Selamat membaca manteman...
Akhirnya setelah beberapa hari dirumah sakit dengan waktu yang menegangkan kini Plan bisa sedikit bernafas lega karena bibinya sudah siuman. Semua orang bahagia tapi Gun adiknya tidak mau bicara padanya karena merasa tidak dipentingkan dalam keluarga separah itu sakit sang mama tidak ada yang memberitahunya tidak ada yang peduli padanya dan semua orang mempercayai Plan p'nya.
Plan tidak membantah ketika Gun marah padanya. Keadilan yang tidak ia dapat dari papa dan mamanya. Plan diam mungkin jika dirinya disituasi sang adik pasti juga merasakan kemarahan yang sama. Rasa sakit yang akan memberi kita banyak pelajaran. Kemarahan yang buta. Dan itu akan baik dengan sendiri karena waktu mungkin mampu menyembuhkan segalanya walau tidak utuh.
"kau tidak apa?" Plan mengangkat wajahnya menatap sang paman. Tatapan yang membuat hatinya menghangat
"tidak" jawabnya singkat dan tersenyum
"tapi wajahmu menggambarkan semuanya" hati Plan bagai teriris mendengar itu. Orang yang peduli padanya, memahaminya lebih dari dirinya sendiri
"aku kalah, paman selalu menebak apa yang aku pikirkan" Plan tersenyum kecil dan menghapus air matanya yang sempat mengalir dipipinya. Plan sama sekali tidak ingin petengkaran diantara mereka walaupun Gun sering acuh padanya tapi Gun tidak akan seserius saat ini.
"paman tidak menebak tapi itu terlihat dari wajahmu yang kusut" ucap pamannya menunjuk wajahnya "seperti ini" pamannya menirukan ekspresi wajah Plan dengan sangat lucu sampai membuat Plan tertawa menutup mulutnya karena mereka sedang diruang rawat sang bibi. Mereka saat ini duduk disofa sambil menunggu sang bibi yang baru saja beristirahat setelah diperiksa oleh dokter dan Gun pergi setelah memarahinya "itu buruk sekali paman" ucap Plan "hahaha"
"kau harus lebih banyak lagi tertawa seperti sekarang"
Plan mengangguk
"Gun belum dewasa, jangan dianggap serius perkataannya. Sejak kecil dia selalu dimanja dan kau paling tahu bagaimana adikmu itu. Mungkin keras kepala, menyebalkan, tidak mau kalah, ingin menang sendiri tapi satu hal yang harus kau tahu adalah dia lebih menyayangimu dari pada kakaknya yang lain"
"aku tidak harus percaya itu"
"kenapa kau tidak mempercayainya?"
"karena dia selalu marah padaku walaupun aku tidak menganggapnya serius seperti 'aku bukan adikmu!' 'kenapa kau punya hobi menggangguku' 'pergi' dia selalu berkata begitu, setiap waktu"
Pamannya tersenyum "kenapa kau tidak memahaminya, itu pertanda ia berkata sebaliknya itu terjadi setelah kami melupakan ulang tahunnya kami semua berjanji padanya untuk merayakan ulang tahun bersama tapi kami harus berada diluar kota untuk waktu yang lama dan kau yang bersamanya waktu itu"
Plan mengangguk kala mengingat kisah yang diceritakan sang paman karena saat itu Plan melihat kue ulang tahun dilemari pendingin yang sudah ada namanya dan tahu pemilik. Plan mendekor sedikit ruang tengah untuk membuat perayaan kecil dan membeli hadiah untuk tuan muda dirumah mereka. Mana mungkin Plan bisa lupa. Perayaan ulang tahun pertama sejak banyak kejadian dalam hidupnya.
"sejak kejadian itu Gun sebenarnya meminta lebih banyak perhatianmu dari pada kakaknya yang lain karena dia menganggap hanya kau yang menyayanginya yang punya banyak waktu bersamanya. Dan itu terbukti sampai sekarang, kau selalu ada untuknya semarah apapun dia hanya kau yang memahaminya"
"ah..benarkah?"
"kau harus percaya itu" ucap pamannya lagi Plan mengangguk
Setelah pamit Plan bergegas kekantor dengan segala resiko karena Plan baru teringat belum sama sekali menghubungi kantor. Sakitnya sang bibi menyita seluruh perhatiannya belum lagi memikirkan sikap Gun yang tidak mau bicara padanya bahkan hari ini mereka sedikit beradu mulut. Dirinya sangat khawatir.
Saat akan masuk kekantor Plan dicegah oleh satpam karena kartu aksesnya tidak memberi izin. Plan sudah mengira ini akan terjadi. Sikap Mean yang masih kekanak-kanakan tidak membicarakan masalah untuk diselesaikan tapi memutuskan sepihak seperti ini. benar-benar menjengkelkan. Lalu bagaimana dengan kontrak mereka? Karena Mean adalah satu-satunya harapan untuk bisa menemukan orang yang ia cari.
"apa bos ada didalam?" tanya Plan selembut mungkin
"kami tidak berhak untuk memberi informasi apapun!"
Sial! Plan mengumpat dalam hatinya jika begitu urusan mereka tidak akan selesai, akhirnya Plan memutuskan untuk menunggu Mean dilobi sampai mobil itu muncul dari bawah decitan rem menggema dilobi Plan memejamkan matanya dengan kedua tangannya yang terlentang. Saat ini ia sedang menghadang mobil yang dikendarai oleh Mean sendiri. Dikendarai sendiri!
"kau ingin aku membunuhmu?" Plan membuka perlahan matanya dan bersyukur mobil memiliki jarak dari tubuhnya dan mendengar orang yang berkata kasar
Plan kembali melentangkan kedua tangannya "kalau kau mau kau bisa melakukannya!" Plan sudah berjanji pada dirinya sendiri akan menerima resikonya dan mungkin itu akan terjadi jika berhadapan dengan Mean
"apa itu artinya kau memberikan tubuhmu padaku?" entah sejak kapan. Plan terkejut karena suara itu tepat berada didekatnya. Posisi Mean yang mencondongkan tubuh dan berbisik pelan ditelinganya. Menatapnya dengan tatapan yang aneh, sedikit mesum meniti ujung kaki sampai kewajahnya dan pandangannya berhenti disana. Tepat dibibirnya.
Plan mengangkat tangannya siap untuk menampar wajah orang itu tapi Mean tidak bergerak malah melihat gerakannya Plan menurukan tangannya begitu saja dan mengepalkan tinjunya membuang wajah kemudian menatap Mean nyalang "kau terlalu pede tuan" Plan mengangkat lututnya mengarahkan pada selangkangan Mean menabrak disana setelah itu berlari cepat kemobil diposisi kemudi
"aku akan memberimu tumpangan kerumah sakit, naiklah!" Plan tersenyum penuh kemenangan apalagi saat Mean berjalan tertatih sambil memegang adiknya.
"kau harus membayar mahal akan hal ini" ucap Mean dan memasang sabuknya dengan kasar
"dengan senang hati tuan" ucap Plan dengan mengangkat kedua bahunya
Plan menyetir seperti keahliannya. Sudah sangat lama sampai mereka melewati perbatasan kota. Hari semakin gelap dan jalanan mulai sepi Mean hanya diam karena masih kesal, sesekali Plan melirik ekspresi yang diberikan Mean dan tersenyum kecil. Mereka sampai disebuah parkiran luas seperti tempat wisata.
"kau tidak ingin turun?" tanya Plan seolah membuyarkan lamunan Mean atau mungkin sedang mengantuk
Mean hanya menatap dan turun dari mobil
Kesel-kesel manja yaw..wkwkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
MEANPLAN II KENALI AKU ✅
Fiksi Penggemar#8 MEANPLAN 16/02/20 'tak kenal maka tak sayang' Perjalanan hidup tidak selalu manis. Kebahagiaan Meanplan renggang begitu saja saat seseorang dari masalalu kembali dan menawarkan kebahagian lain. Ketika rahasia satu persatu terungkap. Apa pilihan y...