Irreplaceable

218 33 5
                                    

Shingeki no Kyojin © Hajime Isayama

Inspired from :

· "Demi Tuhan, Aku Ikhlas" © Armada feat Ifan Seventeen

· Shingeki no Kyojin Chapter 69

· Levi's panel in chapter 53 and 72

I do not take any financial profit from this story.

This fanfiction was made to celebrate "National Mother's Day"

[ Levi Ackerman, Kuchel Ackerman, slight LeviHan, Reincarnation AU ]

________________________________________________________________________

Q : When Levi and the new squad were in Trost and surrounded by civilians, Levi was looking at a mother with her child, what was he thinking about?

Isayama : "Me and my mother". He remembered his mother, Kuchel.

________________________________________________________________________

"Levi was 4 years old when his mother passed away and he met Kenny."

-Kamiya Hiroshi (VA : Levi Ackerman) about kid Levi.

________________________________________________________________________

Levi membenci hidupnya. Ia membenci takdir buruk yang seolah enggan meninggalkannya. Entah itu takdir di kehidupan yang lalu, maupun di kehidupan kini. Ia membencinya, sangat membencinya.

Levi hanya menginginkan satu hal sederhana, tapi mengapa takdir gemar sekali menertawakan keinginan sederhananya itu?

Ia hanya ingin bisa tinggal lebih lama dengan ibunya.

Levi tidak pernah meminta lebih. Ia hanya ingin ibunya. Ia tak peduli pada hal lainnya. Ia tak butuh seorang ayah. Baginya, selama ibunya ada, itu sudah cukup. Apakah sesulit itu?

_________________________

Di kehidupan lalu, ia tak sudi memusingkan pria berengsek yang menanamkan benih ketika tidur bersama ibunya di dalam rumah bordil tempat ibunya bekerja—meski ia sendiri benci mengakui ada bagian dari pria itu di dalam dirinya, terutama secara fisik. Ia tak merasakan kurangnya kasih sayang sekalipun harus tumbuh di tempat menjijikkan itu, karena ibunya ada untuknya. Ibu yang membesarkannya dengan senyuman, melindunginya dari gigitan angin malam, membimbingnya saat ia mulai belajar melangkah secara perlahan, dan memeluknya dengan erat ketika satu kata pertama berhasil ia ucapkan dengan sempurna, "ibu". Ia tak pernah malu ataupun menyesal karena terlahir dari sosok ibu yang kata orang "sangat hina". Ibunya hebat, sebab tak menyerah pada kondisinya dan menerima kehadirannya ke dunia ini.

Tapi takdir memang sekejam itu padanya. Karenanya Levi amat membenci takdir.

Ia bahkan belum genap berumur lima tahun, tapi takdir membawa sang ibu. Ia masih terlalu kecil untuk sigap memahami mengapa ibunya tak lagi bangun, sebanyak apapun ia memanggilnya. Kaki-kaki kecilnya membawanya duduk meringkuk di sisi kamar yang tak terkena cahaya, tepat di seberang kepala ranjang mereka berdua. Matanya memandang lurus kepada ibunya yang masih nyaman tertidur. Setelah beberapa waktu, kepalanya pun tertunduk. Pandangannya meredup, senyumannya memudar, emosi di wajahnya menghilang, dan duka mulai mengakar di hatinya. Runtutan kata penghiburan yang ia rapalkan untuk dirinya sendiri, menguap seketika. Kesadaran menyusup cepat. Ibunya tak akan pernah bangun. Dunianya runtuh.

IrreplaceableWhere stories live. Discover now