L I M A

3.5K 249 30
                                    

Pagi telah datang. Sinar Matahari mulai naik ke peraduannya. Kicauan burung pun terdengar merdu. Mengusik ketenangan kepompong pink dalam tidurnya.

"Enghh,"

Sakura membuka mata nya, tapi kenapa gelap?

"Masih malam?" gumamnya berpikir

Ah dia baru ingat, dia tergulung selimut saat ini. Sakura menggulingkan tubuhnya untuk melepas lilitan selimut itu. Dan pemandangan yang dilihat nya pagi ini adalah kehancuran kamarnya seperti kapal pecah. Sakura meringis melihat kondisi kamarnya yang naas menjadi korban pelampiasannya.

Tok. Tok.

"Saku, kau sudah bangun?" tanya suara diluar pintu kamarnya.

"Hm.."

"Yang benar Saku!" suara orang itu terdengar geram mendengar balasan Sakura.

Sakura menghampiri pintu kamarnya, lalu membukanya. Dan didapatinya, Karin berdiri dengan tangan bersedekap menatapnya.

"Aku sudah bangun," ucap Sakura pada Karin lalu masuk kembali kedalam kamarnya.

"Astaga Saku!! Apa yang terjadi?" Karin mengikuti Sakura lalu menggoyang-goyangkan bahu Sakura.

Sakura mendengus melihat kelakuan kakaknya. Dia melepaskan paksa pegangan Karin pada bahunya, lalu beranjak membereskan kamarnya.

"Lihatlah! Ckckck, wajah kusut, rambut acak-acakan, ditambah kamar berantakan.. Jadi alien mana yang telah menyerangmu, pinky?" Karin berkacak pinggang menatap Sakura, sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Alien bokong ayam!" jawab Sakura asal-asalan

Karin yang mendengar jawaban Sakura kini tengah menahan tawa, "Pfft, mana ada alien bokong ayam saku? Kau halu?"

"Bwhahahah!!" pecah sudah tawa Karin.

Sakura mengabaikan kakaknya, karna dia sudah sangat pusing dengan nasibnya.

"Ah, ya Saku.. Bagaimana malam mu kemarin hmm?"

Sakura melirik kakak nya yang tengah menatapnya dengan alis naik turun dan senyum menggoda.

"Apa-apaan senyummu itu?"

"Ah.. Kukira kau akan mengenalkannya padaku, dasar sok misterius paling an juga tukang siomay di depan perumahan,"

Sakura memutar bola mata nya jengah, "Lagi pun aku tak tertarik pada hal-hal berbau micin seperti itu.."

Karin menatap nya dengan tersenyum miring, "Ah benarkah? Lalu apa yang kutemui kemaren malam? Tak mungkin itu hasil perbelokan mu,"

"Anggap saja aku belok, puas?"

Karin melotot tak percaya menatap Adiknya yang sangat santai mengucapkan nya.

"Oh tidak tidak! Adikku tak boleh belok! Saku, oh ayolah kau ini cantik, kau punya aset yang indah meski ya tidak sebesar milik tsunade baa-san tapi--

Sakura menatap nyalang Karin, dan gadis itu hanya membalasnya dengan cengiran.

"Kau ini ingin memuji atau menghina? Seolah-olah menerbangkan perasaanku tapi sekaligus menjatuhkanku kedasar paling terjal," kesal Sakura pada Karin

"Keduanya maybe,"

"Tapi sungguh seratus persen aku yakin kau bisa mengalahkan orang-orang berbody seperti baa-san dengan bakat-bakat yang kau miliki Saku," lanjut Karin

Oh Sakura mulai pusing, kakaknya benar-benar lupa atau pura-pura bodoh? Yang benar saja! Sakura bahkan tak memiliki bakat istimewa, memasak saja dia tak bisa, mengurus rumah pun masih tak sempurna karna dia hobi merusak rumah bukan merapikan rumah.

"Bakat apa yang kau maksud kak? Kau saja tau aku pernah membakar dapur karna memasak air," tanya Sakura sembari melanjutkan bersih-bersih kamarnya, meski sedikit malas.

"MEMUASKAN PRIA!" teriak Karin lalu keluar kamar Sakura dengan membanting keras pintunya.

Sakura memekik, bukan karena omongan ngelantur Karin tapi karena pintu kesayangannya yang ditutup sangat tidak ber-perikepintuan oleh Kakaknya.

Sakura memijit pelipisnya, "Bisa gila lama-lama disini,"

Tok tok.

Sakura melirik kearah pintunya, tak berniat membukanya. Lagian kenapa pintunya gak peka sih? Buka sendiri gitu jangan manja minta dipegang dulu baru mau buka.

"Saku kau ada didalam?"

Ah, itu Gaara.

"Ya.. Masuk saja,"

"Em tak usah, aku hanya menawari jalan-jalan jika kau mau ku tunggu dibawah," ujar Gaara

Mendengar jalan-jalan membuat mood Sakura berubah drastis, dengan antusias dia menjawab 'iya' lalu bersiap-siap.

Jika dipikir-pikir Gaara selalu membuat moodnya membaik, entah dulu maupun sekarang. Sakura jadi teringat alasan terselubung dia kabur ke London saat itu tak lain karena dia kabur setelah uring-uringan memikirkan kebodohannya. Lagipula mana bisa Gaara membalas perasaannya, sedangkan dia adik kandungnya. Tapi walau begitu, tak bisa dipungkiri, lama menetap di London tak membuat perasaan Sakura ke Gaara hilang seutuhnya, entah bagaimana nanti.

***

Next chap--

"Ini semua bohongkan?"
------------------------------------------------------
"Ah, ya harusnya aku sadar dari awal,"
------------------------------------------------------
"--Nona jangan mati, kalo kau mati ajak aku mati juga!"
------------------------------------------------------
"Kau ini siapa sih? Kalo mau ikut mati yaudah ayo!"
------------------------------------------------------
"Hei, Teme! Jangan gila!"
------------------------------------------------------

--wait:)

Sweet ChocolateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang