👑{CHAPTER 1}👑

10.4K 386 48
                                    

Happy Reading ❤

Maaf ya kalau banyak typo 😁❤

👑

Seorang wanita berlari dengan sekuat tenaganya dari kejaran preman yang ingin memalaknya.

Jalanan yang ia lalui sangat sepi, tidak ada kendaraan maupun orang yang lewat. Ia tidak tahu harus melewati jalan yang mana karena ia baru tadi siang tinggal di sini.

BRUK

Tiba-tiba ia menabrak tubuh seseorang, wanita itu terduduk di tanah, ia meringis kesakitan. Wanita itu melirik ke arah belakangnya ternyata preman itu sudah dekat dengannya.

Saat wanita itu akan berlari pergelangan tangannya malah dicekal oleh orang yang ia tabrak tadi. Wanita itu melirik wajah orang itu, satu kata yang bisa di definisikan untuk orang itu, dia tampan. Tapi penampilannya juga seperti preman, bahkan ada tindik di telinga kirinya.

"Lo mau kemana? Minta maaf dulu dong, gak sopan banget," cetus orang itu.

"Maa-" sebelum ia menyelesaikan ucapannya preman tadi memotong lebih dulu ucapannya. "Sini lo, serahin duit lo!" teriak preman itu galak.

Wanita itu menatap mata pemuda yang ada di depannya. "Aku mohon tolongin aku dari preman itu, habis itu aku bakal minta maaf sama kamu," pinta wanita itu.

Pemuda itu menghela napas pelan, ia melepaskan cekalan tangannya dari pergelangan tangan wanita itu.

Pemuda itu maju ke depan wanita itu, ia menyembunyikan wanita itu di balik punggungnya. "Ngapain sih lo malak cewek?! Cemen banget!" ucap pemuda itu.

"Emang lo siapa? Hah!" bentak preman itu.

"Nama gue Adelio Raffa Narendra. Gue biasa dipanggil Lio, ngapain sih nanya-nanya siapa gue? Suka lo sama gue?" ujar Lio sambil tersenyum meremehkan.

Preman itu mendengus kesal, siapa juga yang mau tahu nama pemuda itu. "Gak usah banyak bacot deh lo!" preman itu maju untuk menghajar Lio. Lio segera menangkis tangan preman itu, dia balik menghajar preman itu.

Wanita tadi hanya berdiri menatap takut pergulatan sengit di depannya, ia tidak tahu apa yang harus Ia lakukan sekarang. Ia berharap Lio baik-baik saja.

Preman itu kabur saat sudah babak belur oleh Lio. Lio hanya mendapat luka di ujung bibir dan pipinya yang berdarah. Lio mendekati wanita itu. "Lo udah aman, sekarang gue mau pergi," ucap Lio.

Saat Lio akan melangkah wanita itu menarik ujung kaosnya, Lio mengernyitkan alisnya bingung. "Kenapa?" tanya Lio.

Wanita itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Itu... Gue gak tahu arah jalan pulang ke rumah gue. Bisa anterin gue  pulang gak?" pinta wanita itu.

Lio mendengus kesal, ia mengusap wajahnya kasar. Bagaimana bisa wanita di depannya ini tidak tahu jalan pulang ke arah rumahnya sendiri. "Lo nyusahin banget sih!" kesal Lio.

Wanita itu hanya menunduk, sebenarnya ia tidak enak meminta tolong pada orang yang tidak ia kenal, ya tapi, mau bagaimana lagi?

"Ya udah ayok gue anterin, lo tau kan alamat rumah lo?"

Wanita itu mengangguk. "Iya, gue tau," jawab wanita itu.

Lio melangkah ke arah motornya yang ia tinggalkan di belakang, niatnya ia mau berkunjung ke rumah temannya tapi ia malah bertemu wanita menyusahkan yang bahkan tidak tahu arah jalan pulang ke rumah sendiri.

Lio menaiki motornya, lalu ia menyuruh wanita itu ikut naik ke motornya. "Sebutin alamat lo."

Wanita itu menyebutkan alamatnya pada Lio, Lio segera menjalankan motornya dengan kecepatan sedang.

Setelah beberapa menit kemudian Lio menghentikan motornya di alamat yang sudah disebutkan wanita tadi. Wanita itu turun dari motor Lio. "Makasih ya udah nganterin gue, makasih juga lo udah nyelametin gue dari preman tadi, maaf tadi gue nabrak lo, dan terakhir maaf kalau gue udah ngerepotin lo," ujar wanita itu.

"Iya, lo emang ngerepotin gue," jawab Lio dengan datar dan jujur.

Saat Lio menyalakan mesin motornya wanita itu segera mencegahnya untuk pergi. "Jangan pergi dulu, gue mau ngobatin luka lo," ucap wanita itu.

Wanita itu memaksa Lio untuk turun dari motornya, ia ingin membalas kebaikan Lio dengan mengobati lukanya. Ia masih bisa melihat darah yang ada di ujung bibir dan pipi Lio.

"Gak usah, gue mau pulang aja," tolak Lio.

Wanita itu terus membujuk Lio untuk turun dari motornya, Lio menghembuskan napas kasar, ia akhirnya mengalah pada wanita itu.

Lio turun dari motornya lalu mengikuti langkah wanita itu yang masuk ke dalam rumahnya. Wanita itu menyuruh Lio untuk duduk di ruang tamu, sementara wanita itu mengambil kotak plester dan obat merah yang ada di dalam kamarnya.

Wanita itu kembali datang, ia langsung duduk di samping Lio. Ia meneteskan obat merah ke kapas lalu ia mengobati ujung bibir dan pipi Lio.

"Gue Adelia, nama kita hampir mirip ya, dan lo tau? Nama belakang kita juga hampir mirip, nama belakang gue Adelia Reva Nandra, kok bisa ya?"

"Gue gak nanya dan gak peduli," balas Lio cuek.

Selama diobati raut wajah Lio benar-benar datar seperti tidak merasa kesakitan sedikitpun, saat sudah selesai meneteskan obat merah ke luka Lio Adelia langsung memasang plester di pipi Lio. "Udah selesai," ujar Adelia.

Lio tidak sengaja melihat siku Adelia yang berdarah, sepertinya karena terjatuh tadi. Adelia tersentak saat tiba-tiba Lio melepaskan plester yang baru ia pasang di pipi Lio yang terluka. Apa Lio tidak suka di pipinya ada plester?

Adelia kembali terkejut ketika tiba-tiba Lio memasangkan plester itu di sikunya, Adelia baru menyadari kalau sikunya berdarah, sepertinya karena terjatuh tadi.

"Gue pergi, makasih udah ngobatin luka gue," ucap Lio dengan wajah datarnya.

Lio melangkah keluar dari rumah Adelia, Adelia mengikuti langkah Lio dari belakang. Ia melambaikan tangannya saat Lio sudah menaiki motornya. "Makasih Lio!" ucap Adelia sedikit berteriak agar Lio dapat mendengarnya.

👑

Makasih udah mau baca, jangan lupa tinggalkan jejak ya 😁❤

8 JANUARI 2021

AdelioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang