39

1.7K 104 10
                                    

"Aku sayang Kak Niel."

Daniel menatap perempuan di depannya bingung.

"Iya, kakak juga, kan kamu udah kayak adik kakak sendiri."

"Bukan! Aku sayang Kak Niel bukan sebagai adik kakak, aku suka sama kakak. Sebagai laki-laki dan perempuan," ucap Hera yang sedari tadi menahan luapan emosinya.

Daniel menggaruk pelipisnya yang tidak gatal, tidak nampak kaget sedikitpun. Seakan sudah menduga hal ini akan terjadi.

"Sejak kapan?" tanya Daniel tenang.

Hera menggeleng pelan. "Sejak lama," ucap Hera menundukkan kepalanya.

"Hera," panggil Daniel membuat Hera menengadahkan kepalanya menatap Daniel.

Daniel tersenyum lembut. "Maaf, kakak cuma anggep kamu adik, nggak lebih. Kakak sayang, karena kakak mau jaga Hera, ngelindungin Hera, bantu Hera, selayaknya seorang adik," jelas Daniel.

"Apa bedanya? Intinya kakak juga sayang sama Hera kan? Terus apa bedanya?"

"Beda. Kalau sama Sena, kakak punya perasaan ingin memiliki," ucap Daniel sesaat sambil menatap Hera sebelum kemudian beranjak pergi.

"Kamu masih kecil, nggak akan paham," kata Daniel mengacak rambut Hera sebentar dan pergi meninggalkannya.

"Kenapa?" tanya Hera sambil beranjak berdiri menatap punggung Daniel.

Daniel membalikkan tubuhnya menghadap Hera.

"Kenapa kakak nggak bisa ngerasain perasaan itu ke Hera?"

Daniel merapatkan bibirnya.

"Maaf, kalau kamu minta kakak balas perasaan kamu, kakak nggak bisa, dan nggak akan bisa. Ada hati yang harus kakak jaga," ucap Daniel dan berlalu meninggalkan Hera.

Hera menatap kepergian Daniel sambil menitikkan air mata tanpa sadar. Ia kesal dengan situasi ini, terlebih lagi Sena yang menghancurkan hubungannya dengan Daniel.

Kalau tidak ada Sena, Daniel pasti masih akan seperti Daniel yang dulu. Daniel yang masih menyayangi Hera dan mengutamakan Hera di atas segalanya.

Sambil menggertakkan giginya, Hera meraih ponsel yang ada di kantong rok seragam sekolahnya dan membuka sebuah aplikasi untuk menghubungi seseorang.

Ia menempatkan ponsel di telinga kanannya, dan mulai mengeluarkan suara setelah dirasa panggilannya diangkat oleh pihak seberang.

"Apa sih? Gue di kelas!" ucap penerima telepon sambil berbisik.

"Kak, gue mau. Kalau harus mengorbankan seseorang demi Daniel, gue nggak peduli."

Mendengar itu, penerima telepon menyunggingkan senyumnya.

"Nice, selamat bergabung," ucap Nayeon dan langsung mematikan sambungan teleponnya.

*****

"Pensi dimajuin? Kenapa?" tanya Daehwi yang baru saja tiba di kantin.

Bel berbunyi, pertanda sudah waktunya istirahat.

"Gimana sih? Kan udah dikasih tahu pas rapat kemarin!" omel Seulgi yang sedang menikmati batagor Pak Min, favoritnya.

Jisung mencomot batagor milik Seulgi, "kan dia ga rapat sayang."

Daehwi melebarkan kedua matanya, sedangkan Woojin sudah menyemburkan kuah bakso dari dalam mulutnya.

"A-apa? S-sa-sayang?" tanya Woojin sambil menerima tisu yang diberikan oleh Daehwi.

Bad Boy | Kang Daniel [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang