Bagian 5 Sebuah Keraguan

1K 216 53
                                    

Suara siraman air terdengar di penjuru kafe tersebut. Es batu yang tadinya berada di dalam gelas kopi Charis atuh ke atas lantai. Kemejanya yang berwarna biru laut berubah menjadi kecokelatan. Di hadapannya, Wanda menatap sinis.

"Anggap aja itu bagian dari pelecehan yang kamu kasih ke aku."

Wanda berlalu. Dengan emosi yang masih berapi-api. Sialanya dia agak merasa bersalah. Tapi, dia mencari pembenaran. Bahwa apapun hal yang dia lakukan tadi, adalah sesuatu yang memang patut Charis terima. Lelaki itu melecehkannya. Dan dia tentu saja tidak akan menerima begitu saja.

Sementara Charis adalah lelaki yang gigih. Meskipun sudah dipermalukan di tempat umum. Dirinya tetap berlari setelah memastikan bahwa pelayan akan membersihkan kerusuhan yang dia sebabkan. Wanda adalah perempuan. Bagaimanapun. Dengan tubuh yang kecil, akan mudah Charis susul.

Wanda berhenti di depan Mall. Menunggu ojek online yang akan membawanya pulang. Dia ingin tidur. Meredakan emosi yang disebabkan lelaki kurang ajar itu. Nafasnya masih memburu, membuktikan bahwa dia masih marah dan kesal.

Saat namanya dipanggil oleh ojek online kemudian menghampirinya. Jemarinya ditaut begitu saja. Charis di sana. Dengan keadaan yang berantakan. Rambutnya lepek dan lengket. Kemejanya juga kotor dan berbau. Wajahnya bahkan masih terlihat kotor.

Charis mengeluarkan selembar uang berwarna merah dari saku kemejanya. "Pacar saya marah, karena saya ketahuan selingkuh. Maaf ya pak, kurang nggak uangnya?"

"Apaan sih, siapa yang pacar kamu?!" Wanda menggeram marah. Emosinya masih dia tahan karena tidak ingin menjadi bahan tontonan.

"Iya mas nggak apa-apa. Tapi mbaknya sudah bayar pakai go pay," driver ojek online menengahi pertikaian mereka. Membuat Wanda menautkan alisnya. Memintanya untuk diam dan tidak masuk ke dalam pertengahan percakapan mereka.

"nggak apa-apa pak, ganti rugi waktu bapak. Bapak boleh silakan pergi, saya yang urus pacar saya. Boleh dicancel saja pak. Maaf ya sekali lagi," kata Charis kemudian menarik jemari Wanda yang bertaut dan mengepal karena marah karena Charis sudah sewenang-wenang terhadapnya.

Wanda berusaha untuk melepaskan genggaman Charis. Dia semakin merasa kesal karena lelaki itu tidak mau mendengarkannya dan melepaskan tautan itu. Padahal, dirinya sudah meringis karena genggaman tersebut terlalu kuat.

"Lepasin Charis. Sakit," Kata Wanda. Dia sekali lagi meringis.

Charis berhenti berjalan, dia menatap Wanda. memang ada gurat kesakitan yang diperlihatkan gadis itu. Tapi, Charis sudah sering dipermainkan oleh Wanda. Sehingga dia tidak ingin dikelabui lagi sekarang. Jadi dia menatap mata Wanda, untuk menunggu kejujuran yang bisa saja diperlihatkan.

"Kalau aku lepasin, apa jaminan kamu nggak lari dari aku?"

"Kamu nggak berhak menahan aku. Aku laripun bukan urusan kamu."

"Aku serius Wanda. Sejak aku bilang aku mau kamu. Itu artinya aku mau mengurus hidup kamu."

"Aku nggak merasa sudah berkompromi soal ini. Aku berhak atas hidup aku."

"Kita nggak butuh kompromi. Kita berdua udah dewasa."

Wanda tertawa geli dengan pernyataan Charis. Menurutnya ini adalah kekanakkan. Ini bukan kompromi. Charis memaksanya masuk ke dalam sebuah hubungan yang tidak dia inginkan. Dan ini terlalu tiba-tiba. Dia marah. Kesal. Dan, entah apalagi yang dia rasakan.

Tapi. Di sudut hatinya paling dalam. Sangat dalam. Dia merindukan ini. Ketika ada orang datang yang bertekad untuk melindungi dirinya. Bertekad menjadi teman sehidup semati dengan dirinya. Berusahan berkomitmen untuk bersama.

A Midsummer Nights Dream ✔Where stories live. Discover now