Pulang Bareng

10 3 0
                                    

Kelas terakhir hari ini selesai pada pukul 3 sore. Sedangkan papa selesai kerja pukul 5 sore. Pilihannya hanya ada dua, yaitu pulang naik kendaraan umum atau menunggu papa menjemput. Keduanya bukanlah pilihan yang menyenangkan. Aku ingin mampir ke sekretariat saja untuk berpikir.

"Hai, Kak," ucapku menyapa kak Kean yang akan keluar gedung tempat semua sekretariat berada.

"Kamu mau ke sekret?"

"Iya, Kak. Mau merenung dulu."

"Nggak ada kelas?"

"Udah selesai barusan."

"Kenapa nggak pulang aja? Daripada merenung di sekret," kata kak Kean dengan raut wajah yang terlihat bingung.

"Nah itu, bingung pulangnya mau gimana. Soalnya hari ini aku diantar berangkatnya."

"Mau bareng saya nggak?"

Sekarang aku yang bingung. Rumahku di mana sedangkan rumah ia di mana. Lumayan jauh sepertinya.

"Nggak udah deh, Kak. Arah rumahnya kan beda." Kuucapkan hal itu disertai dengan gelengan. Tak enak jika harus membuatnya berputar-putar.

"Searah kok, cuma emang rumah saya dilewatin. Bareng aja nggak apa-apa."

Setelah mengucapkan hal itu, ia menarik tanganku untuk mengikutinya. Tanpa berpikir bahwa orang-orang di sekitar kami akan memperhatikannya.

"Lagian aku nggak ada helm juga, Kak."

Kuberikan alasan lain agar tak ikut dengannya. Namun, ia tak menghiraukan ucapanku itu. Malah melewati parkiran motor untuk menuju parkiran mobil. Bingung kuikuti saja akan ke mana aku ditarik. Huh, dasar menyebalkan.

Kak Kean melepaskan genggaman tangannya dari tanganku saat kami sampai di sebuah mobil. Kulihat ia mengeluarkan kunci dari kantungnya. Kemudian memencet tombol di sana.

"Nah masuk sekarang," tutur kak Kean pelan.

Kubuka pintu dan duduk di kursi sampingnya. Ternyata ia tak mengendarai motor hari ini. Mungkin alasannya sama dengan alasanku diantar oleh papa.

Saat masuk tadi, aku melihat lambak kardus-kardus di kursi bagian belakang.

"Itu kardus-kardus isinya apa, Kak?"

"Oh itu buat disumbangin. Kebetulan hari ini saya pakai mobil dan kebetulan juga tempatnya nggak jauh dari daerah rumahmu."

Jika dipikir lagi, aku tak pernah memberitahukan letak rumahku padanya. Lalu bagaimana ia tahu daerah rumahku?

♧♧♧

Jakarta, 29 Desember 2019

31 Days Writing Challenge 2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang