Hari-hari yang dilalui Gabrian selama tinggal sendiri di sebuah Apartemen membuat ia menjadi lebih mandiri. Kenapa tidak? Ia berbelanja bahan makanan, cemilan, serta kebutuhan lainnya sendiri.
Sesekali pula Rana menemaninya. Memasak sarapan hingga makan malam sendiri dengan melihat beberapa resep di google agar ia tidak bosan makan itu-itu saja. Membersihkan Apartemen sendiri dan mencuci bajunya sendiri.
Ia cukup puas dengan perubahannya selama tinggal sendiri. Ia jadi mandiri dan belajar hemat dengan memakai uang sakunya untuk hal-hal yang benar-benar diperlukan saja.
Hari ini adalah hari minggu. Gabrian memutuskan untuk memasak dan membersihkan Apartemen sebagai jadwal paginya. Setelah semuanya selesai, ia berjalan menuju kamarnya. Menghubungi Rana bahwa hari ini ia ingin mengajak Rana jalan-jalan.
Setelah Rana menyetujui ajakannya, Gabrian bergegas untuk mandi. Setelah mandi, Gabrian menuju lemarinya mencari baju. Ia memutuskan untuk memakai kemeja biru tua, jeans hitam serta sepatu sneakersnya. Hari ini ia akan menggunakan mobil Ayahnya karena cuaca hari ini cukup panas.
Saat sudah sampai di depan gerbang Rana, Gabrian mematikan mesin mobilnya lalu masuk ke dalam rumah Rana. Rana sudah menunggu di ruang tamu bersama kedua orang tuanya.
Gabrian meminta izin kepada orang tua Rana untuk mengajak Rana jalan-jalan. Orang tua Rana pun mengizinkan. Mereka berpamitan untuk segera pergi.
Saat di perjalanan menuju suatu Mall yang cukup terkenal, tidak ada yang berani membuka percakapan. Rana yang sibuk dengan handphonenya serta Gabrian yang fokus menyetir.
Saat sudah sampai di Mall tersebut, barulah Gabrian berbicara. "Mau makan dulu atau langsung main?" Tanya Gabrian.
"Langsung main aja, aku udah ga sabar main." Jawab Rana tersenyum. Gabrian hanya terkekeh sambil mengacak rambut Rana.
"Yaudah, yuk!" Ucap Gabrian sambil menarik tangan Rana.
Saat sudah berada di depan wahana bermain yang dikenal orang-orang dengan nama Trans Studio, Gabrian mengantri untuk membayar tiket masuk di antara banyaknya orang yang datang hari ini karena memang hari ini hari minggu. Rana yang ingin ikut mengantri dilarang keras oleh Gabrian. Ia pun duduk di salah satu kursi panjang yang ada di sana.
Setelah mendapat tiket masuknya, Gabrian dan Rana masuk ke dalam wahana bermain tersebut. Mereka memulai dengan yang slow sampai yang memacu adrenalin.
Rana bahagia sekali hari ini. Tidak ada beban dari matanya. Gabrian pun ikut bahagia melihatnya. Karena kebahagiaan Gabrian saat ini adalah melihat Rana bahagia karenanya.
Setelah mencoba semua permainan yang ada di sana, mereka keluar dari sana. Menuju tempat makan fast-food yang ada di sana karena Rana mengadu lapar.
Sebenarnya Gabrian tidak mau makan fast-food. Tidak sehat katanya. Tapi karena Rana yang sudah kelaparan, ia memutuskan untuk makan fast-food saja. Tak apa sesekali. Daripada maag Rana kambuh. Lebih baik ia dan Rana makan itu saja.
Setelah mereka keluar dari Mall, hari sudah mulai sore. Mereka tidak langsung pulang. Gabrian mengajak Rana untuk ke suatu tempat terlebih dahulu.
Saat mereka sampai di tempat itu, betapa terkesannya Rana melihat ciptaan Tuhan. Gabrian mengajak Rana ke suatu bukit yang Gabrian temukan saat ia terpuruk mendengar kabar kedua orang tuanya akan berpisah saat itu. Ia berjalan tanpa arah dan menemukan tempat ini.
"Kamu tahu darimana tempat sebagus ini?" Tanya Rana sambil menatap hamparan luas yang indah yang berada di bawah sana. Gabrian hanya menaikkan bahu.
"Ga tau. Waktu itu kebetulan nemuin tempat ini waktu terpuruk denger kabar Papa sama Mama mau pisah." Jawab Gabrian. Rana mengangguk.
"Bagus banget tempatnya." Ucap Rana tersenyum sambil menolehkan kepalanya menghadap Gabrian.
"Bukit ini ga bakalan bagus kalo ga ada kamu di sini." Ucap Gabrian sambil mengelus kepala Rana. Rana tersenyum manis mendengar ucapan Gabrain padanya
"Nanti ajakin aku ke sini lagi, yah." Ucap Rana. Gabrian mengangguk. "Pasti" Jawabnya tersenyum.
Mereka menikmati sunset berdua di bukit ini. Bukit yang hanya akan di ketahui oleh Gabrian dan Rana sebab jalan ke sini cukup sulit ditemukan.
Setelah matahari terbenam, mereka memutuskan untuk pulang. Rana sangat capek hari ini. Ia beberapa kali menguap di tengah perjalanan. Gabrian yang melirik Rana sedang menguap menyuruh Rana tidur. Menurunkan Sedikit sandaran Kursi Agar lebih nyaman untuk Rana. Dan akan membangunkannya saat sudah sampai di rumahnya. Rana hanya mengangguk menanggapi.
Mereka sudah sampai. Rana masih dengan posisinya yang tertidur lelap. Gabrian mengelus kepala Rana dengan penuh kasih sayang. Ia sangat beruntung bisa memiliki gadis cantik nan baik hati seperti Rana.
Gabrian tidak tega membangunkan Rana yang tidur dengan lelap. Ia pun berlari menuju pintu utama dan mengetuknya. Di sana terdapat seorang wanita paruh baya cantik yang sangat mirip dengan Rana.
"Loh, Rananya mana nak Gabrian?" Tanya Ibu Rana.
"Rana ada di mobil, tante. Dia masih tidur. Saya mau minta izin gendong Rana ke kamarnya karena dia lelap banget tidurnya. Gabrian ga tega banguninnya." Ucap Gabrian sopan.
"Yasudah. Kamu gendong Rana ke kamarnya aja. Kamarnya ada di lantai 2. Kamar sebelah kanan" Gabrian hanya mengangguk menanggapi ucapan Ibunya Rana.
Gabrian berlari kecil menuju mobil. Mulai mengangkat Rana dengan hati-hati karena takut Rana terbangun. Ia pun menggendong Rana menuju kamarnya.
Saat sudah sampai di depan kamar Rana, Gabrian memutar kenop pintu kamar Rana. Hal pertama yang dirasakan Gabrian adalah wangi parfum perempuan ini. Kamarnya rapi. Dan tampaknya Rana adalah perempuan yang sangat rapi dan bersih. Terlihat dari kamarnya yang rapi dan bersih ini.
Gabrian perlahan membaringkan Rana ke kasur Rana. Membuka sepatunya dan menarik selimut berwarna pink milik Rana hingga leher. Gabrian mengecup singkat kening Rana sebelum beranjak dari sana. Kemudian berpamitan kepada Ibu Rana saat mereka bertemu di depan kamar Rana.
"Sudah mau pulang, nak Gabrian? Tante sudah bikinkan minum, loh. Ke bawah dulu yuk. Takut dingin tehnya." Ucap Ibu Rana.
"Iya, tante." Jawab Gabriel tidak mau dikatai tidak sopan karena menolak tawaran Ibu Rana.
Mereka pun berjalan menuju ruang tamu. Gabrian meminum teh yang dibuatkan oleh Ibu Rana sambil mengobrol. Ibu Rana menceritakan masa kecil Rana yang sangat lucu bagi Rana. Kenapa tidak? Rana ternyata suka terjatuh saat belajar bersepeda. Sehingga Rana menjadi trauma dan tidak mau bersepeda apalagi belajar mengendarai motor.
Gabrian berpamitan untuk pulang. Ibu Rana mengantar Gabrian sampai ke depan pagar rumahnya. Gabrian menyalimi tangan Ibu Rana. Saat ingin beranjak dari sana, Ayah Rana ternyata sudah pulang kantor. Gabrian menghampiri Ayah Rana yang baru sampai itu. Berpamitan dan menyaliminya. Gabrian akhirnya beranjak dari sana dan menuju Apartemennya.
Di tengah perjalanan pulang, Gabrian tak henti-hentinya tersenyum. Mengingat hari ini saat Rana begitu bahagia, serta orang tua Rana yang sepertinya menyukai hubungannya dengan Rana.
Bahagia ku tergantung bahagiamu
Begitupun Lukaku, tergantung pada lukamu,
Karena sekarang, dirimu sudah menjadi bagian dari diriku.
#ByunIra
#SebuahPesanUntukHujan
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Pesan Untuk Hujan [END]
Short StorySebuah Kisah yang entah bisa membuat pembaca tersentuh atau tidak. Orang-orang mungkin berfikiran bahwa Hujan hanyalah sebuah kejadian alam yang biasa terjadi, Tapi tidak dengan Rana. Seorang gadis yang berfikiran terbalik dengan orang-orang itu...