Fourteen

429 39 1
                                    

"Kita berhasil...." lirih Erick sembari membuka ruangan Oxy.

"Kita? Lidya yang berhasil bukan kita," tegur Oxy meluruskan pernyataan Erick. Erick hanya menggaruk kepalanya, harusnya ia benar mengatakan maksudnya.

"Jika kau tidak seceroboh itu, komputer kita saat ini pasti masih baik-baik saja. Aku tidak mengerti, Oxy. Mengapa kau masih saja memperkerjakan orang seperti ini?" tanya Aluna terdengar teramat malas. Erick hanya menunduk, melawan Aluna seperti menantang mautnya sendiri.

Aluna menyandarkan tubuhnya di dinding dengan malas. Ia hanya melihat gerak-gerik Erick dan Oxy.

"Kekuasaan Lidya berkembang dengan pesat hingga tidak ada yang berani membantahnya. Di mana dia sekarang?" Aluna menghela nafasnya, mengapa Oxy masih saja mempekerjakan lelaki seperti itu.

"Belgia," jawab Oxy dengan singkat.

"Jangan tanyakan mengapa kakakku bisa sesukses ini, dia mengambil hak yang tidak ia dapatkan selama ini. Dan kau, harusnya kau melihat dirimu sendiri. Mengapa bisa kau terlalu ceroboh dan lihatlah kalender, kapan aku akan memecatmu?" gumam Aluna menghentikan pernyataan Erick yang sia-sia.

Aluna merogoh handphonenya, ia melakukan panggilan video dengan Lidya.

"Bagaimana?" tanya Lidya setelah mengangkat panggilan tersebut. Aluna hanya tersenyum melihat kebahagiaan Lidya dan Zhiro. Ia beranjak ke meja dan sofa serta menyingkirkan Erick dari area itu.

Aluna tersenyum kembali menatap kemesraan Lidya dan Zhiro. Mereka tengah bersuap ria.

Zhiro hanya menatap tajam Aluna, Aluna sadar ia sedikit mengganggu dan oleh karena itu, Zhiro melingkarkan tangannya di pinggang Lidya.

"Ada apa?" tanya Zhiro terdengar datar.

"Aku hanya ingin mengganggu kalian," kekeh Aluna. Oxy menghentikan sedikit kesibukannya dan memilih untuk mengamati tingkah Aluna. Ia beranjak duduk di sampingnya. "Erick, kau dipersilahkan keluar."

"Lihat Amour, begitu polosnya adik dan kakakmu ini. Ia melibatkan orang lain dalam menampilkan kemesraan kita," gumam Zhiro memprotesi sikap Oxy dan Aluna.

Oxy menyipitkan matanya mendengar pernyataan Zhiro, Zhiro membalasnya dengan menaikkan satu alisnya serta mengerenyitkan dahi. "Mau apa kau? Kau tidak setuju? Lihatlah, aku akan membunuh adikmu."

Lidya hanya terkekeh, ia menatap Zhiro dengan tersenyum lepas dan pandangan yang ceria. "Kau benar ingin membunuhku?"

"Tentu saja," gumam Zhiro. Tangannya membenari rambut Lidya yang jatuh di wajahnya, mengelus puncak kepalanya dan ciuman singkat mendarat di bibir Lidya.

"Menjijikkan," protes Oxy tidak kalah sengit.

"Kau belum menikah, di mana calonmu? Kau harus mempertimbangkan hatimu yang beku itu, jangan sampai kau tidak mempunyai pasangan hidup." Zhiro beralih menatap Lidya. "Aku akan mengambil minum untukmu."

"Rapat hari ini berhasil, semua terjadi karena kau. Apa yang kau lakukan?" rasa penasaran menyelimuti pikiran Aluna.

"Apa yang menjadi rasa penasaranmu?" Zhiro menyahut sembari membawakan dua gelas air mineral.

"Devan langsung mengiyakan dengan rapat amatir yang kami buat," terang Aluna singkat.

"Tidak ada hal istimewa yang kami lakukan," jawab Lidya dengan santai.

"Benar apa yang dikatakan Lidya, kami sedikit mengerjakan kerja sama singkat. Dan dia ingin memenuhinya," tukas Zhiro menyetujui ucapan Lidya.

"Aku ingin memecat wanita pemalas itu," gumam Oxy terlihat sangat kesal.

Leave The World with Yourlove [Lathfierg Series] [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang