🎡Sesuatu tindakan, selalu ada alasan nya🎡
Pagi ini koridor sudah ricuh karena info yang mengabarkan kedatangan satu murid baru yang katanya anak dari sebuah Aktor di dunia media, dalam sekejap info itu menyebar luas seperti biasanya. Namun dari mereka masih tidak bisa memastikan siswa atau siswi yang akan ikut mengabdi pada sekolah ini.
Athifa yang mendengar kabar itu hanya mengangguk lalu pergi ke arah perpustakaan, menghindari kericuhan pada pagi ini, ditambah karena pengumuman bahwa hari ini tidak akan ada pembelajaran namun ada sedikit tugas untuk semua kelas.
Athifa mengedarkan pandangan, mencari tempat yang pas untuk menghindari kebisingan. Pandangan nya berhenti pada tempat yang berada di ujung samping jendela yang menampilkan taman sekolah.
Athifa meraih satu novel yang sudah ia tanda-kan dari hari sebelum nya, lalu mendarat-kan bokong nya pada kursi, ini yang Athifa butuhkan, ketenangan. Pikiran nya sudah terlalu lelah untuk diajak berdiskusi.
Tentang kedua teman nya, atau keempat teman nya? Sahabatnya? Ah, ia sangat bingung jika disuruh berpikir keras tentang status pertemanan mereka. Athifa masih butuh waktu untuk menyendiri, butuh waktu untuk berubah dan kembali dengan Athifa yang baru.
Yang tidak lemah, salah satunya.
"Jangan jadi kebiasaan, nggak suka sarapan"
Athifa menoleh saat mendengar sahutan dari sebelahnya, ia mendapati Kafeel yang duduk di samping nya sambil memejamkan matanya.
"Tadi Alaska ada di depan gerbang, dia bilang lo belum makan, kayak kemarin-kemarin" Kafeel mendorong pelan tempat makan berwarna biru pastel ke hadapan Athifa.
"Sarapan itu penting" ujar Kafeel.
"Perut gue susah beradaptasi buat makan pagi" tutur Athifa, "semenjak bunda sakit" lanjut nya.
Kafeel mengangguk paham, "biasain, sarapan itu penting, Ath" ujar Kafeel.
"Gue usahain"
"Lo kok bisa tahu gue di sini?" tanya Athifa, Kafeel yang sedang sibuk berkutat dengan ponsel nya lantas menoleh.
"Kenapa lo lupa terus? Gue kan udah bilang gue cenayang" kesal Kafeel.
Athifa terkekeh, "serius kak"
Kafeel diam.
"Kafeel maksudnya" sahut Athifa cepat saat telah menyadari alasan Kafeel tak menyahut kembali.
"Insting kali, lagian gue juga emang lagi mau ke perpus. Mau ngadem pake AC perpus, AC kelas gue masih mati. Terus tiba-tiba gue liat lo, ya gue samperin deh" jelas Kafeel.
"Nggak bareng Kak Anta, Kak Maveen?"
"Si Anta lagi dipaksa Venus buat jadi bahan percobaan juri dadakan masakan buatan-nya, kalo si Maveen gue belum liat dari tadi" ujar Kafeel.
Hening.
"Novel yang lo baca, genre nya apaan?"
Athifa menoleh, "Romance, tentang cewek nerd yang jatuh cinta sama badboy"
Kafeel menangguk, "Lo pernah ngerasain jatuh cinta?" tanya Kafeel tiba-tiba, tanpa ada basa-basi.
Athifa terlonjak kaget, sedikit terkejut dengan pertanyaan bodoh Kafeel. Lalu dengan cepat mengubah raut wajah nya dengan ekspresi biasa saja.
"Semua orang pasti pernah ngerasain itu" sahut Athifa.
Kafeel mengangguk, "kalo cinta pertama?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Athifa - s e l e s a i -
RomanceAthifa bertemu dengan Kafeel, awal pertemuan mereka yang sama sekali tidak menyenangkan. Namun karna suatu insiden yang dialami Athifa, Kafeel tertarik masuk ke dalam hidupnya. Kafeel membantunya dalam banyak hal, Kafeel juga membantunya untuk kelua...