Seriously?

1.6K 162 21
                                    

Jaemin tidak begitu paham bagaimana bisa dirinya terjebak dalam situasi seperti ini di hari pertama ia menjadi murid pindahan. Situasi dimana ia menemukan sahabat semasa sekolah menengah pertamanya di Kanada itu dalam keadaan mengenaskan dengan seragamnya yang basah berbekalkan campuran tepung dan bau telur yang menyengat. Jaemin tidak bisa membendung rasa prihatinnya lebih lama terlebih saat Mark memungut kaca mata yang kacanya sudah retak tersebut.

"Oh my Bro, Mark! What happened to you?!" seru Jaemin tidak habis pikir seraya meremas helaian rambutnya frustasi.

"Kecelakaan," balas Mark sekenanya.

"God, apakah kau benar Mark Lee yang ku kenal?! Penampilanmu saat ini benar-benar menyedihkan, Markeu! Apa kau lupa kau pernah memimpin sebuah gangster di Kanada meski kau masih berumur 17 tahun saat itu?! Dimana kau buang segala kejayaan itu, Mark Lee?!"

Mark hanya bisa mendengus usai mendengar racauan Jaemin yang baginya berlebihan itu.

Err, baiklah, mungkin yang dikatakan Jaemin tersebut tidak bisa dikatagorikan berlebihan mengingat dirinya memang pernah memimpin sebuah gangster jalanan dengan teritori yang mencakup 5 daerah. Tapi itu kan cerita waktu Mark hidup di Kanada, bukan dirinya saat ini yang bersekolah di salah satu SMA seni swasta yang bergengsi di kota Seoul, Korea Selatan. Jalan hidupnya sudah berbeda!

"Oh ayolah Mark Lee!" ucap Jaemin seraya memegang pundak Mark dengan niat menyeret Mark untuk duduk di salah satu bangku yang tersedia di taman belakang sekolah mereka, "Sekarang jelaskan, bagaimana bisa Mark Lee yang terkenal gahar di jalanan bisa berubah menjadi si kutu buku dan ter-bully seperti ini?!"

Mark terdiam beberapa saat sembari menatap Jaemin yang tengah memasang tampang bak induk kehilangan anak itu. Niat awalnya Mark benar-benar tidak ingin membahas segala sesuatu yang menimpanya selama hampir 3 bulan bersekolah di Star Music School ini, namun ketika mengingat jika Jaemin adalah sahabat yang sudah ia ketahui watak dan tingkahnya luar dalam, pada akhirnya ia menghela napas dan memutuskan untuk menceritakan semuanya dengan detail. Sungguh Mark tak mau mengambil resiko andaikan Jaemin salah sangka hingga menghancurkan sekolah ini seperti saat dulu mereka masih di Kanada. Jangan salah, Jaemin memang agak protektif pada orang terdekatnya. Mark bahkan tidak bisa melupakan adegan dimana ada salah satu anak buah dari musuh mereka yang berhasil menyarangkan sebuah sayatan di kakinya saat sedang merebutkan teritori. Meski pada akhirnya pihak mereka yang menang, saat itu Mark sendiri tak menyangka Jaemin sampai berniat membinasakan musuh yang sudah melukainya dengan menyarangkan lima peluru secara berurutan hingga membuat musuhnya mati di tempat secara mengenaskan.

Mark hanya tidak mau "Dia" terluka.

"Ini semua gara-gara Jaehyun hyung! Dia yang membuatku harus menjadi kutu buku seperti ini!" kata Mark sebal.

Jaemin menaikan sebelah alis.

Jaehyun hyung? Kakak sepupu Mark? Si jenius sang penguasa pasar perekonomian sekaligus pemimpin teratas dunia bawah Asia Timur itu?

God, kalau lawannya benar-benar Jung Jaehyun yang itu, Jaemin akan berpikir dua kali untuk berulah.

"Oke, jelaskan secara rinci."

"Saat itu aku sedang menginap di apartemen Jaehyun hyung, kebetulan Jaehyun hyung sedang senggang. Akhirnya kami memutuskan untuk menghabiskan waktu luang dengan bermain dan bertaruh, siapapun yang kalah harus mengabulkan satu permintaan dari yang menang," Mark mengambil jeda untuk menghela napas panjang.

Jaemin tidak menyela sama sekali seraya menunggu Mark melanjutkan ceritanya meski ia sangat penasaran permainan apa yang mereka lakukan hingga membuat Mark terjebak dalam situasi mengenaskan seperti ini mengingat lawan Mark memang bukan orang sembarangan. Apa mereka bermain adu tembak atau mengasah kemampuan tangan kosong mereka dengan berduel hingga akhirnya Jaehyun berhasil membuat Mark menyerah kalah dengan hampir membunuhnya?

VersusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang