah sebagian kecil dari sekian usahanya. Dari menyewa detektif yang di urus Rifki pun sudah Raka lakukan. Namun, memang hasilnya nihil.

"Jadi, nggak ada foto terbarunya Bos?" tanya salah seorang dari mereka lagi.

Raka menggeleng seraya tersenyum tipis.

"Sabar Bos, kita selalu bantu cari Bos. Bukan disini aja. Tapi setiap kita jalan kita selalu perhatiin sekitar kita, kali aja ada cewek yang Bos cari ini."

"Bahkan kita juga minta bantuan ke teman-teman kita juga Bos."

"Terima kasih," jawab Raka tulus. Bayangan Meisha tak pernah habis hadir dalam ingatannya. Tersenyum sendiri, Raka melihat ke arah lantai dua bangunan RPTRA yang ada di taman itu. Menerawang jauh mengingat masa lalu saat ia memeluk Meisha sore itu, bertahun-tahun yang lalu.

Mei, aku masih tunggu kamu disini.

Aku tunggu kamu bahkan bertahun-tahun setelah hari itu.

Aku sadar kesalahan ku begitu besar.

Aku sadar pasti gak mudah memaafkan aku bahkan untuk menerima aku kembali.

Tapi, hanya kamu yang aku mau Mei. Bukan yang lain. Sampai detik ini atau mungkin selamanya, Meisha.

Getaran ponsel di saku celananya, menginterupsi lamunannya tentang Meisha. Kembali ke dunia nyata, Raka merogoh saku celananya untuk mengambil ponselnya itu. 

Karyo Calling.

Suara nyaring Ryo menyambutnya kala ia menempelkan ponselnya ke telinga. Bocah itu meminta Raka, sore ini untuk menjemputnya di daycare. Bukan meminta tapi lebih tepatnya memaksa. Katanya ia mau mengenalkan anak perempuan yang ditaksir pada Raka. Padahal Raka sengaja meluangkan waktunya, keluar kantor lebih awal, untuk bersantai di taman ini. 

***

"Hai Lasha!" sapa Ryo dengan riang.

Pemilik nama itu pun menoleh pada Rio. "Iya," jawabnya manis, yang membuat Rio tersenyum. "Kenapa?" 

"Nggak apa-apa, mau panggil Lasha aja."

"Kar--eh Ryo, kamu mending panggil aku Illa aja karena nama panggilanku Illa."

"Emang kenapa? Kamu gak suka aku panggil Lasha. Sama aja kan. Itu kan nama panjang kamu," jawab Ryo.

"Bukan gitu Yo. Daripada kamu ganti-ganti nama aku gitu kan. Namaku Rasha Yo, bukan Lasha," jawab Illa yang membuat Rio sebal. "Pakai R Yo bukan L," protes Illa.

Untuk Meisha ✔ (Tersedia Di UNINOVEL dan GOOGLE PLAY BOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang